Wisata Masa Lalu, Objek Wisata Semu yang dimiliki Semua Orang

Puji Alphatehah Adiwijaya
Kadet Mahasiswa Program Studi Permesinan Kapal Fakultas Logistik Militer Universitas Pertahanan RI.
Konten dari Pengguna
9 Agustus 2022 19:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Puji Alphatehah Adiwijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bangun sebelum matahari terbit, berpacu dengan waktu bersama dengan ribuan pengendara disesak padat jalan protokol Ibukota. Lelah menghirup polusi sambil mendengar kebisingan knalpot dari pengendara yang memacu “kuda besi” menuju kantornya, duduk dalam “baja beroda” dibawah naungan mimpi-angan yang entah kapan tercapai, dipenuhi sesak beban akan tanggung jawab, terjebak dalam janji manis Ibukota yang katanya tempat dimana apapun bisa terwujud. Pulang setelah matahari terbenam, kembali berpacu dengan ribuan lautan pengendara lainnya dalam kabut polusi dan dekapan bising knalpot berbagai jenis. Bagi seorang manusia, tentu saja pernah merasa lelah, ingin sekali rasanya melipir sejenak dari hiruk-pikuk rutinitas, menepi dari lalu lintas kesibukan dunia yang sangat padat, beristirahat dari tekanan pekerjaan, kewajiban dan tanggung jawab yang menekan kehidupan.
Ilustrasi kemacetan (sumber : pribadi)
Hiburan memang menjadi satu kebutuhan dalam setiap hidup manusia. Kehadiran hiburan menjadi satu angin sejuk yang seringkali bisa memberikan semangat dalam keberlangsungan rutinitas selanjutnya. Hiburan dapat menghilangkan kejenuhan, kejenuhan yang membuat kinerja kerja melambat bahkan stagnan. Terkadang juga, hiburan menjadi ajang pelarian, berlari dari sekelumit masalah yang ada, berlari dari jutaan tekanan atasan yang menyerbu membabi-buta. Berjuta kali kecewa akan semua janji manis, mimpi yang tak kunjung tercapai hingga banyaknya tanggung jawab yang harus dipenuhi membuat manusia membutuhkan satu ajang untuk beralih, beralih dari hal yang itu-itu saja, dengan apa? Dengan hiburan.
Keindahan alam, bayangan liburan kebanyakan orang (sumber : pribadi)
Semua manusia tentu saja suka hiburan, manusia suka berlibur dalam caranya masing-masing. Ketika mendengar kata liburan, sebagian besar pasti membayangkan pantai yang indah, alam sejuk, gemerlap kota-kota Eropa hingga berbagai tempat impian. Yap, sudah pasti semua manusia ingin hiburan dan berlibur tapi seringkali kedua hal itu terbentur dengan ketiadaan waktu maupun dana. Sebenarnya, waktu dan dana bukan hambatan dalam berlibur maupun menghibur diri. Ada yang namanya wisata masa lalu, yaitu sebuah cara menghibur diri dengan berselancar Kembali, mengingat momen-momen indah nan cantik masa lampau.
ADVERTISEMENT
Ketika sedang lelah akan kehidupan, pandanglah langit, bayangkan momen ketika berada dalam zona nyaman, keindahan masa sekolah ketika belum banyak tanggung jawab, indahnya momen bisa tertawa lepas tanpa memikirkan untuk menjaga image, bayangan indah ketika menunggu akhir semester tiba, bayangan indah ketika tiba akhir pekan pada masa sekolah dulu, bayangkan indahnya ketika makan disuapin oleh ibu, ketika bisa berbuat apa saja sesuai kemauan karena rasa ingin tau, ketika bisa berlari-lari lepas sambil tertawa mengejar teman yang konyol. Bayangkan ketika melakukan ciuman pertama dengan sang cinta pertama, menggengam erat tangan pacar impian hingga lembutnya suara bisikan si dia, bayangan ketika dulu kabut sebelum khitan, bayangkan ketika menjadi juara kelas, menjadi juara lomba.
ADVERTISEMENT
Gambaran keindahan apapun yang dimiliki pada masa lalu dapat menjadi sarana untuk berwisata masa lalu. Syaratnya hanyalah momen tersebut merupakan momen yang dapat menghibur, tidak senantiasa harus momen bahagia, bisa jadi dengan mengingat momen lucu bahkan memalukan seperti kentut sembarangan hingga ketauan kabur dari kelas matematika. Intinya, semua momen yang dapat menggelitik ketika dibayangkan dan juga ketika membayangkan momen itu dapat menjadikan diri kita berpikir bahwa “dulu gw pernah loh sebahagia ini”, “dulu gini aja bisa Bahagia”, “dulu Bahagia itu mudah”. Mengapa demikian? Karena ketika kita berpikir seperti hal tersebut maka kita nantinya akan bersyukur bahwa pernah Bahagia. Bahkan, lebih lanjut kita nantinya dapat berpikir bahwa Bahagia sebenarnya tidak sulit kok, tidak perlu harus staycation di Raffles Bali, tidak perlu harus trip ke Maldives.
ADVERTISEMENT
Wisata masa lalu dapat membuat kita berpikir bahwa sebenarnya bahagia sangat bisa diperoleh dari dalam diri sendiri. Sejatinya, bahagia itu yang menentukan adalah diri sendiri. Bahagia yang sebenarnya tidak perlu memandang omongan orang lain, tidak perlu pengakuan orang lain, tidak perlu menyenangkan orang lain. Syarat Bahagia hanya satu yaitu membuat diri sendiri senang, menghibur diri sendiri, dan wisata masa lalu adalah salah satu jalannya. Jalan yang paling mudah, jalan yang paling murah, jalan yang bisa dilakukan dimana saja. Semua manusia, disemua kondisi pasti bisa melakukan wisata masa lalu.
Mengingat momen kebersamaan, salah satu bentuk wisata masa lalu (sumber : pribadi)
Mengingat momen bersama teman, bentuk hiburan melalui wisata masa lalu (sumber : pribadi)
Tetapi, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai saat berwisata masa lalu. Saat wisata masa lalu, kita harus menyadari bahwasannya hal yang diingat, yang diwisatakan itu hanyalah kebahagiannya. Bukan penyesalan karena telah meninggalkan momen itu. Jadi, tentu kita harus juga mampu memberi Batasan jelas bahwa itu adalah masa lalu, cukup dikenang momen bahagiannya saja bukan rasa menyesalnya. Ketika berwisata masa lalu kemudian malah timbul rasa menyesal, maka ini merupakan kesalahan fatal dalam berwisata masa lalu.
ADVERTISEMENT