Kuncar Mempersempit Gerak

Supriyadi
freelancer
Konten dari Pengguna
25 Januari 2019 8:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supriyadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kuncar Mempersempit Gerak
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Flyer yang menyempitkan ruang gerak Kuncarsonno, saat digagas sebagai calon walikota Surabaya 2020/Kuncarsono Prasetyo
ADVERTISEMENT
______________
Kuncarsono Prasetyo sudah menyatakan serius sebagai calon walikota Surabaya 2020 mendatang. Pernyataan Kuncar disampaikan kepada kami yang berhimpun di Taman Bungkul, 11 Januari 2019.
Kami menyebut, karena pernyataan serius itu di depan saya dan teman-teman Kuncar yang dikenalnya secara baik.
Tiga teman yang saya anggap tahu “jerohan” Kuncar. Karena dulu sama-sama kuliah di Unair. Mereka itu AO, Arif, dan Emil. Teman lain Dulloh, Haris, dan Vian, serta Gepeng.
Dulloh, bisa jadi Kuncar mengenalnya saat sama-sama masih menjalani profesi sebagai wartawan. Dulloh di Memorandum dan Kuncar di Surya. Beda dengan Haris dan Vian. Menurut cerita masing-masing, mereka saling mengenal saat Surabaya menggelar pemilihan walikota 2005. Pemilihan langsung pertama mereka membantu pemenangan pasangan calon Erlangga-AH Thony.
ADVERTISEMENT
Gepeng, bisa jadi Kuncar mengenalnya di Tambak Bayan. Begitu ia menggeluti sebagai peminat heritage Kota Surabaya. Tambak Bayan, kampung yang saya tahu betul persoalannya. Kategori kampung bersejarah di Surabaya. Banyak dihuni etnis Tionghoa. 2011 mendapat ancaman penggusuran.
Pastinya menjadi perhatian Kuncar juga. Dan di kampung itulah, bisa jadi saat Kuncar berkunjung mengenal Gepeng.
Masing-masing teman Kuncar itu saya mengenalnya dengan baik. Pastinya, saya tahu juga masing-masing dalam menilai Kuncar. Menurut mereka, Kuncar itu antara guyonan dan serius sama.
“Justru saat Kuncar itu guyon, di situ keseriusan dia, “ begitu mereka menjuluki.
Arif yang malam itu minta penegasan Kuncar. Meminta Kuncar tidak mencampurkan, antara guyon dan serius. Serius atau sekadar untuk guyonan? Kalau serius ya serius, kalau guyonan lalu dianggap serius, tergantung bagaimana cara pengemasannya.
ADVERTISEMENT
Kuncar menyatakan serius. Meski saya melihat mimik Kuncar dalam pernyataan serius itu masih ada tanda guyonan. Kami menyudahi, bahwa Kuncar serius ingin mencalon diri sebagai walikota Surabaya 2020 mendatang. Sepakat!
Hanya saja bergulirnya waktu. Saya melihat Kuncar mempersempit ruang geraknya. Bertolak dengan yang ia katakan, seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak. Begitu kira-kira yang ia ungkapan.
Entah pernyataannya siapa yang dikutip itu. Pernyataan mengandung spirit. Terdapat nilai yang luar biasa. Mengajak manusia untuk bersama-sama tanpa sekat kedudukan, latar belakang, atau bisa jadi kelompok.
Namun apa yang terjadi. Keseriusan Kuncar disekat dalam kelompok. Ia yang merupakan sarjana Unair Surabaya. Merasa terhantui dengan sarjana lain, yang sudah berperan di Kota Surabaya.
Kuncar Mempersempit Gerak (1)
zoom-in-whitePerbesar
Kuncar kerap menyebutnya, kita harus mengubah pola-pola oligarki politik. Saya menangkapnya, oligarki yang selama ini dirawat partai politik di Surabaya.
ADVERTISEMENT
Ternyata yang saya pahami salah. Oligarki itu adalah tataran perguruan tinggi, yang sekarang menguasai ruang-ruang birokrasi di pemerintahan kota Surabaya.
Dalam hitungan Kuncar, Bambang DH, dari IKIP Surabaya sekarang Unesa. Pernah menjadi walikota. Risma ITS Surabaya, sekarang walikota Surabaya. Dua periode lagi.
Setiap bursa pencalonan walikota Surabaya kerap diramaikan dari ITS Surabaya. Fandi Utomo ITS, Wisnu Sakti ITS, nanti Erik yang digadang-gadang Risma, juga dari ITS.
Saya melihat ke- jealous-an Kuncar cukup kuat. Sehingga dia mengungkapkan “Surabaya 2020 Wayahe Unair”. Oh...! Tampaknya dibuat meme untuk digulirkan. Kuncar sendiri sudah mempostingnya lewat fesbuk.
Bukan berarti saya kecewa. #Suroboyombois, yang akan digulirkan. Kenapa harus tersekat dalam kelompok kecil banget, Unair?
ADVERTISEMENT
Sudah begitu saja.