Belajar Tak Harus di Kelas

PPI Dunia
PPI Dunia adalah wadah organisasi yang menaungi seluruh pelajar Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri.
Konten dari Pengguna
12 Februari 2020 2:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari PPI Dunia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi anak belajar sejak dini Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi anak belajar sejak dini Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
“Kenapa siswa disuruh menanam padi di sawah, padahal harusnya belajar di kelas.” Ini salah satu komentar yang saya dapat ketika memulai program green school di salah satu sekolah terpencil di Mamuju Tengah. Sejak awal perancangan program ini, ada beberapa guru yang pesimis. Padahal, pembelajaran ini sangat kontekstual di pedesaan.
ADVERTISEMENT
Ada anggapan yang keliru dalam memahami cara belajar dan makna ruang belajar atau kelas. Padahal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengarahkan agar kurikulum dikembangkan berbasis luas (broad base curriculum). Artinya, belajar tidak harus di sekolah tapi bisa juga di luar sekolah. Ada beberapa kendala baik internal maupun eksternal, sehingga program ini belum maksimal.
Kelas bukan hanya bangunan balok atau kubus yang memiliki ukuran ruangan 7x7 atau 8x8 meter persegi, yang memiliki pintu masuk dan jendela. Menurut Munif Chatib (2017) ruang kelas seluas samudra. Apabila siswa belajar di ruang kelas, mereka hanya dihadapkan pada benda-benda yang setiap hari mereka temui di ruangan itu, seperti papan tulis, lemari, rak buku, bendera, poster, meja dan kursi. Terlebih jika benda-benda tersebut tidak ditata rapi, mereka akan cepat bosan melihat suasana kelas. Maka sangat penting bagi seorang pendidik untuk mengombinasikan tempat dalam memfasilitasi siswa untuk memahami tujuan pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Mengacu filosofi Lao Tzu, seorang filsuf Tiongkok, ruang bukan sekadar sebidang tanah yang dibatasi dinding dan atap, melainkan tempat untuk beraktivitas dan tak ada ukuran baku untuk menentukannya. Jika konsep ini diterapkan, maka setiap lingkungan adalah ruang belajar. Setiap tempat bisa menjadi kelas dan tak terbatas oleh dinding-dinding kelas.

Kelebihan Belajar di Luar

Ilustrasi anak belajar di sekolah alam Foto: Shutterstock
Ada beberapa kelebihan belajar di luar, dibanding belajar di dalam kelas. Pertama, belajar di luar kelas memberi pengalaman langsung di lapangan. Pembelajaran tak sebatas retorika dan teori seorang pendidik. Proses belajar lebih cepat dipahami karena dilakukan uji coba, diperagakan dan dipraktikkan. Peserta didik bisa mempelajari sesuatu dari tempat atau sumber asalnya. Contoh, mempelajari pertanian dari petani di sawah. Belajar perdagangan dari pedagang di pasar. Belajar tentang makhluk hidup dengan berjalan di sekitar sekolah melihat tumbuhan dan hewan. Begitu seterusnya. Belajar menjadi mudah, praktis dan menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Kedua, menghindari kejenuhan peserta didik. Belajar di luar kelas bisa memecah suasana. Di kelas, siswa dihadapkan pada benda-benda yang sama setiap hari. Jika benda-benda itu tidak ditata sekreatif mungkin, mereka akan cepat jenuh. Ditambah lagi jika penampilan guru tidak menarik, maka kegiatan belajar-mengajar menjadi tidak menyenangkan. Kelas ibarat penjara bagi siswa. Akibatnya, proses belajar-mengajar tidak maksimal.
Belajar di luar kelas membuat suasana menjadi baru, lebih menarik dan segar. Siswa akan keluar dari rutinitas kelas. Banyak hal baru di luar kelas yang dapat memotivasi semangat belajar siswa. Sehingga mereka bisa memahami materi ajar dengan lebih cepat. Siswa terbebas dari sekat ruang yang membatasi. Di luar kelas, area belajar lebih luas dan siswa bebas bergerak. Mereka tak terikat dan terbatasi oleh benda-benda di kelas. Pikiran mereka menjadi terbuka dan hati pun gembira.
ADVERTISEMENT
Ketiga, Belajar di luar kelas lebih bebas dan tak terikat dengan aturan baku atau tata-tertib sekolah. Siswa lebih bebas berekspresi, menuangkan gagasan, mencoba segala hal, dan mempraktikkan yang diajarkan. Lingkungan (baca: alam luas) menyampaikan banyak pesan. Lingkungan berbicara tentang banyak fakta dan teori. Siswa bisa menyaksikan semua secara langsung dan nyata, tak ada rekayasa, dan mengalir apa adanya. Mereka dapat menikmati kebebasan dalam menggali potensi diri, belajar dari kehidupan nyata yang disaksikannya.
Sudah saatnya kita mengubah paradigma bahwa peserta didik harus dikungkung di kelas. Belajar bisa dilakukan di mana saja. Sebaiknya ruang belajar menyesuaikan dengan materi ajar. Untuk mengajarkan menanam padi, maka sawah dan ladang menjadi ruang belajar yang sangat cocok. Untuk belajar tentang pemerintahan desa, kantor desa adalah kelas yang paling ideal. Untuk mempelajari ikan, siswa lebih tepat diajak ke kolam ikan atau laut. Untuk melatih bermain bola, maka guru membawa mereka ke lapangan. Itu merupakan kelas yang tepat untuk proses belajar.
ADVERTISEMENT
Penulis: Sunarto Natsir, mahasiswa Anadolu University, Turki
Editor: Budi Waluyo, Divisi Mass Media, Pusat Media dan Komunikasi PPI Dunia 2019/2020