Kisah Leo Fender, Raja Gitar Dunia yang Dulunya Pengangguran

Konten dari Pengguna
4 April 2021 12:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gitaris legendaris Eric Clapton dengan gitar Fender Stratocaster andalannya. (Foto: whereseric.com).
zoom-in-whitePerbesar
Gitaris legendaris Eric Clapton dengan gitar Fender Stratocaster andalannya. (Foto: whereseric.com).
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anda pernah dengar gitaris legendaris dunia Eric Clapton? Kalau iya, apa anda tahu darimana asal suara gitar indah dari lagu-lagunya ?semacam"Tears in Heaven" dan "Layla"? Ya, suara tersebut berasal dari gitar Fender Stratocaster-nya yang bernama Blackie.
ADVERTISEMENT
Fender, salah satu perusahaan yang merajai produksi gitar di seluruh dunia tersebut ternyata berawal dari sebuah bengkel reparasi radio. Pendirinya, Leo Fender, adalah sosok dibalik hebatnya merk gitar yang satu ini.
Clarence Leonidas Fender yang lahir pada 10 Agustus 1909 ini adalah seorang keturunan Yunani-Amerika. Pada usianya yang ke-8, ia didiagnosa mengidap tumor di mata kirinya hingga menyebabkannya tak bisa mengikuti wajib militer pada Perang Dunia II kelak.
Akhirnya, Leo menjatuhkan minatnya di bidang elektronik. Sejak kecil, ia rajin membongkar-pasang elektronik. Ia banyak mempelajari berbagai hal mengenai elektronik dari pamannya yang memiliki sebuah toko komponen otomotif dan servis listrik. Ia bahkan sempat membuka usaha reparasi elektronik kecil di rumah orangtuanya.
ADVERTISEMENT
Lulus kuliah akuntansi pada 1928, Leo mengawali karier dengan mulai bekerja sebagai kurir pengantar untuk Consolidated Ice and Cold Storage Company. Namun, mengingat saat itu dunia mulai memasuki masa "Great Depression," Ekonomi AS sekaligus perusahaan tempatnya bekerja turut terdampak dan menyebabkan Leo akhirnya di-PHK.
Guna mencari modal untuk menikah dengan kekasihnya Esther Klosky, Leo akhirnya kembali bekerja sebagai akuntan honorer di kantor Pemerintah California. Mereka pun akhirnya menikah pada 1934. Namun, hanya enam bulan bertahan sebagai akuntan, ia akhirnya harus kembalu kehilangan pekerjaannya.
Leo menjadi pengangguran dan hanya kerja serabutan sekitar 4 tahun lamanya sebelum akhirnya mendirikan usaha reparasi kecil Fender Radio Service (FRS) pada 1938 yang jadi cikal bakal perusahaan Gitar Fender. Berbekal pinjaman sebesar $600 dan pengalaman reparasi elektronik, FRS berhasil sukses secara bertahap.
ADVERTISEMENT
Leo sendiri terkenal tidak memilih-milih pelanggan. Dari servis radio rumahan hingga amplifier gitar milik musisi. Ia juga merakit sendiri speaker dan amplifier dan kemudian menjualnya. Dari usahanya ini pula, ia berhasil menangkap peluang dan memperoleh ide untuk mengembangkan alat musik.
Bersama Clayton Kauffman, ia medirikan perusahaan alat musik K&F Manufacturing Corporation pada awal dekade 1940-an. K&F sukses dengan produk amplifier-nya yang inovatif. Bahkan kelak inovasi mereka ini dipatenkan 4 tahun kemudian. Kebersamaan mereka tidak berlangsung lama setela Kauffman mundur pada 1946 karena urusan lain.
Akhirnya, Leo merevisi nama perusahaan tersebut menjadi Fender Electric Instrument Co. pada 1947. Memasuki dekade 1950-an, ia menciptakan gitar pertamanya bernama Fender Esquire, kemudian Fender Broadcaster dan Telecaster. Hingga pada 1954, Fender merilis Fender Stratocaster yang legendaris.
ADVERTISEMENT
Gitar tersebut begitu terkenal, penggunanya adalah para dewa gitar seperti mendiang Jimi Hendrix, Yngwie Malmsteen, Eric Clapton, dan lain-lain. Sayang, kesuksesan Stratocaster tidak diiringi oleh kesehatan Leo yang semakin buruk. Ia akhirnya terpaksa menjual Fender kepada CBS pada 1965.
Meski begitu, Leo tetap menjabat sebagai konsultan Fender. Sementara itu, ia juga bergerak di perusahaan lain. Leo menjadi Presiden Perusahaan Tri-Sonix yang namanya ia gant menjad Music Man pada 1975.
Pada 1979, ia mendirikan perusahaan G&L bersama rekannya George Fullerton dan Dale Hyatt. Perusahaan ini memproduksi gitar listrik yang desainnya terinspirasi dari gitar produksi Fender. Fender menjalani usaha ini hingga kematiannya pada 21 Maret 1991.
Meski telah ditinggalkan oleh Leo, perusahaan Fender hingga kini masih terus menjadi salah satu produsen gitar listrik terbaik di dunia. Bahkan, hampir 20 tahun setelah kematiannya, Leo memperoleh penghargaan dari Grammy Award pada 2009 sebagai teknisi terbaik.
ADVERTISEMENT
Kini, Fender memiliki total nilai aset mencapai $370 juta atau setara dengan Rp 5,38 triliun. Omzet Fender per tahunnya bahkan mencapai $173 juta atau setara dengan Rp 2,51 triliun. Hal tersebut menjadikan Fender sebagai salah satu produsen gitar terbesar bersama Gibson dan Ibanez.