ITB Kini Miliki Professor Kewirausahaan Pertama

SBM ITB
School of Business and Management ITB
Konten dari Pengguna
21 Juni 2021 19:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SBM ITB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Profesor Wawan Dhewanto, sumber photo: SBM ITB
zoom-in-whitePerbesar
Profesor Wawan Dhewanto, sumber photo: SBM ITB
ADVERTISEMENT
BANDUNG,- 21/6. Wawan Dhewanto, Dosen SBM ITB yang baru-baru ini menjadi profesor termuda di Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB). Wawan merupakan profesor pertama ITB dalam bidang kewirausahaan dan startup. Dia menjadi seorang guru besar di usia 45 tahun, dan merupakan profesor termuda dari 8 profesor yang dimiliki SBM ITB.
ADVERTISEMENT
Wawan Dhewanto memiliki waktu yang lebih lama sebelum pensiun. Dia ingin memanfaatkan waktu itu untuk menyebarkan ilmu kewirausahaan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Dalam pengalaman karirnya, Wawan pernah menjadi Ketua Program Studi Kewirausahaan SBM-ITB pertama (tahun 2013 s/d 2017). Program studi ini merupakan program studi kewirausahaan pertama di Indonesia, dan merupakan salah satu motor pendidikan kewirausahaan di Indonesia. Saat ini, Wawan juga dipercaya sebagai Sekretaris Senat Akademik ITB.
"Saya berharap bisa turut berkontribusi menyebarkan virus kewirausahaan ke seluruh Indonesia. Selain itu, Saya berharap dapat berperan untuk mengembangkan ekosistem kewirausahaan di Indonesia.
Ada banyak nilai dalam keluarga yang menjadi teladan dalam kehidupan Wawan sekarang. Nilai-nilai tersebut ditanamkan oleh kedua orang tua Wawan.
Profesor Wawan Dhewanto, sumber photo: SBM ITB
Yang paling memotivasi Wawan, yakni nilai mengenai suatu hal harus selalu dimulai dari niat yang baik. "Fokus pada kerja keras, bukan fokus pada hasil," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Tak lupa, kerja keras juga harus dibarengi doa agar mendapatkan hasil terbaik.
Pengalaman-pengalaman masa kecil yang pernah dilalui Wawan juga tak kalah membekas. Hal itu diakuinya membentuk pribadinya saat ini.
Profesor Wawan Dhewanto, sumber photo: SBM ITB
Di antaranya adalah belajar survival sejak kecil, beradaptasi dan menyesuaikan gaya hidup dengan setiap kondisi yang ditemui.
Contoh konkritnya, belanja tidak harus di pasar modern, tapi bisa di pasar tradisional. Makan tidak harus di cafe, tapi bisa di warung. Transportasi tidak harus naik mobil, tetapi bisa naik sepeda ataupun angkot.
Untuk itu, ia berupaya sebisa mungkin menanamkan teladan kepada keluarga kecilnya. Untuk mengisi waktu luang ketika sedang tidak beraktivitas di kampus, Wawan seringkali mengajak keluarganya untuk berjalan pagi bersama.
ADVERTISEMENT
"Semoga ilmu kewirausahaan saya dapat bermanfaat dalam berbagai konteks, misalnya digital startup, UMKM, kewirausahaan korporasi, bisnis keluarga, kewirausahaan sosial, kewirausahaan wanita, kewirausahaan pedesaan, kewirausahaan pariwisata dan kewirausahaan pesantren," Tutup Wawan.*