Saat Saya Mencoba Mendekati Lokasi Pengeboman

Yudha Pratomo
Hamina hamina hamina hamina hamina hamina hamina...
Konten dari Pengguna
25 Mei 2017 15:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yudha Pratomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Malam tadi menjadi malam yang cukup panjang untuk saya dan kawan-kawan. Waktu menunjukkan pukul 22.15. Berencana untuk nonton bareng final Liga Eropa, kami malah dikejutkan dengan kabar adanya ledakan bom bunuh diri di terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur.
ADVERTISEMENT
Berawal dari kawan saya yang merupakan seorang reporter untuk salah satu tv swasta yang mengecek ponselnya karena notifikasi grup whatsappnya cukup ramai. Firasatnya benar, ternyata ada peristiwa pengeboman dan kantornya meminta untuk melakukan breaking news ditambah dengan laporan langsung. Mau tidak mau, ia harus segera meluncur ke lokasi kejadian.
Ia pun mengajak saya untuk ikut ke lapangan. Bermodal kartu pengenal Pers lawas, saya pun ikut berangkat ke TKP. Ketika kami tiba, suasana di sana sudah sangat ramai. Garis polisi telah dibentangkan menutupi jalan raya tepat di bawah flyover Kampung Melayu. Kondisi jalanan sangat padat dan polisi dengan dibantu masyarakat sekitar mulai membuat blokade jalan dalam jarak kurang lebih 100 meter.
ADVERTISEMENT
Beberapa masyarakat terlihat menanyai kendaraan yang menuju arah flyover. Jika tidak berkepentingan, kendaraan diminta untuk putar balik mencari jalan lain. Saya dan kawan pun demikian, setelah menunjukkan identitas media, kami pun bisa lewat.
Penjagaan terlihat begitu ketat. Awalnya, saya dan rekan tidak dapat masuk ke TKP, tapi dengan memperlihatkan kartu pers ditambah dengan sedikit paksaan, polisi pun melunak dan mempersilakan meski dibatasi dalam jarak tertentu.
Kawan saya dengan cepat melakukan breaking news, mobil SNG (mobil untuk live report) telah standby di lokasi lengkap dengan kamera yang dibawa oleh si video jurnalis. Kawan saya pun mulai breaking news, menulis naskah dan mengambil gambar. Sedangkan saya; kelayapan, iseng, dan sedikit ngobrol dengan warga sekitar.
ADVERTISEMENT
Seorang warga sempat saya tanyai. Menurutnya ledakan di terminal Kampung Melayu ini terjadi dua kali dengan jeda waktu yang sangat pendek.
“Pertama sih di sekitar toilet, kemudian ga tau satu lagi di sebelah mana. Katanya sih dekat halte busway,” ujar pria 30 tahun yang tidak mau disebutkan namanya ini.
Beberapa saat kemudian polisi mulai bergegas mensterilkan wilayah. Ternyata olah TKP akan segera dilakukan. Terpaksa saya yang sudah berada di luar area garis polisi pun tidak bisa masuk lagi hingga olah TKP selesai. Sedangkan kawan saya berada di sisi yang berbeda dengan tempat saya berdiri, kami hanya bisa berkomunikasi lewat Line karena sulit untuk mendekat.
Yasuda lah. Tidak mengapa saya tidak bisa mendekat lagi ke TKP. Karena di sana saya malah bertemu teman-teman lama dan malah bercengkrama.
ADVERTISEMENT
Kondisi semakin malam malah semakin ramai. Warga terus berdatangan karena penasaran meski polisi telah mengimbau warga untuk segera pulang. Maklum lah Indonesia, tingkat kepo-nya sangat tinggi, termasuk saya. Tapi penjagaan saat itu memang ketat, polisi berseragam lengkap dengan senapan laras panjang menjaga area di dalam garis kuning agar tetap steril.
Kondisi malam tadi tidak begitu menegangkan seperti saat bom Sarinah. Semua terlihat normal, hanya memang raungan sirine ambulans membuat suasana sedikit panic dan berisik.
Saya sendiri tidak habis pikir, kenapa ada orang yang tega melakukan pengeboman ini. Si pengebom tahu pasti area ini, hari ini akan ramai dikunjungi. Pasalnya besok adalah hari libur dan beberapa hari lagi Ramadan tiba sehingga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pulang kampung.
ADVERTISEMENT
Mungkin aksi ini ada kaitannya dengan pengeboman di Manchester beberapa waktu lalu. Tapi saya tidak tahu pasti karena saya bukan orang yang berwenang untuk menyimpulkannya.
Bagi saya ini adalah kali kedua dihadapkan dengan situasi yang dekat dengan pengeboman. Pertama kalinya saat aksi terror terjadi di Sarinah. Waktu itu pelaku berhasil ditembak mati dan tagar #KamiTidakTakut menggema di jagat maya. Tapi sekarang, berbeda kondisinya. 3 orang polisi gugur dan belasan lainnya luka-luka. Kondisi ini seolah membungkam kita untuk menyatakan ketidaktakutan seperti di awal tahun 2016 lalu saat terror di Sarinah terjadi.
Apa kita sekarang takut? Rasanya tidak.
Aksi terorisme seperti ini harus dilawan dengan keberanian kumulatif dari tiap individu di Indonesia. Bagaimana bisa didapatkan? Tentu saja dengan semangat persatuan, tanpa ada isu SARA atau hal lain yang memecah belah.
ADVERTISEMENT
Semoga Indonesia tetap aman.
--
btw ini kaga bisa aplot foto ya? kaga nongol.