MBA ITB Genjot Literasi Pasar Modal, Tingkatkan Jumlah Investor Dalam Negeri

SBM ITB
School of Business and Management ITB
Konten dari Pengguna
7 Maret 2020 10:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SBM ITB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
partisipan lebih dari 1000 penuhi Aula Barat ITB, Bandung, sumber : SBM ITB
BANDUNG – Hingga kini, jumlah investor pasar modal di Indonesia masih rendah. Dari 265 juta penduduk Indonesia, baru 1 jutaan yang memiliki rekening pasar modal atau kurang dari 1 persen.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Direktur MBA Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Subiakto Soekarno, MBA, RFA,OWP, CFP dalam Mega Talkshow Investasi 2020 di Gedung Aula Barat ITB, Sabtu (7/3/2020).
Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), tingkat partisipasi masyarakat Indonesia dalam berinvestasi di pasar modal tahun 2017 sekitar 0,2 persen. Angka tersebut jauh di bawah Malaysia sebesar 12,8 persen, China 13,7 persen, dan Singapura 30 persen.
Subiakto menjelaskan, saat ini, pasar modal Indonesia dikuasai asing. Sebanyak 60 persen pemegang saham di negara ini adalah asing.
Subiakti Soekarno, Direktur MBA ITB
“Kalau mereka (investor asing) membawa uangnya keluar. Jatuhlah kita. Lain halnya kalau dikuasai investor lokal, kita tidak akan gampang dipermainkan, ketahanan pasar modal kita akan lebih bagus,” tutur Subiakto.
ADVERTISEMENT
Salah satu penyebab rendahnya investor lokal adalah rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap pasar modal. Itulah mengapa MBA ITB menggelar Mega Talkshow Investasi 2020.
Lewat acara ini, MBA ITB ingin meningkatkan literasi mahasiswa dan masyarakat tentang pasar modal.
Bagaimana cara mengetahui dan mendeteksi bandar serta saham gorengan.
Kemudian bagaimana cara menganalisis saham secara fundamental, analisa value trap, serta sesi yang tidak boleh terlewatkan, bagaimana perjalanan investasi Lo Kheng Hong dari orang biasa menjadi investor retail terbesar di Indonesia.
Lo Kheng Hong, Warren Buffet Indonesia
Tak Perlu Mahal
Subiakto menjelaskan, mahasiswa MBA ITB sejak awal sudah dikenalkan dengan pasar modal. Mereka membuka rekening di pasar modal sebesar Rp 2,5 juta untuk mempelajari pasar modal.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, sambung Subiakto, tidak perlu dana besar untuk aktif di instrumen pasar modal. Saat ini dengan uang Rp 100.000 pun, seseorang bisa aktif di pasar modal. Caranya dengan membeli reksadana saham.
“Ada reksadana saham Rp 100.000 per bulan. Gak apa-apa kecil, yang penting rutin. Saat punya uang lebih bisa melakukan top up,” tuturnya.
Subiakto mengatakan, banyak alternatif investasi yang bisa dilakukan mahasiswa. Bisa dengan membeli saham, reksadana, obligasi, dan masih banyak lainnya.
Mega talkshow ini pun akan menggambarkan beberapa pilihan investasi yang cocok untuk mahasiswa dan kalangan milenial lainnya. Mulai dari risk and returnnya, investasi yang cocok untuk tujuan investasinya, dan lain-lain.
Hal tersebut penting diketahui mahasiswa. Karena potensi mereka di pasar modal besar.
ADVERTISEMENT
“Mahasiswa itu orang kaya yang tertunda. Mereka nanti akan lulus, punya usaha, dapat gaji. Saat itu tiba, mereka sudah tahu harus menaruh uangnya dimana,” pungkasnya.
Kiri ke kanan : Erman Sumirat (Dosen MBA ITB), Prof. Sudarso Kaderi Wiryono (Dekan SBM ITB), Lo Kheng Hong (Warrent Buffet Indonesia, Isa Martian (Indopremier)
Penanggung jawab acara Mega Investment Talkshow yang juga praktisi investasi saham, Erman Sumirat menyatakan apresiasi untuk Bursa Efek Indonesia, OJK,civitas MBA ITB dan indopremier. acara ini sukses dengan dihadiri oleh 1000 lebih partisipan yang diharapkan menambah jumlah investor retail publik dalam negeri. Dengan kesuksesan ini maka Bursa Efek Indonesia mempercayakan ITB menjadi host acara tahunan Capital Market Summit Expo yang akan dilaksanakan pada tanggal 17-18 April 2020 di Bandung.