Ada masanya aku kesal karena Mama terlalu fokus pada diri sendiri. Ini bukan masa-masa seperti itu. Kali ini, aku lega kepekaan Mama sungguh minus. Dia terus saja larut dalam kenangan masa lalu, mengabaikan wajahku yang kuduga pucat pasi.
“Mama masih ingat. Padahal sudah belasan tahun lalu. Mama dan ibu Marianne sungguh lega menemukannya di dapur. Ibu Marianne yang pertama kali mendekatinya. Tubuh Marianne diguncangkan, awalnya lembut, namun lama-lama semakin kencang karena Marianne diam saja…
“Yah, bisa dibayangkan seperti apa situasinya, kan? Sungguh canggung.” Mama menjentikkan tangan seolah dengan demikian bisa menghalau bala. “Ibu Marianne… duh, namanya saja Mama sudah lupa, depresi berat karenanya. Tragis. Mama dengar beberapa bulan kemudian dia bunuh diri. Kabarnya ayah Marianne menikah lagi dan tinggal di luar negeri, kami kehilangan kontak. Kacau. Sejak saat itu, kita nggak bisa pesta-pesta seperti itu lagi. Nggak asyik deh.”
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814