Belajar dan Miskonsepsi Belajar

Pujja Sari Purnama
Guru Matematika di SMA Negeri 3 Palangka Raya
Konten dari Pengguna
22 Agustus 2021 6:31 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pujja Sari Purnama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto saat proses belajar dan mengajar di kelas oleh Ibu Pujja
zoom-in-whitePerbesar
Foto saat proses belajar dan mengajar di kelas oleh Ibu Pujja
ADVERTISEMENT
Jika ditanya, apa itu belajar? Maka, akan ada banyak variasi jawaban. Saya mencoba menanyakan kepada anak-anak yang saya ajar di SMA Negeri 3 Palangka Raya, Tahun Ajaran 2021/2022. Ada yang menjawab, “Belajar menurut saya adalah suatu kebutuhan yang sangat penting apalagi dalam bidang pendidikan.” (M. Amal Bakti, 10 IPS 1).
ADVERTISEMENT
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan dan pengetahuan.” (Melda, 10 IPS 2).
“Belajar merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Belajar juga merupakan sesuatu yang dilakukan untuk menguasai hal tertentu.” (Cika, 10 IPS 3).
“Belajar itu adalah suatu kegiatan yang di mana kita mempelajari hal-hal baru, belajar itu juga menurut saya dapat menambah dan memperluas ilmu pengetahuan kita dalam berbagai hal, tidak hanya di saat sekolah saja, belajar juga bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari melalui tindakan, sikap, perilaku, dan lain-lain.” (Jesinta, 10 IPS 5).
“Belajar untuk menambah ilmu.” (William, 10 MIPA 5).
“Belajar juga termasuk suatu proses usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku berdasarkan hasil dari pengalaman kita terhadap lingkungan kita. seperti misalnya pengalaman kita dalam berbuat suatu kesalahan dalam bentuk hal apa pun, dari situ kita dapat belajar untuk mengubah tingkah laku kita atau perbuatan kita melalui pengalaman kita tersebut.” (Yusi, 12 MIPA 1).
ADVERTISEMENT
“Belajar adalah suatu proses memasukkan ataupun menggali serta melatih otak untuk menjawab berbagai macam soal yang dapat menambahkan wawasan pengetahuan dan juga belajar adalah aktivitas yang di lakukan sepanjang masa.” (Dina, 12 MIPA 2).
Dan ada sekitar 25 (Dua Puluh Lima) anak yang berpendapat bahwa belajar adalah “Proses dari yang belum tau menjadi tau”.
Semua pendapat anak-anak di atas benar, benar bahwa belajar adalah suatu kebutuhan yang penting dalam proses pendidikan, dengan belajar kita bisa memperoleh wawasan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan mampu menguasai hal tertentu. Belajar pun membuat kita menjadi tau hal yang tidak diketahui, dapat membuat kita menggali lebih dalam suatu informasi, melatih otak dengan berbagai macam latihan soal, dan juga merupakan proses perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman yang didapatkan.
ADVERTISEMENT
Saya tertarik dengan pendapat Jesinta, siswi kelas 10 IPS 5 , “Belajar juga bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari melalui tindakan, sikap, perilaku dan lain lain” . Ya, benar sekali belajar tidak hanya bisa dilakukan dengan membaca atau mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, tetapi belajar bisa dilakukan dengan mengamati kehidupan sehari-hari. Inilah salah satu miskonsepsi belajar yang sering terjadi adalah menganggap belajar itu sekadar hafalan, bacaan, latihan atau penggunaan rumus-rumus.
Pendapat kedua, yang menarik yaitu dari Dina, siswi kelas 12 MIPA 2, “Belajar adalah aktivitas yang di lakukan sepanjang masa”. Dina tentu menyadari bahwa belajar tidak hanya saat ujian saja, namun terus menerus sepanjang masa. Namun, seringnya belajar hanya dilakukan saat ada ujian saja. Setelah ujian? Mari kita lupakan. Ini contoh kedua dari miskonsepsi belajar yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Apa sih miskonsepsi belajar? Berdasarkan arti kata, miskonsepsi adalah salah paham/kesalahpahaman dalam menghubungkan suatu konsep dengan konsep-konsep yang lain. Jadi, miskonsepsi belajar adalah kesalahpahaman dalam belajar, yang jika miskonsepsi belajar terjadi, maka tujuan belajar yang hakiki menjadi salah persepsi.
Menurut pendapat saya, ada beberapa miskonsepsi belajar yang harus kita hindari, baik oleh guru maupun peserta didik agar tujuan dari belajar dapat tercapai. Beberapa miskonsepsi belajar yaitu;
1. Belajar hanya sekadar menghafal dan menggunakan rumus, belajar tidak hanya sekadar hafalan, peserta didik mungkin bisa menghafal rumus volume tabung, lalu bisa mengerjakan latihan soal yang mana di soal diketahui sebuah bola dengan berjari-jari r cm. Namun, bagaimana jika dihadapkan pada permasalahan sebuah bak mandi berbentuk tabung tanpa tutup akan diisi air dengan sebuah gayung yang berbentuk tabung dengan diameter sekian. Jika dihadapkan pada permasalahan tersebut, tentu peserta didik tidak hanya menggunakan hafalan rumusnya tapi juga terjadi proses penalaran. Maka penting bagi peserta didik untuk belajar menalar dan mengatasi tantangan kehidupan dari apa yang dipelajari. Ini akan menjadi PR besar bagi para guru untuk menampilkan pembelajaran yang erat kaitannya denga kehidupan peserta didik.
ADVERTISEMENT
2. Belajar hanya untuk ujian, bila tidak ada ujian maka tidak belajar. Di sekolah, ujian di buat jadwal tersendiri sebagai hari-hari penting. Hal ini, terkadang melahirkan kebiasaan Sistem Kebut Semalam atau bahkan Sistem Kebut Sejam. Jadi, satu jam sebelum ujian baru mempelajari materi belajar. Namun, setelah lewat ujian maka dilupakan. Tidak diingat kembali, bahkan terkadang catatan pelajaran kelas 10 (sepuluh) sudah diloakkan. Padahal, seringnya materi yang dipelajari sebelumnya berkaitan dengan materi yang akan dipelajari nanti. Misal di kelas 10, diajarkan Konsep Trigonometri Dasar. Konsep Trigonometri Dasar ini akan digunakan di kelas 11 pada materi Persamaan Trigonometri. Jika dilupakan, akan ambyar guru matematika kelas 11 mengajar, ya harus mengulang kembali mengajarkannya. Sadari bahwa belajar bukan hanya saat ujian atau untuk ujian saja, tapi belajar hari ini untuk berilmu dikemudian hari.
ADVERTISEMENT
3. Guru pengendali dalam belajar, di mana guru sebagai subjek dan peserta didik sebagai objek. Belajar menjadi milik guru, segala hal guru yang menentukan dan peserta didik hanya menerima dari guru. Padahal seharusnya, belajar menjadi milik pelajar, maka sudah seharusnya guru melibatkan peserta didik dalam mengatur proses belajar agar peserta didik merasa memiliki terhadap proses belajar. Hal sederhana yang bisa melibatkan peserta didik dalam proses belajar yaitu menanyakan pengumpulan tugas, kapan peserta didik bisa menyelesaikannya? Peserta didik bisa mengusulkan pertimbangan waktu dengan argumen yang jelas, dan guru bisa mempertimbangkannya. Sehingga, waktu pengumpulan tugas menjadi kesepakatan bersama tanpa paksaan dan tekanan.
4. Guru beranggapan bahwa peserta didik mempunyai kebutuhan dan minat belajar yang sama, anggapan bahwa guru mengajar materi pelajaran bukan mengajar peserta didik sehingga tidak perlu mengenal dan memahami kebutuhan serta minat peserta didik yang beragam. Sebagai guru kita perlu sadari bahwa peserta didik memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda, ada yang berbakat di bidang eksak dan ada yang berbakat dibidang bahasa. Tugas guru menciptakan pembelajaran yang dapat menjembatani minat dan bakat peserta didik.
ADVERTISEMENT
5. Guru menilai tanpa memaparkan, terkadang ada beberapa guru yang terus menerus memberikan penugasan tanpa memberi tahu hasil penilaian. Misal, peserta didik tidak mengetahui antara mendapat skor 70 dengan skor 80. Peserta didik tidak mendapat informasi tentang konsep apa yang perlu diperkuat atau cara belajar apa yang harus diperbaiki
Beberapa miskonsepsi belajar di atas harus dihindari agar tercapainya tujuan belajar baik bagi guru maupun peserta didik. Bagi guru, dengan mengetahui miskonsepsi belajar, kita jadi tau bagaimana seharusnya mengajar agar nantinya pembelajaran benar-benar menjadi bermakna. Seharusnya kita sebagai guru sangat perlu merefleksi proses belajar mengajar kita, dengan bertanya pada diri kita “Apakah saya mengajar membuat peserta didik belajar?”
Bagi peserta didik, mari menyadari bahwa tugas guru bukan membuat kalian pintar, tapi membuat kalian mau belajar. Belajar tidak selalu harus menunggu dari guru, karena kalian bisa berburu ilmu di lingkungan sekitarmu. Selamat Belajar.
ADVERTISEMENT