Menanamkan Literasi Sejak Dini Melalui Pocapoli

Program PINTAR
PINTAR atau Pengembangan Inovasi Kualitas Pembelajaran adalah pogram yang dikembangkan Tanoto Foundation untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia.
Konten dari Pengguna
17 Februari 2022 6:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Program PINTAR tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ibu Maryani berfoto dengan latar belakang pocapoli di ruang kelas SDN 091/IX Rengas Bandung.
zoom-in-whitePerbesar
Ibu Maryani berfoto dengan latar belakang pocapoli di ruang kelas SDN 091/IX Rengas Bandung.
ADVERTISEMENT
Oleh: Maryani, S.Pd
Kepala sekolah SDN 091/IX Rengas Bandung/Fasda MBS Program PINTAR Penggerak Tanoto Foundation
ADVERTISEMENT
Riset Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), pandemi menimbulkan kehilangan kesempatan belajar atau learning loss literasi dan numerasi yang signifikan.
Salah satu strategi yang dilakukan guru agar kegiatan literasi berjalan di masa pandemi terutama pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) yaitu dengan membuat pojok baca pohon literasi (Pocapoli) di dalam kelas.
Budaya literasi bagi warga sekolah dimulai dari membaca, menulis dan pada akhirnya apa yang dilakukan tersebut berbuah kebiasaan tanpa keterpaksaan.
Pocapoli yang telah diisi buku di ruang kelas 051/IX Setiris Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi.
Konsep Pocapoli
Konsep awal Pocapoli adalah siswa dapat membaca buku di mana saja, salah satunya di sudut baca kelas.
Selain di SDN 091/IX Rengas Bandung, SDN 051/IX Setiris Maro juga memiliki pocapoli. Siswa pun senang dengan kehadirannya.
Tujuan pocapoli adalah meningkatkan budaya literasi di sekolah dan memotivasi siswa membaca buku di pojok baca.
ADVERTISEMENT
Pocapoli dibuat oleh guru dan dibantu oleh semua siswa. Pelaksanaanya dilakukan ketika istirahat, sebelum memulai pembelajaran dan di hari sabtu.
Semua guru saling membantu dalam proses pembuatan dengan menyelesaikan satu persatu setiap ruang kelas.
Lukisan yang disesuaikan dengan usia anak, seperti di kelas awal temanya adalah lukisan pohon cita-cita, di mana setiap buahnya bertuliskan cita-cita anak.
Ada juga pohon tema di setiap cabangnya bertuliskan tema dalam buku kurikulum 13, kemudian tidak lupa pelajaran agama pohon rukun islam di setiap helai daun bertuliskan rukun Islam.
Untuk kelas tinggi berupa pohon pecahan agar anak bisa mengingat pecahan dan lain sebagainya.
Membuat lukisan tersebut bukan hanya sekedar lukisan tetapi bermakna.
Dengan bermaknanya lukisan menambah minat siswa untuk membaca di sudut baca sehingga ketika pelajaran selesai atau ketika jam istirahat mereka bisa membaca bersama di sudut baca.
ADVERTISEMENT
Pembuatan Pocapoli tidak hanya di ruang kelas, namun bisa juga di kantor dibuat lukisan pohon budaya yang mencerminkan kegiatan sekolah.
Setiap akarnya bertuliskan sikap relijius, nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan integritas.
Pembuatan Pocapoli
Proses pembuatan pocapoli tidak membutuhkan modal yang besar cukup dengan menggunakan buku gambar, kertas karton, origami, spidol, cat air, kuas, lem fox, gunting dan cat pilox.
Bahan dan alat tersebut digunakan untuk membuat karya lukisan dimulai dari melukis gambar pohon di kertas gambar atau di kertas karton dengan menggunakan spidol kemudian diwarnai dengan menggunakan cat air.
Setelah selesai gambar atau lukisan ditempelkan ke dinding dengan menggunakan lem fox terakhir disemprot dengan menggunakan cat pilox agar hasil gambar terlihat hidup dan tahan lama.
ADVERTISEMENT
Untuk daun dan bunganya dibuat dengan menggunakan kertas origami sesuai desain yang kita buat.
Tulisan yang dibuat cukup diketik dan bisa ditempel di pohon dan daunnya sesuai dengan tema gambar.
Keberhasilan warga sekolah membuat pocapoli tidak terlepas dari peran Program PINTAR Penggerak Tanoto Foundation pada materi peran serta masyarakat (PSM). Salah satunya dukungan paguyuban orangtua sekolah dalam mendukung program Pocapoli.
Pembuatan pocapoli tidak sesulit yang dibayangkan dan tidaklah butuh modal besar dengan segala kreativitas yang dimiliki guru dan siswa pun dapat berkolaborasi.