Profil Orang Sukses: Terlahir Lumpuh, Pengusaha Elektronik Ini Disangka Pengemis

Konten dari Pengguna
4 Maret 2020 17:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi toko barang elektronik Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi toko barang elektronik Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pilu pasti terasa saat kita meyadari bahwa hidup kerap berlaku tidak adil bagi segelintir orang yang memang terlahir ke dunia dengan keterbatasan. Selain munculnya rasa tidak terima dalam diri atas keadaan atau kenyataan yang menjadi duri di dalam hati, penolakan, penghinaan, hingga diskriminasi tak ubahnya jeruji besi, mengurung siapapun yang tidak dikehendaki dan memisahkannya dari kehidupan.
ADVERTISEMENT
Barangkali hal tersebut pernah dirasakan oleh Pria asal Magetan, jawa Timur, bernama Sugimun yang sukses membangun bisnis. Sugimun adalah seorang pengusaha barang elektronik yang memiliki nama “Cahaya Baru”. Toko Cahaya Baru ini sudah tidak asing terdengar bagi warga Magetan, Trenggalek, dan wilayah lain di sekitarnya.
Popularitasnya toko “Cahaya Baru” sejalan dengan reputasinya yang harum. Sugimun diketahui memiliki 3 toko yang bisa mengalirkan keuntungan sampai menyentuh angka Rp 150 juta dalam sebulan.
Sama sekali tidak salah ketika orang-orang berpikir bahwa Sugimun bisa menjadi pengusaha karena kerja kerasnya. Namun, yang orang-orang harus tahu juga bahwa Sugimun bisa menjadi “Cahaya Baru” untuk dirinya dan keluarganya karena keteguhannya dalam menghadapi kenyataan.
Lumpuh Sejak Lahir
ADVERTISEMENT
Sugimun dilahirkan dalam keadaan lumpuh akibat polio. Sugiman juga harus menjalani hari demi hari di masa kecilnya tanpa sedikitpun menyentuh pendidikan formal. Keluarga Sugimun bukan keluarga berada, sehingga kelumpuhan membuat pendidikan TK, SD, SMP hingga SMA hanya menjadi angan-angan yang bisa dipandangi dari jarak jauh oleh Sugimun.
Menginjak umurnya yang ke 19, Sugimun mulai menemukan peluang untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Tim yang tergabung dari Aparatur Desa dan Dinas Sosial singgah ke rumah Sugimun untuk mengajaknya mengikuti program penyantunan dan rehabilitasi sosial dan penyandang cacat di Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) “Suryatama” yang berada di Kota Bangil, Jawa Timur.
Tentu menjadi suatu hal yang menyakitkan bagi Sugimun ketika ia mendapati dirinya sama sekali tidak bisa membaca, di antara orang-orang penyandang disabiltas lain yang memiliki ijazah. Hal tersebut membuat Sugimun ingin berhenti menerima kenyataan, dan mulai melawannya. Selain menjalani bimbimbang fisik dan mental, Selama 2 tahun Sugimun mempertajam ilmu dan keterampilannya dalam memperbaiki barang elektronik di panti yang ada di Bangil, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Menjadi Kuat karena diterpa penolakan
Ilustrasi kursi roda (Foto: REUTERS/Toby Melville).
Enggan untuk menyerah adalah salah satu hal yang bisa ditemukan dalam profil orang sukses, begitupula dalam riwayat hidup Sugimun. Ia mengalami berbagai macam penolakan ketika mencoba untuk mencari pekerjaan selepas dari panti Suryatama.
Penolakan demi penolakan sudah seperti kartu, di mana Sugimun harus dihadapkan ketidakpastian dan juga harus menanggung semua kekalahannya sendirian. Penolakan tersebut menumbuhkan keinginan baginya untuk memulai menggantungkan nasib kepada Tuhan dan dirinya sendiri dengan mulai merintis usaha.
Ibu Sugimun adalah salah satu orang yang paling berjasa dalam kisah suksesnya. Pada Tahun 1992, Sugimun memulai bisnis dengan modal Rp 15 ribu yang didapat dari emas yang dijual oleh ibunya. Di kampung halamannya, Sugimun membuka jasa servis barang elektronik yang berbarangan dengan 4 lapak sayur miliknya.
ADVERTISEMENT
Membuka lapak kecil tersebut merupakan suatu hal yang besar. Bayangkan saja, Sugimun harus berjibaku dengan jarak di saat dirinya mengalami kelumpuhan. Belum lagi dalam menggeluti bisnisnya yang tak selalu ramai.
Meski begitu, sebagai pengusaha, Sugimun tetap memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya. Ia tak segan untuk memberikan penjelasan kepada para pelanggan tentang kerusakan dari barang-barang elektronik mereka. ia juga menyediakan onderdil yang bervariasi, dan ia jual dengan harga murah.
Performanya dalam berbisnis membuatnya dipercaya oleh pelanggan-pelanggannya dan berimbas pada pendapatan yang semakin meningkat. Ia menyisihkan pendapatannya untuk modal berbisnis hingga bisa menjual barang elektronik.
Karena bisnisnya pula, ia akhirnya mampu mengantarkan adik-adiknya hingga lulus SMU. Membawa cahaya baru bagi keluarganya, sebagaimana nama toko barang elektroniknya.
ADVERTISEMENT
Manusia yang membumi
Keberhasilan Sugimun dalam merintis kesuksesannya dari bawah tak semata-mata membuatnya menjadi orang yang congkak ataupun lupa diri. Ia memberikan kesempatan kepada keluarganya untuk membantu bisnis toko elektroniknya.
Sugimun juga mau mengulurkan tangannya kepada orang-orang di daerahnya yang membutuhkan bantuan. Ia membuka pelatihan keterampilan yang ditujukan untuk anak-anak yatim dan penyandang disabilitas.
Sebagian manusia memang bekerja keras demi hidupnya tanpa harus melepas kepeduliannya terhadap manusia lain, seperti Sugimun. Tapi, beberapa manusia lain masih saja menganggap seseorang lebih rendah ketimbang dirinya sendiri yang didasarkan penilaian secara sekilas atau dari luar saja, seperti yang pernah ditemui oleh Sugimun.
Suatu hari Sugimun datang ke sebuah showroom mobil dengan menggunakan kursi roda. Seorang pegawai kemudian menghampiri Sugimun sembari mengelurukan tangan dengan uang receh.
ADVERTISEMENT
Tidak ada momen yang menyentuh hati setelahnya, melainkan momen yang menyentil hati siapapun yang sering menilai orang lain selain dari hatinya: si pegawai pergi dengan memikul segunung rasa malu saat Sugimun mengaku datang ke showroom untuk mencari mobil, bukan datang sebagai pengemis.