Indra Rudiansyah, Pemuda Indonesia di Balik Terciptanya Vaksin AstraZeneca

Konten dari Pengguna
25 Juli 2021 13:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Indra Rudiansyah salah satu penemu vaksin AstraZeneca/kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Indra Rudiansyah salah satu penemu vaksin AstraZeneca/kumparan.com
ADVERTISEMENT
Banyak pihak berlomba-lomba untuk menemukan vaksin Covid-19. Vaksin merupakan salah satu game changer yang diharapkan bisa meredakan kondisi pandemi yang masih berlangsung di seluruh dunia saat ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu vaksin yang banyak digunakan di berbagai negara, termasuk Indonesia, adalah vaksin Covid-19 AstraZeneca, hasil kolaborasi dengan University of Oxford.
Ternyata, ada campur tangan pemuda Indonesia di balik terciptanya vaksin Covid-19 AstraZeneca. Dia adalah Indra Rudiansyah.
Indra merupakan mahasiswa di Universitas Oxford. Dia tergabung bersama tim Jenner Institute yang dipimpin oleh Profesor Sarah Gilbert, ilmuwan Inggris yang mendapat penghormatan khusus saat menonton pertandingan tenis di Wimbledon 2021.
Sejak 20 Januari 2020, tim Jenner Institute dan Oxford Vaccine Group bekerja sama menguji coba vaksin virus corona di Pusat Vaksin Oxford.
Sarah Gilbert tak sendirian dalam proses menemukan vaksin AstraZeneca (AZ) untuk menangkal Covid-19. Ia dibantu oleh sejumlah peneliti dari berbagai latar belakang, termasuk Indra Rudiansyah yang berasal dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sarah bersama sejumlah rekannya berjasa pada kemanusiaan dengan menciptakan AZ, vaksin Covid-19 termurah yang dipakai di berbagai negara.
Sebagai penemu vaksin AstraZeneca, rupanya Sarah menolak hak paten atas karya vaksinnya. Ia membuat perjanjian dengan Oxford untuk tidak mengambil profit atau keuntungan dari vaksin corona.
Ia berharap dengan keputusannya tersebut, harga vaksin bisa lebih murah sehingga dapat diperoleh oleh seluruh golongan masyarakat.
Indra Rudiansyah, mahasiswa kedokteran salah satu kampus tertua di dunia ini, tergabung dalam tim Jenner Institute pimpinan Sarah.
Saat itu, para peneliti kekurangan tenaga kerja untuk menjalankan riset dengan urgensi tinggi ini. Semua orang diperbolehkan bergabung untuk mempercepat proses produksi vaksin ini.
Indra Rudiansyah, yang sedang menerima beasiswa LPDP, lalu masuk ke tim untuk membantu uji klinis. Ia ditugaskan untuk menguji antibody response dari para relawan yang sudah divaksin.
ADVERTISEMENT
Kepercayaan ini diberikan kepada Indra berkat pengalaman dia terlibat dalam pengembangan vaksin rotavirus dan novel polio di Biofarma setelah lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Indra memang sedang menjalani pendidikan S3 Clinical Medicine di Universitas Oxford dengan penelitian thesis yang membahas terkait vaksin malaria.
Namun, langkahnya diambil sebagai sikap nyata untuk berpartisipasi dalam pembuatan vaksin yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat.
Ia juga tampil dalam video perkenalan tim riset yang dirilis oleh Deutsche Bank pada Februari lalu. Lewat video yang dipublikasikan tersebut, masyarakat kemudian menyadari sosok peneliti muda yang membanggakan ini.
Menteri BUMN Erick Thohir, mengungkapkan sempat bertemu dengan Indra saat melakukan kunjungan ke London, Inggris di akhir tahun lalu.
Melalui live Instagramnya di akun @erickthohir, Indra menceritakan bagaimana dirinya bisa terlibat dalam program uji klinis vaksin tersebut.
ADVERTISEMENT
"Waktu itu ada grup emerging pathogen disease yang grupnya tidak banyak. Tapi karena pandemi datang, mereka membutuhkan banyak orang untuk bisa bekerja dengan Covid ini. Akhirnya salah satu PI-nya itu membuka lowongan untuk semua orang yang mau join, saya kebetulan daftar waktu itu dan saya daftar dan saya bisa melakukan teknik ini ini ini, kemudian yaudah yuk join aja, seperti itu awal mula keterlibatan saya dalam uji klinis Covid-19 ini," terang Indra.
Dalam kesempatan itu, Erick berharap Indra kembali ke Indonesia begitu lulus tahun depan. Ia diharapkan bisa memberikan dukungan yang lebih baik kepada perusahaan tempatnya bekerja. Sebab, saat ini Bio Farma telah dipersiapkan untuk bisa memproduksi vaksin dengan berbagai platform, sehingga pengalaman Indra sangat dibutuhkan untuk mendukung upaya tersebut.
ADVERTISEMENT
Pengalaman Indra dinilai sangat berharga. Sebab, vaksin yang dikembangkan dengan viral vector ini berbeda dengan metode produksi yang saat ini digunakan oleh Bio Farma.