Sanawi Awalnya Kuli Bangunan Tak Lulus SD, Kini Berpenghasilan Miliaran

Konten dari Pengguna
1 Juni 2021 11:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sanawi/Kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Sanawi/Kumparan.com
ADVERTISEMENT
Setiap orang pasti ingin menjadi seseorang yang sukses. Namun, untuk mencapai kesuksesan tersebut tentulah tidak mudah. Dalam mencapai kesuksesan harus melalui proses dan perjuangan yang panjang, jatuh bangun serta lika-liku kehidupan dihadapi. Hal ini lah yang dialami Sanawi.
ADVERTISEMENT
Lelaki asal Blora, Jawa Tengah bernama Sanawi yang mempunyai kegigihan dalam mencapai kesuksesan. Sanawi merupakan seorang pengusaha yang gigih. Lahir dari keluarga yang serba kekurangan, membuat Sanawi tidak dapat melanjutkan sekolahnya dan hanya dapat bersekolah sampai tingkat 1 Sekolah Dasar saja.
Meski tanpa bekal pendidikan yang memadai, tak lantas membuatnya tak mampu meraih keberhasilan. Ketika memiliki tekad dan keinginan yang kuat, maka selalu ada jalan untuk mencapainya.
Tentu saja, karena ia memiliki bekal pendidikan yang rendah membuatnya tidak bisa membaca dan menulis, atau singkatnya ia adalah seorang yang buta huruf. Tetapi hal tersebut tidak mematahkan semangatnya dan membuatnya menyerah pada keadaan.
Pekerjaan pertama yang dilakukan Sanawi sejak berhenti sekolah adalah menjadi penggembala sapi yang dimiliki tetangganya untuk membantu ekonomi keluarganya.
ADVERTISEMENT
Karena merasa pekerjaan tersebut tak mampu mengubah kehidupannya, Sanawi yang saat itu masih remaja berusia 16 tahun memutuskan untuk merantau dan mencari pekerjaan di Jakarta. Ia berangkat bersama tetangganya dengan bermodalkan uang hasil dari jualan ketela di kampung.
Sesampainya Sanawi di Jakarta, ia bekerja sebagai kuli bangunan. Tak hanya itu, bila ada waktu luang Sanawi memanfaatkannya dengan membuka jasa pengecatan ke rumah-rumah orang.
Pada tahun 2006, Sanawi lalu pergi ke Samarinda bersama teman-teman proyeknya. Di kota itu, ia pun juga menjadi kuli bangunan.
Karena merasa hasil dari kuli bangunan tidak dapat meningkatkan pendapatannya, sehingga dia mulai berpikir untuk mencari tambahan pendapatan dengan cara berjualan es krim. Saat itu ia memutuskan meminjam modal Rp. 60.000 dari temannya, dan ia gunakan untuk memulai usahanya dalam berjualan es krim.
ADVERTISEMENT
Setiap hari, Sanawi mengendarai sepedanya untuk berjualan es krim. Sering kali ia kerap ditolak dan diusir oleh para orang tua yang tidak ingin anaknya membeli es krim. Walau demikian, Sanawi tak menyerah dan tetap menggenjot sepeda es krimnya hingga berhasil mendapatkan keuntungan Rp. 15.000 per hari.
Dengan penghasilannya, ia pun memutuskan untuk berhemat dan menabung hasil dari jualannya. Tabungan yang terkumpul sedikit demi sedikit akhirnya cukup untuk ia membeli motor.
Tetapi hal tersebut tak lantas membuatnya mudah puas dengan apa yang telah diraih, dengan sisa modal tabungan yang dimilikinya ia pun memberanikan diri untuk menjadi distributor es krim dan membuat brand es krim sendiri yang diberi nama Es Krim Vanesa.
ADVERTISEMENT
Melihat peluang yang besar dalam bisnis ini, Sanawi pun mengajak teman-temannya di proyek bangunan untuk turut berjualan dan menjadi mitra. Tak disangka, bisnis es krim ini berkembang pesat.
Sekitar tiga tahun ia menjalani bisnis ini, Sanawi berhasil mengumpulkan sebanyak 400 mitra es krim pada tahun 2010. Di tahun 2017, bertambah menjadi 700 mitra dan brand Es Krim Vanesa memiliki cabang di Makassar, Manado, Batam, Kalimantan, hingga Jakarta.
Kini, Sanawi sudah berhasil mencapai kesuksesan dengan omzet miliaran meski bukan berangkat dari latar belakang keluarga yang berkecukupan dan tidak menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Namun, ia tetap menganggap bahwa pendidikan adalah hal yang penting.