ProDem Surabaya: Kerja-kerja Kerakyatan Tetap Prioritas Aktifis ProDem

Supriyadi
freelancer
Konten dari Pengguna
15 Januari 2019 4:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supriyadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
 ProDem Surabaya: Kerja-kerja Kerakyatan Tetap Prioritas Aktifis ProDem
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Aktifis ProDem Surabaya setelah menggelar deklarasi dan pemilihan ketua Prodem Surabaya di Resto Mr Pawon Jalan Banyu Urip Surabaya (Emil Misbach)
ADVERTISEMENT
_______________________
Sebagai tanggung jawab terhadap rakyat yang hingga kini belum tuntas. Kalangan jaringan aktifis Pro Demokrasi (ProDem) Surabaya menggelar deklarasi di Resto Mr Pawon Jalan Banyu Urip Surabaya, Minggu 13 Januari 2019.
Acara sekaligus ajang pertemuan kalangan aktifis kampus maupun kampung di Surabaya itu. Ketika reformasi 1998 berlangsung mereka dikenal Arek Pro Reformasi (APR), yang membasis di kantong-kantong perguruan tinggi di Surabaya. Dan Arek-arek Suroboyo Pro Reformasi (ASPR), yang fokus kosentrasi di kampung-kampung di Surabaya.
Maka tak ayal, ketika reformasi berlangsung serta melakukan perlawanan terhadap rezim otoriter Orde Baru, mereka kerap membaur dan menyebut diri APR/ASPR.
Elemen lain yang ikut serta di acara deklarasi tersebut, Kelompok Belajar Sosialis (KBS), Sekretariat Bersama Konsolidasi Demokrasi (Sekber), Penghuni Kantin ITS serta dari kantong-kantong aktifis dari perguruan tinggi lain, seperti Univeritas Airlangga Surabaya, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-AWS, Universitas Putra Bangsa (UPB).
ADVERTISEMENT
Ketua Panitia Deklasi Antonius Sri Wibowo mengatakan, deklarasi ini dilangsungkan sebagai turunan deklarasi ProDem Jawa Timur yang sudah berlangsung satu tahun lalu di Monkasel Jalan Pemuda Surabaya pada 11 Februari 2018.
“ProDem Jawa Timur sudah terbentuk, harapan beberapa para inisiator alangkah baiknya jika ProDem Surabaya segera melakukan deklarasi dan membentuk penyusunan organisasi, “ ucap Antonius Sri Wibowo yang biasa disapa Wowok.
Wowok menambahkan, selain itu ProDem Surabaya akan segela menyelesaikan kerja-kerja kerakyatan yang selama ini dijalani masih belum tuntas.
“Dengan terbentuknya susunan organisasi tentu saja akan memudahkan pekerjaan itu untuk segera menuntaskan tanggung jawab itu, “ kata Wowok.
Sekadar perlu tahu saja, mereka adalah para aktifis pelawan rezim Orde Baru. Selama itu hingga reformasi berlangsung aktif memberikan pendampingan warga dari ancaman kesewenangan otoriterisme tentara Soeharto.
ADVERTISEMENT
Perlawanan yang mereka lakukan dengan cara blusukan ke kampung-kampung di Kota Surabaya untuk melakukan konsolidasi, serta ke kampus-kampus mengajak mahasiswa membangun basis pergerakan.
Pasca reformasi berlangsung mereka memang tidak banyak bermunculan. Namun dunia pergerakan mereka tetap ada, yaitu di Sekretariat Bersama Konsolidasi Demokrasi di Jalan Menanggal I Komplek Peni 46 Surabaya.
Rumah yang berada di tengah perumahan tertua di Surabaya tersebut mereka jadikan basecamp, setelah beberapa kali melakukan kepindahan sejak 2003.
Dalam catatan rumah yang biasa dikenal Sekber tersebut, merupak “office virtual” KBS, Orang Indonesia (OI), dan Jatim Reseach serta banyak elemen lainya. Belakangan Mahasiswa Arsitek Indonesia Jawa Timur juga pernah difasilitasi Sekber menumpang di rumah itu, hingga Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang hingga sekarang masih menggunakan sebagai sekretariat. Bahkan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya, pernah menjadikan Sekber sebagai sekretariat.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Ketua ProDem Surabaya terpilih Rukyat Rahmawan mengatakan, ProDem adalah organisasi kerakyatan yang sanggup mengelola kekuasaan. Meski begitu ProDem bukan underbow atau berafiliasi dengan kontestan pemilu yang sekarang sebagai peserta pemilu 2019.
“Deklarasi ProDem Surabaya yang sudah diawali dengan deklarasi Jawa Timur, merupakan bentukan bentuk penyikapan situasi dan kondisi sekarang yang sekarang terjadi, dua kelompok yang saling berhadapan, “ kata Rukyat.
Dua kelompok yang dimaksud Rukyat adalah kelompok yang mengatasnamakan bela Islam dan kebhinekaan.
“Berhadapannya dua kelompok ini memang terkesan sesaat ketika Pilpres 2014. Tapi masih berlanjut hingga pilpres sekarang, meski seolah tak runcing. Tingga pola memainkan situasi saja. Kita tidak bermaksud dalam salah satu kubu, “ ucap Rukyat.
ADVERTISEMENT
Melihat kenyataan itu, lanjut Rukyat, dengan deklarasi ini ProDem perlu membangun kekuatan sendiri dengan politik sehat.
“Yang kita lakukan dengan cara membangun gagasan, juga menguatkan penyebaran gagasan yang tentu saja berpihak pada kerja-kerja kerakyatan. Dan selama ini sudah kita lakukan dan tidak pernah berhenti, “ ucap Rukyat.