Modal Ijazah SD, Pengusaha Ini Sukses Punya Lebih dari 300 Cabang Warung Makan

Konten dari Pengguna
31 Maret 2020 12:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Warteg Kharisma Bahari (Foto: Kartika Pamujiningtyas/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Warteg Kharisma Bahari (Foto: Kartika Pamujiningtyas/kumparan)
ADVERTISEMENT
Untuk kamu yang tinggal di Jabodetabek, pasti tidak asing dengan warung makan yang satu ini, ya warteg dengan nuansa warna hijau, kuning dan merah bertuliskan Warteg Kharisma Bahari. Saat kita melihat pertama kali, kesan yang dihadirkan terlihat besih dan terang benderang bukan?
ADVERTISEMENT
Ternyata sang pemilik warteg, Sayudi ingin memberikan suasana berbeda bagi para pelanggan karena biasanya beberapa rumah makan tipe ini terlihat agak kotor dan kurang nyaman untuk menikmati makanan.
Menurut pria asli Tegal ini kunci dalam membangun kesuksesan bukan modal yang besar namun sebuah keberanian. Ia menyadari jika ijazah SD yang ia punya membuat sulit untuk memiliki pekerjaan tetap. Dengan begitu, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menjadi seorang wiraswasta.
Kesuksesan yang dicapai Sayudi tidak dibangun dalam semalam, perlu kerja keras, pantang menyerah dan tidak putus asa saat diterpa masalah.
Sayudi terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja, ayah dan ibunya merupakan seorang petani di desa, setelah tamat SD ia tidak melanjutkan sekolah melainkan memilih untuk merantau ke Jakarta. Ternyata kehidupan kota tidak seperti yang dibayangkan, bahkan Sayudi harus memutar otak bagaimana ia bisa berjuang dan tetap dapat penghasilan.
ADVERTISEMENT
Akhirnya saat itu ia sempat bekerja sebagai tukang asongan dengan gerobak seadanya yang dipangkal di Terminal Pulo Gadung, Jakarta Timur. Profesi ini ia lakoni cukup lama sebagai penghasilan utama. Namun, lambat laun ia menyadari jika pendapatan dari asongan hanya cukup untuk sehari-hari.
Dengan uang tabungannya dari hasil asongan, akhirnya bermodal tekad dan modal minim ia memutuskan untuk membuat warung khas tegal di Jakarta. Lantas apa usahanya langsung sukses dan bisa membangun ratusan cabang?
Kenyataan pahit ternyata harus ditelan Sayudi karena tidak lama warung yang ia rintis malah bangkrut karena sepi pengunjung. Dari sana ia berpikir bagaimana dapat penghasilan kembali padahal saat itu ia tengah memiliki istri dan seorang anak.
Karena keterbatasan dalam modal akhirnya Sayudi kembali menggeluti usaha asongan di terminal. Berangkat dari pengalaman dan jatuh bangun. Saat itu Sayudi mulai menyadari jika ia melakukan usaha tanpa persiapan yang matang.
ADVERTISEMENT
Tidak putus asa begitu saja, pada 1998 ia melihat peluang untuk mengambil alih bisnis warteg orang lain yang sudah mau bangkrut. Saat disepakati, ternyata, warteg tersebut sudah dalam rencana akan digusur. Sayudi pun bingung dan merasa kesal karena telah ditipu.
Tapi, ia beruntung dan diselamatkan oleh reformasi. Tahun 1998, saat itu kerusuhan di Ibu Kota Jakarta mulai terjadi. Berkat kerusuhan itu, rencana penggusuran pun dibatalkan dan warteg tersebut dapat bertahan hingga 10 tahun lamanya.
Kemudian Sayudi berionovasi untuk membuat gerai warteg sendiri, ia berencana untuk menyewa lokasi berjualan, tetapi seringkali mendapatkan penolakan dengan alasan jika membangun warteg maka tempat kan kotor.
Stigma tersebut akhirnya membuat Sayudi berpikir untuk membangun warteg bersih dan terang benderang. Ia pun tidak lagi bergantung dengan orang lain. Tempat wartegnya ia bangun secara bertahap, mulai bermodal triplek sampai ia renov dengan tembok dari hasil keuntungan. Berjalannya waktu, bahkan Sayudi memasang keramik di dinding agar terkean selalu bersih.
ADVERTISEMENT

Membangun Bisnis Waralaba

Sayudi pemilik Warteg Kharisma Bhari. Foto: swa.co.id
Setelah wartegnya mulai ramai, ia kewalahan mengurusnya berdua dengan sang istri. Satu per satu temannya dari Tegal mulai diajak untuk bekerja di warungnya.
Setelah beberapa tahun ikut dengan Sayudi, temannya ini memiliki keinginan buat membuka jenis usaha yang sama, tapi modal yang dimilikinya baru Rp 80 juta. Sayudi pun menawarkan pinjaman modal, tanpa bunga, dan tanpa tenggat waktu.
Artinya, temannya ini bebas mau bayar hingga kapan saja dan dengan jumlah cicilan perbulannya yang disesuaikan dengan kemampuannya. Setelah warteg temannya jadi, mereka pun sepakat buat menamai warteg ini dengan nama Kharisma Bahari, dan dari sinilah cikal bakal waralaba warung Tegal fenomenal ini dimulai.
Nama Sayudi pun menjadi terkenal di Tegal. Banyak dari mereka yang meminta bantuannya untuk dibuatkan warteg dan mulailah Kharisma Bahari menjamur di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Larisnya pengunjung dan semakin terkenal nama Warteg Kharisma Bahari membuat orang di Jabodetabek tertarik membuka usaha yang sama. Saat itu Sayudi memberi syarat bagi investor untuk membayar Rp 110 juta, nantinya ia akan membangun sebuah warteg dengan ciri khas Kharisma Bahari serta mendapat 3 orang karyawan dan 2 pengelola yang bertugas memasak di dapur.
Dari bisnis ini usahanya semakin menjamur, diketahui saat ini Warteg Kharisma Bahari sudah memiliki lebih dari 300 cabang di Jabodetabek, dan ditaksir Sayudi mendapat keuntungan hingga Rp 600 juta per bulan.
Walaupun sukses sepeti sekarang, ia tidak lupa dari mana berasal. Bahkan Sayudi membangun warteg yang lain, yakni Warteg Subsidi dan Warteg Mamoka untuk menargetkan orang-orang yang punya uang pas-pasan. Di warteg Mamoka Sayudi menerapkan setiap hari Jumat jam 11.00- 14.00 siapapun yang datang cukup membayar Rp 10.000 dan bisa makan sepuasnya.
ADVERTISEMENT
Dari perjalanan karier Sayudi mengingatkan untuk tetap berjuang di masa-masa terpuruk dan butuh keberanian untuk menjalani suatu bisnis apa pun.