Kisah Mantan Anak Jalanan yang Kini Sukses Menjadi Pengusaha Sablon

Konten dari Pengguna
14 Juli 2021 13:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rulli Nur Handoko/kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Rulli Nur Handoko/kumparan.com
ADVERTISEMENT
Setiap orang tak ada yang tahu masa depannya akan menjadi seperti apa. Saat ini mungkin ada di masa terpuruk, namun tak menutup kemungkinan nanti akan bangkit kembali dan jadi seseorang yang lebih kuat.
ADVERTISEMENT
Seperti kata pepatah, usaha tak akan mengkhianati hasil. Seseorang yang dengan giat berusaha, akan menuai hasil yang sepadan bahkan lebih. Karena roda itu berputar, tak selamanya kita berada di bawah, dan tak selamanya kita berada di atas.
Kerja keras dan kegigihan yang dilakukan oleh Rulli Nur Handoko untuk menggapai mimpinya mempunyai bisnis sendiri membawa hidupnya kini jauh lebih baik. Untuk mencapai kesuksesannya sekarang, tentu lah tidak melalui jalan yang mudah.
Rulli memiliki kisah hidup yang keras sebelumnya. Ia pernah hidup di jalanan pada tahun 2000 hingga 2008. Selama hidup di jalanan, ia mencari penghidupan dengan mengamen dan tidur di pinggiran toko.
Uang yang ia dapatkan, digunakan untuk membeli minuman keras (miras) hingga bermain dari kota ke kota. Pada 2008, hal buruk menimpa Rulli. Ia mengaku pernah mengalami kecelakaan saat melakukan perjalanan dari Yogyakarta ke Depok. Ia terjatuh dari atas truk yang ia tumpangi saat di Tol Cirebon, karena kecelakaan tersebut akhirnya lutut kanan Rulli bergeser.
ADVERTISEMENT
Rulli memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya. Dengan masih menggunakan alat bantu jalan, ia datang ke sebuah acara musik dan bertemu dengan temannya yang sudah ia anggap sebagai bapak.
Temannya menasihatinya agar berhenti main dulu sebelum sembuh. Nasihat itu seakan menamparnya. Dari situ ia mulai berpikir untuk menata hidupnya menjadi lebih baik dan terarah. Ia memutuskan untuk mencari pekerjaan.
Karena ia ber tatto, ia merasa akan sangat sulit untuknya mendapat pekerjaan. Akhirnya ia memutuskan untuk membuka bisnis sendiri yaitu usaha sablon kaus kecil-kecilan di rumahnya.
Dengan modal awal hanya sebesar Rp 60.000 yang ia dapat dari pacarnya yang kini menjadi istrinya, dan ia manfaatkan alat bekas milik kakaknya, ia mulai merintis usahanya dari nol.
ADVERTISEMENT
Karena awalnya Rulli menjalankan usaha sablon di rumahnya, ia diprotes oleh orang tuanya karena rumah menjadi bau cat. Terpaksa Rulli harus pindah tempat produksi. Ia lantas mencari kos-kosan untuk dijadikan tempat produksi.
Karena tak mempunyai dana yang cukup, ia memutar otak agar bisa membayar uang kos dengan murah. Lalu, ia berinisiatif membersihkan seluruh rumah kos. Apa yang dilakukan Rulli menarik perhatian pemilik kos, dan akhirnya Rulli dipercaya untuk menjadi penjaga kos meski tetap bayar namun dengan harga murah.
Rulli akhirnya bisa membayar kos dengan harga hanya Rp 50.000 per bulannya. Pendapatan sablonnya masih sedikit, bahkan untuk makan sehari-hari pun masih sangat sulit. Karena kondisi keuangan tak kunjung membaik, ia memutuskan untuk bekerja dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Ia memutuskan untuk merantau ke Bali karena mendengar kabar bahwa seorang temannya membuka usaha sablon disana. Ia akhirnya bekerja dengan temannya yang buka usaha sablon. Ia mengerjakan hal-hal kecil, dan pekerjaan itu ia lakukan dengan tekun.
Ia juga sempat berpindah-pindah tempat kerja di Bali, tetapi masih satu bidang yaitu sablon. Dari pengalamannya bekerja di beberapa tempat, ia mendapat banyak ilmu tentang sablon. Rulli memutuskan pulang ke Yogyakarta dan memberanikan diri membangun usaha sablon lagi dari awal.
Seiring berjalannya waktu, usaha sablonnya mengalami peningkatan yang pesat. Kini, Rulli sudah memiliki 17 orang pegawai. Pesanannya satu bulan bisa mencapai 3.500 kaus. Penghasilannya kini sangat membaik, ia bahkan bisa memberangkatkan umrah kedua orang tuanya.
ADVERTISEMENT