Kisah Pendiri Roti Bakar Eddy yang Legendaris, Berawal dari Pedagang Kaki Lima

Konten dari Pengguna
17 Maret 2020 11:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pendiri Roti Bakar Eddy sebelah kanan. Foto Instagram @risdiantiedi
zoom-in-whitePerbesar
Pendiri Roti Bakar Eddy sebelah kanan. Foto Instagram @risdiantiedi
ADVERTISEMENT
Nama Roti Bakar Eddy tentu tidak asing lagi di telinga kita. Restoran tersebut kerap mengisi sudut-sudut jalan ibu kota dengan deretan menu kuliner yang menggiurkan. Kiranya semua kalangan bisa menikmati sajian roti bakar dengan beragam rasa tersebut karena harganya yang murah.
ADVERTISEMENT
Menariknya meski dikenal sebagai tempat bersantap dengan harga terjangkau tak lantas membuat orang-orang berduit alergi untuk makan di sini. Coba kamu perhatikan tak jarang kita menemukan pembeli dengan gaya borjuis dan membawa mobil mewah asyik bersantap sambil ngobrol santai dengan kolega. Hal tersebut membuktikan jika RBE diterima seluruh kalangan.
Di balik nama besar restoran tersebut, ternyata ada profil orang sukses pekerja keras yang memulai perjalanannya dengan merantau ke ibu kota, yang tak lain adalah Eddy Supardi. Pria asal Solo, Jawa Tengah yang memutuskan untuk berdikari di usianya yang ke 15. Sama seperti jutaan pendatang lainnya, Eddy merantau tentu saja berharap agar nasibnya bisa lebih baik. Saat itu bermodal restu dari orang tua dan sedikir kenekatan ia menginjakkan kaki di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Lantas apa Eddy Surapardi langsung membuka tokonya seperti yang dikenal sekarang ini? Jawabannya tentu tidak, toh dia pun memilih merantau karena ingin mencari pekerjaan, jika berasal dari keluarga kaya raya mungkin ia bisa saja langsung membuka restoran di kampung halaman.
Beragam pekerjaan dilakoni oleh Eddy, mulai dari menjadi pelayan di warung roti bakar kaki lima, hingga penjual koran keliling. Pikiran Eddy kala itu, kerja apa saja siap dilakoni asal halal dan cukup untuk hidup. Selain dikenal pekerja keras, sosoknya juga terbilang disiplin dan hemat. Terbukti dari gaji pas-pasan yang ia dapat selalu ia paksakan untuk ditabung agar kelak bisa dijadikan modal usaha. Pak Eddy sudah memikirkan jangka panjang ya ternyata.
ADVERTISEMENT
Dan benar saja, setelah uangnya terkumpul, ia membuka usaha kuliner pertama, yakni lontong sayur dan bubur ayam di kawasan Universitas Al Azhar Indonesia, Blok M, Jakarta Selatan. Namanya jualan di pinggir jalan ya siap-siap aja berhadapan dengan petugas keamanan dan ketertiban (kamtib). Yah, mungkin karena dulu belum ada tempat khusus yang diperuntukkan buat pedagang kaki lima kayak sekarang.

Awal Roti Bakar Eddy

Gerai Roti Bakar Eddy. Foto: rotibakareddy.com
Selanjutnya Pak Eddy ini sangat pintar dalam melihat pangsa pasar. Di kawasan Al Azhar saat itu belum ada yang berjualan roti bakar, ia pun banting setir karena melihat prospek kedepanya yang baik. Apalagi ia sudah pernah merasakan bekerja langsung di warung roti bakar saat pertama kali ke Jakarta. Dari sanalah nama Roti Bakar Eddy mulai dikenal masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Sejak awal, RBE memakai roti tawar alias white bread buatan sendiri, dengan ukuran yang panjang dan ramping. Dua helai roti akan dioles isian sesuai keinginan pembeli, lalu dibakar di atas arang hingga kering dan berwarna kecokelatan, karena rasanya yang lezat RBE muai diminati banyak orang.
Namun, karena jualannya saat itu masih dipinggir jalan layaknya pedagang kaki lima membuat Eddy menjadi incaran kamtib ditambah lagi pembelinya yang membludak sampai jalan raya, karena hal itu Eddy harus rela berpindah-pindah tempat demi menghindari penggusuran.
Tiga tahun kemudian ia sempat mengalami kerugian karena peristiwa Malari, yaitu pemberlakuan jam malam oleh pemerintah, jadi orang tidak boleh berkeliaran dari pukul 18.00 sampai 06.00 pagi.

Kesuksesan dan Wafatnya Eddy Supardi

Konsistensi Eddy dalam mempertahankan rasa dan dan kualitas roti bakarnya mengantarkan usaha ini pada kesuksesan. Kini cabang RBE sudah menggurita di Jakarta dan sekitarnya. Diketahui gerai Roti Bakar Eddy di Blok M, Ciputat, Senayan, dan Mampang kini dikelola oleh Ari, anak ke-4 Eddy. Sementara itu, gerai yang dibangun di Depok, Cibubur dan Pondok Gede dipegang oleh putri Eddy, Risdianti.
ADVERTISEMENT
Omzet satu cabang Roti Bakar Eddy diperkirakan mencapai miliaran rupiah dalam satu bulan. Meski Eddy sudah meninggal pada 2018 silam, rasanya sulit untuk melupakan jasa Pria asal Solo ini bagi bisnis kuliner di Jakarta. Apa yang dimulai Eddy pada 1971 silam, kini sudah diikuti oleh banyak pengusaha lain. Roti Bakar Eddy sendiri dikenal sebagai pelopor kuliner tongkrongan sejak era 1970-an.