Dulu Miskin dan Pernah Jadi Salesman, Armani Kini Desainer Berharta Rp 134 T

Konten dari Pengguna
6 September 2020 12:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Giorgio Armani (Foto: The Business of Fashion)
zoom-in-whitePerbesar
Giorgio Armani (Foto: The Business of Fashion)
ADVERTISEMENT
Melihat kesuksesan seseorang memanglah menyenangkan. Namanya yang banyak digaungkan orang, kekayaannya yang bisa membuatnya membeli apapun yang disukai, hingga bonus dijadikan panutan bagi yang ingin berhasil. Namun, terkadang orang tidak memperhatikan bagaimana seseorang mencapai kesuksesan tersebut.
ADVERTISEMENT
Adalah Giorgio Armani, seorang perancang pakaian yang juga pendiri merek pakaian Armani yang mampu melebarkan bisnisnya pada make up hingga hotel. Bisnis yang begitu besar tentu tidak didapatkan Armani semudah membalik telapak tangan. Ia harus melalui perjuangan panjang untuk menjadi seseorang yang besar seperti sekarang.
Armani, anak dari seorang manajer pengiriman barang, dibesarkan di sebuah kota kecil di Italia. Masa kecil Armani memang menjadi waktu yang sulit sepanjang sejarah Italia. Ia bersama saudaranya menyaksikan sendiri kekejaman Perang Dunia ke-2. Bahkan, beberapa temannya tewas terkena bom Sekutu. “Kami miskin dan hidup sangatlah sulit saat itu,” kata Armani dalam suatu wawancara.
Sejak kecil, Armani mempunyai ketertarikan pada tubuh manusia. Hal ini mengantarkannya belajar sekolah medis selama dua tahun. Tapi tidak selesai karena tuntutan wajib militer. Setelah menyelesaikan wajib militernya, Armani keluar dari universitas dan bekerja di La Rinascente, department store Milan yang terkenal saat itu.
ADVERTISEMENT
Di situ, ia bekerja menjadi asisten fotografer dan membantu menghias kaca display. Selama tujuh tahun bekerja itu, Armani mendapatkan pengetahuan mengenai bisnis tekstil. Tak lama kemudian, ia dipromosikan sebagai salesman.
Melihat kemampuan Armani, temannya Sergio Galeotti, mendorongnya untuk menjadi desainer freelance. Pada tahun 1970-an, Armani mulai mendesain beberapa desain pakaian dan mengirimkannya ke beberapa produsen.
Semakin lama, desain Armani disukai banyak orang. Bahkan, ia sukses berkolaborasi dengan banyak nama besar di dunia fashion saat itu. Kolaborasi inilah yang membuat desainnya mendapat basis pelanggan yang besar.
Giorgio Armani dan Sergio Galeotti (Foto: Pinterest)
Akhirnya, pada 1975, Armani dan temannya Galeotti menjadi mitra bisnis dan mendirikan merek Armani. Mereka meluncurkan koleksi pertama Armani berupa pakaian pria. Setahun kemudian, mereka meluncurkan koleksi wanita. Peluncuran ini disambut sangat hangat oleh masyarakat Eropa kala itu.
ADVERTISEMENT
Desain pakaian Armani dianggap revolusioner karena ia menggunakan warna netral yang alami di mana banyak merek pakaian saat itu banyak menggunakan warna buatan.
Hingga tahun 1980-an, koleksi setelan jas Armani dijuluki “power suit”. Bagi banyak profesional bisnis, mengenakan Armani menjadi simbol kesuksesan tersendiri. Armani dan Galeotti kemudian mampu membuka toko Armani di Milan.
Namun, setelah sukses mencuri hati masyarakat, Armani harus kehilangan teman sekaligus mitra bisnisnya, Sergio Galeotti. Ia meninggal pada tahun 1985 karena AIDS. Armani harus tegar dan berhati besar karena ia masih harus membawa perusahaan yang dibangun bersama temannya menuju kesuksesan.
Tak lama kemudian, Armani mampu membuktikan itu dengan masuknya merek Armani ke pasar Amerika untuk pertama kalinya melalui film berjudul American Gigolo.
ADVERTISEMENT
Pada akhir 1990-an, Armani sudah memiliki lebih dari 200 ritel di seluruh dunia. Bahkan, waktu itu, keuntungan dari perusahaan ini mencapai 28 triliun rupiah.
Dalam lebih dari tiga dekade, Armani didapuk sebagai desainer ternama, sejajar dengan Coco Chanel dan Yves Saint Laurent. Ia juga menempati urutan ketiga sebagai desainer terkaya dekade ini, di bawah Satoshi Nakamoto dan Miuccia Prada. Dilansir dari Celebrity Net Worth, Armani ditaksir memiliki kekayaan senilai 9,6 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 134 triliun.