Kisah Eks Sopir Angkot yang Kini Kaya, Sumbang Rp 30 M Untuk Lawan Covid-19

Konten dari Pengguna
1 Juni 2021 14:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kisah Eks Sopir Angkot yang Kini Kaya, Sumbang Rp 30 M Untuk Lawan Covid-19
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Barangkali nama Prajogo Pangestu sudah tak asing lagi didengar. Jelas saja, pengusaha petrokimia itu masuk dalam daftar tiga besar orang terkaya Tanah Air versi Forbes pada 2019 silam.
ADVERTISEMENT
Ketika itu, Prajogo mampu mencatatkan nilai harta kekayaannya di Forbes sebesar 7,6 miliar dolar AS atau senilai Rp 108 triliun (kurs: Rp 14.252).
Jika diupdate hari ini, jumlah harta kekayaan Prajogo menurun 21 persen hingga hartanya kini sebesar 5,6 miliar dolar AS atau senilai Rp 79,8 triliun per 1 Juni 2021.
Salah satu faktor terbesar yang membuat harta kekayaannya berkurang adalah pandemi covid-19. Ketika WHO menetapkan virus corona itu sebagai pandemi, ekonomi dunia memang anjlok, tak terlepas dari bisnis petrokimia yang menghidupi Prajogo.
Sebagai pebisnis, sudah sewajarnya Prajogo mencari cara agar ia tetap mampu berdiri di tengah badai pandemi. Ternyata terbukti, Prajogo mampu bertahan kendati harus kehilangan beberapa triliun dari harta kekayaannya.
ADVERTISEMENT
Dalam daftar 2020 List of Indonesia's 50 Richest Face Pandemic Headwinds, Prajogo berada pada peringkat ketiga pengusaha yang paling bisa bertahan di tengah badai pandemi.
Pasar petrokimia saat itu benar-benar lemah. Sebagai pebisnis yang khusus berkecimpung di sektor itu, jelas ini berdampak pada kekayaan pria kelahiran 13 Mei 1944 itu.
Karena itu wajar jika Prajogo juga ikut berdiri memerangi covid-19. Pada April 2020 silam, Prajogo menggelontorkan dana bantuan sebesar Rp 30 miliar untuk membantu beberapa RS di daerah Jakarta, Banten, dan Jawa Barat guna pengadaan peralatan medis.
Pemilik dan founder Barito Pacific Group itu menyalurkan bantuannya melalui dua anak perusahaannya, yakni Chandra Asri dan Star Energy. Penyalurannya dilakukan oleh yayasan yang ia kelola, Yayasan Bakti Barito.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Prajogo juga sebenarnya sudah mulai memerangi covid-19 pada bulan sebelumnya. Tercatat pada Maret 2020, ia menyumbang Rp 2 miliar kepasa RSCM untuk penanganan covid-19.
Dana bantuan itu jelas sangat berguna bagi pengelola RS. Mereka akhirnya dapat membeli peralatan yang dibutuhkan seperti pakaian APD, obat-obatan tambahan, masker, dan lain-lain.
Dari besarnya harta Prajogo, hingga besarnya jumlah sumbangan yang ia gelontorkan, tahukah Anda bahwa sebenarnya Prajogo bukanlah siapa-siapa di masa lalu.
Memulai masa remaja di Barito, tanah kelahirannya, Prajogo tak menemukan jati dirinya. Ia tak kunjung maju dan tak kunjung punya progres yang bagus. Merasa bosan dan muak, Prajogo akhirnya memaksakan diri untuk merantau ke Jakarta guna progres hidup yang lebih baik. Kira-kira itu terjadi pada 1960an silam.
ADVERTISEMENT
Jangan kira pemilik perusahaan Petrokimia terbesar Tanah Air itu menemukan setumpuk emas di Ibukota. Keadaan ternyata tak lebih baik dari Barito. Prajogo sama-sama menganggur jauh-jauh dari kampung.
Akhirnya Prajogo pulang kembali ke kampung halaman dengan wajah yang lesu. Lelah dengan nasib yang tak mau berpihak, Prajogo akhirnya bekerja sebagai seorang sopir angkot demi penghidupan.
Namun, jalan nasib memang misterius. Semasa bekerja sebagai seorang sopir angkutan umum, Prajogo bertemu dengan seorang taipan kayu asal Malaysia, Bong Sun. Berhari-hari kenal dekat, Prajogo akhirnya dapat kepercayaan dari Bong Sun untuk mengelola pabrik kayu miliknya, PT Djajanti Grup.
Tak disangka, jalan karir Prajogo berkembang pesat. Berangkat dari Djajanti, ia menuju PT Plywood Nusantara, Gresik, dan menjabat sebagai General Manager. Kemampuan bisnisnya pun semakin hari semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Setelah banyak menimba ilmu di perusahaan orang lain, Prajogo memutuskan untuk mendirikan pabriknya sendiri. Pada 1990an, tercetuslah CV Pacific Lumber Coy yang sama-sama bergerak di sektor kayu. CV itulah yang kelak menjadi PT Barito Pacific yang membawa Prajogo menjadi orang terkaya Tanah Air.