Kisah DeLuca Dirikan Subway, Berawal Buat Bisnis untuk Biayai Kuliah

Konten dari Pengguna
13 April 2021 12:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mendiang Fred DeLuca, pendiri restoran cepat saji Subway. (Foto: Subway.com).
zoom-in-whitePerbesar
Mendiang Fred DeLuca, pendiri restoran cepat saji Subway. (Foto: Subway.com).
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, mungkin nama Subway tidak seakrab nama restoran cepat saji lainnya yang memiliki cabang di Indonesia. Meski begitu, restoran sandwich asal AS ini sendiri merupakan salah satu waralaba restoran cepat saji terbesar di dunia sebagai penyedia sandwich.
ADVERTISEMENT
Saking popularnya, seringkali restoran cepat saji ini muncul di layar kaca seperti film dan drama Korea. Restoran ini terkenal akan sandwichnya yang berukuran besar dengan harga yang cukup terjangkau. Kesuksesan Subway sendiri tidak lepas dari campur tangan pendirinya, mendiang Fred DeLuca.
Uniknya, Subway didirikan karena terpaksa oleh DeLuca karena ia membutuhkan uang untuk berkuliah. Pria kelahiran New York, 3 Oktober 1947 tersebut mendirikan Subway di usia yang masih sangat muda, yakni 17 tahun, atau tepatnya saat ia baru saja lulus SMA.
Berawal pada 1965, ketika putra dari pasangan Italia-Amerika tersebut baru saja lulus SMA dan ingin melanjutkan cita-citanya berkuliah di jurusan kesehatan. Sayangnya, DeLuca tak memiliki cukup biaya sehingga ia terpaksa harus mencari sumber pendapatan.
ADVERTISEMENT
Beruntung, ia memiliki seorang sahabat yang sudah akrab dengannya sejak masih anak-anak, yakni Peter Buck yang merupakan seorang fisikawan. DeLuca pertama kali bertemu Buck saat masih berusia 10 tahun. Teman masa kecilnya inilah yang kelak menjadi partner DeLuca dalam mendirikan Subway.
Pada kesempatan tersebut, Buck berniat membantu DeLuca dengan meminjamkan uang sebesar USD 1.000 atau Rp 14,6 juta (kurs Rp 14.000) untuk digunakan merintis usaha. DeLuca saat itu memiliki ide untuk membuat sebuah restoran yang menyediakan makanan cepat saji yang sehat dan tidak menggemukkan.
Akhirnya dengan modal tersebut, DeLuca menggandeng Buck untuk membuka restoran pertamanya bernama Pete's Super Submarines di Bridgeport, Connecticut. Restoran inilah yang menjadi cikal bakal Subway di kemudian hari. Pada hari pertama, 312 sandwich mereka yang seharga kurang dari 1 dolar per porsi laris terjual.
ADVERTISEMENT
Tiga tahun berselang, DeLuca dan Buck membuka restoran kelima dan saat ini mereka melakukan rebranding dengan mengganti nama restoran menjadi Subway. Tak butuh waktu lama, Subway berkembang sangat pesat di Connecticut hingga memiliki sejumlah cabang baru.
Pada 1974 saja, restoran mereka sudah memiliki 16 cabang di seluruh penjuru Connecticut. Angka tersebut terus bertambah hingga 99 cabang hingga empat tahun selanjutnya. Hal inilah yang membuat DeLuca berpikir untuk memperluas jangkauan penjualan dengan menggunakan sistem waralaba.
Akhirnya pada 1978, cabang di luar Connecticut pertama dibuka di Fresno, California. Sejak saat itu, cabangnya terus bertambah hingga menjangkau seluruh penjuru AS. Barulah ketika memasuki dekade 1980-an, tepatnya pada 1984, Subway mulai memasuki kancah internasional dengan membuka cabang di Bahrain.
ADVERTISEMENT
Bahkan pada dekade 1990-an cabangnya terus meningkat hingga ribuan buah di dalam maupun luar AS, bahkan melebihi cabang yang dimiliki McDonald's. Pada 1998 saja, cabang Subway mencapai 13.200 buah yang tersebar di Hong Kong, Italia, Norwegia, Irlandia Utara, hingga Pakistan.
Kesuksesan Subway sendiri tak lepas dari inovasi DeLuca, mulai dari logo restoran yang menarik, hingga roti sandwich yang diproduksi secara mandiri sejak 1983. Lalu, sandwich buatan mereka juga begitu disukai karena ukurannya besar, memiliki banyak variasi kombinasi isian sandwich, hingga kampanye sandwich-nya yang sehat dan cocok untuk diet.
Subway terus menerus menuai kesuksesan hingga abad ke-21, sampai pada 14 September 2015, Subway harus rela ditinggal pendirinya, DeLuca yang wafat di usia 67 tahun akibat leukemia yang dideritanya sejak 2013. Ia meninggalkan sejumlah harta kekayaan sebesar USD 2,5 miliar atau setara Rp 36,6 triliun (kurs Rp 14.000) pada 2015.
ADVERTISEMENT
Meski tanpa DeLuca, kini Subway telah memiliki 41.600 cabang di seluruh dunia dengan omzet mencapar USD 10,4 miliar atau setara Rp 152,4 triliun (kurs Rp 14.000) per tahunnya. Karyawannya sendiri sudah mencapai 30.000 orang di seluruh cabang. Semua itu berkat jasa Fred DeLuca membangun kesuksesan Subway hingga jadi seperti sekarang.