Bernhard Suryaningrat, dari Penjual Tahu hingga Pembuat Jaket Denim Jokowi

Konten dari Pengguna
10 Juni 2020 12:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bernhard Suryaningrat. Foto : instagram/hardthirteen
Pertengahan tahun 2018 lalu, Jokowi sempat menghebohkan masyarakat Indonesia dengan gayanya bak rock star. Selain membeli motor Chopperland, Jokowi juga mengenakan denim. Tampilan orang nomor satu di Indonesia ini sudah menyerupai seperti Dilan. Jaket denimnya menjadi sorotan netizen. Jaket yang di bagian dadanya tergambar peta Indonesia itu menjadi sorotan, termasuk pembuatnya, Never Too Lavish. Sebelum jaketnya sukses dipakai Presiden RI, Bernhard Suryaningrat pernah menjadi kurir tahu bulat. Kesuksesannya di dunia seni tidak sebentar.
ADVERTISEMENT
Bernhard Suryaningrat sendiri merupakan seniman di ranah custom culture. Ia mulai berkecimpung dengan hobi seni graffitinya di tahun 2005. Saat itu, Bernhard tertarik dengan graffiti dinding yang menggunakan cat semprot. Ia merasa leluasa untuk menuangkan karyanya dengan medium tembok. Ia bahkan pernah dipukuli orang mabuk dan ditegur satpol PP ketika menggambar graffiti. Berawal dari graffiti, Bernhard terus mencoba berinovasi untuk menuangkan idenya di beragam media seperti sneakers, jaket, bahkan koper.
Jiwa pedagangnya sudah muncul sedari dirinya masih di bangku sekolah dasar. Bernhard kecil ingin menambah uang jajannya dengan berjualan aksesoris modifikasi buatannya. Hal ini berlanjut ketika dirinya kuliah. Untuk membayar kuliahnya, Bernhard bekerja sebagai kurir tahu. Malam hari ia sudah harus mengambil pesanan tahu. Kemudian pagi hari sebelum berangkat kuliah, Bernhard mengantarkan tahunya ke pelanggan.
ADVERTISEMENT
Selain untuk membayar kuliahnya, Bernhard juga menabung untuk membeli kamera. Kegemarannya di bidang fotografi ia lakoni sembari mengantarkan tahu. Ia mengaku selalu membawa kameranya ketika mengantarkan tahu di pagi hari. Tak jarang, ia menghentikan kendaraanya untuk memotret momen. Tetapi ia kemudian jenuh dengan hobi fotografinya ini.
Namun perjalanan karier Bernhard dalam menjadi seniman graffiti tidaklah mulus. Ia pernah memiliki usaha lukis sepatu sneakers. Meski banyak pesanan yang datang dan orang menyukai karyanya, Sepatu23 harus gulung tikar. Hal ini lantaran akibat dari sistem manajemen yang kurang baik. Bernhard mengaku memiliki kesulitan dalam mengatur bisnis. Meski begitu, Bernhard sulit untuk melepaskan Sepatu23.
Lelaki lulusan design grafis ini kemudian memutuskan bergabung dengan Never Too Lavish. Label ini sebelumnya belum secara spesifik terjun di dunia bisnis modifikasi, tetapi hanya kumpulan teman kuliah yang memiliki hobi sama. Setalah Bernhard memutuskan untuk bergabung, Never Too Lavish kemudian mulai serius menekuni bisnis modifikasi. Di label inilah Bernhard menemukan rekan kerja yang mendukung.
ADVERTISEMENT
Dan benar saja, kepiawaian berdagang Bernhard melejit setelah bergabung dengan Never Too Lavis. Hingga kemudian Jokowi menyukai karya jaketnya yang dihargai Rp4 juta. Titik inilah yang merubah Never Too Lavis. Semenjak saat itu, desain dari Never Too Lavis terasa makin bertema nasionalis. Selain menjual produk seni di medium yang siap pakai, Never Too Lavish juga kerap kali menggelar workshop. Pada workshop ini, pengunjung daoat memilih bahan dan memilih gambar yang dinginkan. Sehingga akan memberikan experience yang maksimal.