Mengenal Pencuci Piring yang Sukses Bikin Brand Fesyen Elit Gucci

Konten dari Pengguna
14 Januari 2021 12:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Guccio Gucci, pendiri Gucci. (Foto: dok. Vogue Italia)
zoom-in-whitePerbesar
Guccio Gucci, pendiri Gucci. (Foto: dok. Vogue Italia)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di zaman sekarang, rasanya tak asing lagi mendengar kata Gucci. Salah satu fashion brand ternama dunia yang harga per item-nya dipatok jutaan ke atas. Tak heran, karena target pasarnya memang untuk orang-orang menengah atas. Bahkan, toko Gucci di Indonesia pun hanya bertengger di mal-mal mewah saja.
ADVERTISEMENT
Walaupun tidak semua orang bisa membeli brand asal Italia itu, kerap kali Gucci jadi perbincangan masyarakat. Bisa karena desain produknya yang mengagumkan, atau harganya yang begitu fantastis. Tapi, apa ada yang penasaran siapa sosok di balik pendiri Gucci?
Mungkin hanya segelintir orang saja, ya. Padahal, di balik kesuksesan Gucci saat ini, ada kisah inspiratif dari pendirinya, yaitu Guccio Gucci.
Guccio dilahirkan di Florence, Italia pada 1881. Ia bukanlah berasal dari keluarga yang berada. Tidak punya privilege apapun untuk sukses. Sang ayah berprofesi sebagai pengrajin kulit di kawasan industri Florence. Guccio ingin membantu perekonomian keluarga, tapi tak tertarik bekerja seperti ayahnya lalu ia memutuskan mengadu nasib ke negara lain.
Mengadu Nasib dan Menjajal Berbagai Pekerjaan
ADVERTISEMENT
Pada 1898, ia meninggalkan Italia untuk berkelana ke Prancis dan juga Inggris. Di sana, ia menjajal beberapa pekerjaan, seperti pelayan dan juga pencuci piring. Setelah mencoba pekerjaan-pekerjaan itu, ia menetap sebagai penjaga lift di The Savoy Hotel, London.
Hotel tersebut memang terkenal dengan mayoritas pengunjungnya dari golongan atas, terutama bangsawan. Menjadi penjaga lift tentunya bertemu dengan banyak orang. Saat bekerja, Guccio selalu mengamati penampilan dari pengunjung hotelnya. Ia kagum dengan pakaian, tas, koper, serta aksesori mewah yang tamunya gunakan berlabel brand kulit mewah asal Inggris.
Karena di dalam hidupnya, ia tak pernah menyentuh barang-barang mahal sehingga melihat para tamu hotel menggunakan berbagai hal mewah sontak membuat kekaguman tersendiri baginya. Inilah cikal bakal didirikannya Gucci.
ADVERTISEMENT
Balik ke Kampung Halaman dan Mendirikan Gucci
Toko pertama Gucci di dunia, Florence, Italy. (Foto: Instagram @whereisgara @aboutstyle)
Puluhan tahun bekerja di negara orang, Guccio berdedikasi kembali ke kampung halamannya, Florence. Bekerja lama di hotel, bertemu langsung dengan penikmat fashion, membuat dirinya terinspirasi menekuni dunia mode.
Awalnya ia memang tidak tertarik mengikuti jejak ayahnya sebagai pengrajin, justru saat ia kembali ke Florence, Guccio mulai membantu ayahnya sebagai pengrajin untuk membuat tas kulit dan sadel.
Sadel yang dibuat oleh Guccio dan ayahnya laku keras dipesan dari kaum bangsawan. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Perkembangan teknologi semakin maju, permintaan sadel menurun karena mulai muncul mobil.
Tidak ingin usahanya gulung tikar, Guccio mulai mengembangkan produksi tas dan juga aksesori berbahan dasar kulit sesuai dengan apa yang ia lihat saat bekerja di hotel. Ia mendirikan House of Gucci pertama kalinya pada 1921.
ADVERTISEMENT
Karena ayahnya berprofesi sebagai pengrajin bukanlah hal yang sulit untuk Guccio mendirikan bisnis ini. Ia telah mempelajari keahlian yang dimiliki ayahnya dan merancang produk-produknya sendiri.
Dikenal dengan sosok yang kreatif dalam menghasilkan produk yang inovatif, tas serta aksesori yang dihasilkan Guccio mendapat perhatian untuk dibeli oleh kaum elite. Dari sini, usahanya mulai berkembang hingga ia harus memperkerjakan pengrajin terbaik di kotanya agar produk yang dihasilkan tetap berkualitas tinggi.
Selain itu, ia juga melihat peluang dari pelanggannya yang suka berkuda. Ia menggunakan logo kuda sebagai ikon dari bisnisnya agar lebih banyak menarik minat pembeli. Tentunya, idenya ini sukses menggaet konsumen jadi lebih banyak lagi.
Tak perlu menunggu lama, bisnisnya ini mulai terkenal di seluruh penjuru Florence. Guccio pun tak kehabisan akal, ia mengeluarkan produk baru, seperti sepatu yang jadi populer karena banyak digunakan oleh masyarakat Florence.
ADVERTISEMENT
Dari kesuksesan bisnisnya, ia mulai membuka cabang di Milan. Tak hanya di kota asalnya, ia juga mulai membuka cabang di Negeri Paman Sam, yakni di New York dan juga Manhattan.
Namun, siapa yang sangka, di tengah ketenaran Gucci saat itu, Guccio dipanggil sang Pencipta pada 2 Januari 1953. Usahanya ini lalu diteruskan oleh anak-anaknya. Diketahui, Guccio menikah dengan Aida Calvelli dan dikaruniai enam orang anak.
Di bawah pengelolaan anak-anaknya, brand Gucci semakin maju. Pada sekitar tahun 1960-an, perusahaan Gucci mengubah logo yang awalnya ikon kuda menjadi simbol “GG” yang terkait satu sama lain, ini mengartikan pendirinya ialah Guccio Gucci.