news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Dubes Wahid Paparkan Kondisi Ekonomi di Webinar Internasional Perdana PPI Dunia

PPI Dunia
PPI Dunia adalah wadah organisasi yang menaungi seluruh pelajar Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri.
Konten dari Pengguna
3 Juli 2020 18:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari PPI Dunia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Duta Besar LBBP RI untuk Rusia dan Belarus, Bapak. Wahid Supriyadi menghadiri Webinar Internasional “Breakthrough against COVID-19: Diplomacy and Bilateral Collaboration in Dealing with Global Crisis” pada sesi “Global Domination: Energy, Economy, and E-Industry” yang diadakan oleh Pusat Kajian dan Gerakan Strategis PPI Dunia dalam rangka “Ambassadors and Young Leaders Week” pada tanggal 25 Juni 2020 secara live pada akun youtube PPI Dunia Channel.
ADVERTISEMENT
Acara ini bermaksud untuk merangsang kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya daya saing internasional, jaringan global, dan kolaborasi lintas negara. Adapun tujuan acara antara lain, untuk berbagi strategi praktis tiap negara dalam melawan pandemi dan membangkitkan kembali bidang-bidang yang terdampak; serta untuk memberikan gambaran potensi, peluang dan tantangan dalam interaksi global, dalam hal ini Indonesia-Rusia. Acara ini juga menggalang dana untuk ikut berkontribusi melawan COVID-19.
Pemaparan Dubes Wahid pada International Webinar “Ambassadors and Young Leaders Week”. (Foto Panitia AYL)
Pada kesempatan tersebut Dubes Wahid memaparkan terkait kondisi ekonomi di Rusia pra dan saat pandemi. “Ada dua faktor yang mempengaruhi ekonomi Rusia, antara lain COVID-19 dan fluktuasi harga minyak” disampaikan Dubes Wahid. Selanjutnya Beliau memberi paparan lebih detail.

Dampak COVID-19 terhadap ekonomi Rusia

“Berdasarkan jumlah kasus COVID-19, Rusia posisi ke-3 di Dunia setelah Amerika dan Brasil dengan total terinfeksi 614.000 jiwa. Akan tetapi, tingkat kematian di Rusia terbilang rendah yakni 1,4% atau 8605 jiwa. Total tes dan tingkat pemulihan masing-masing mencapai 8,52% atau 18 Juta jiwa dan 61,1% atau 375 ribu jiwa”, demikian laporan Dubes Wahid.
ADVERTISEMENT
Dubes Wahid menambahkan bahwa sebelumnya Rusia juga turut aktif mengirimkan paket medis ke negara-negara terdampak seperti Italia dan Indonesia. Namun saat ini, Ekonomi Rusia terpukul setelah 3 bulan diserang pandemi. Banyak yang memprediksi ekonomi Rusia menurun hingga -5,5% dan sebagian pesimis ke -10% dibanding pertumbuhan sebelumnya yakni 1,2%. Jumlah pengangguran juga naik menjadi 10-15%. Hal ini berkaitan dengan dampak besar dalam bidang pariwisata. Selain itu, pandemi yang marak terjadi di negara-negara importir migas dari Rusia seperti negara-negara Eropa dan Tiongkok menyebabkan ekspor Rusia menurun, padahal 60% dari ekspor dan 40% dari GDP Rusia datang dari migas.
Menurut Dubes Wahid, Ekonomi Rusia terpukul tidak hanya karena Pandemi, tapi juga perang migas “Oil War” dan sanksi dari Amerika serikat. Hal ini menyebabkan Pemerintah harus merelaksasi lockdown agar aktivitas kerja kembali produktif dan stabil. Walaupun sebenarnya kebijakan relaksasi terkesan dipaksakan mengingat jumlah korban terinfeksi yang masih besar.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pandemi juga muncul sebagai tantangan besar kepemimpinan negara-negara di Dunia, salah satunya di Rusia. seperti halnya di Indonesia, Rusia juga kesulitan menghadapi ketidakdisiplinan masyarakat pada masa lockdown dan dinamika kebijakan antar pejabat negara. Presiden Putin pun terkesan memberikan tanggung jawab ke perdana menteri. Dianggap tidak dapat mengatasi pandemi dengan baik, ketenaran Putin di Dunia menurun. Namun tetap ada upaya untuk meraih kembali popularitas Putin seperti Parade militer tanggal 24 Juni lalu. Disamping itu, di Rusia elektabilitas Presiden Putin berkisar 59% yang mana masih termasuk populer dalam sistem demokrasi. Salah satu penyebabnya karena masyarakat trauma dengan zaman Yeltsin ketika beli roti harus antri berjam-jam. Dan Putin hadir membangkitkan perekonomian Rusia selama 20 tahun menjabat.
ADVERTISEMENT

Dampak Perang Minyak terhadap Ekonomi

Dubes wahid melanjutkan bahwa agenda politik bagi Rusia dibalik pencabutannya dari perjanjian OPEC+ antara lain, Rusia tidak bahagia atas ketidakikutsertaan Amerika Serikat dalam kesepakatan tersebut. Namun, setelah mempertimbangkan berbagai hal, Rusia akhirnya menurunkan produksi minyak dari 10,5 juta barel per hari pada bulan Februari menjadi 8,5 juta barel per hari pada bulan Mei dan Juni.
“Menteri keuangan menyampaikan bahwa Rusia bisa bertahan pada kisaran harga 20$ per day selama 10 tahun. Walau sebenarnya break even point berkisar 30-32$ barrel/day. Pada bulan april, Rusia bersama OPEC sepakat menurunkan 9,7 million barrels per hari yang menyebabkan harga minyak akhirnya stabil menjadi 40$ per hari”, disampaikan oleh Dubes Wahid.
ADVERTISEMENT
Merespon terhadap fenomena ekonomi Rusia, Dubes Wahid percaya bahwa “The only way to fight the pandemic and overcome crisis is a cooperation”.
Selanjutnya, dalam hubungannya dengan Indonesia, Rusia dan Negara-negara ASEAN termasuk Indonesia telah membuat working group untuk berkolaborasi melawan COVID-19. Dubes Wahid juga memaparkan lebih lanjut perkembangan hubungan Indonesia dan Rusia.
“Hubungan Indonesia dan Rusia kita ketahui sempat stagnan, namun demikian pasca kunjungan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu dampaknya cukup positif. Termasuk saat ini kita akan memiliki perjanjian strategic juga untuk bilateral Indonesia dan Rusia. Hal-hal positif lain juga terlihat seperti ekspor meningkat. Hal sederhana, bahkan kita bisa melihat dari hal kecil yaitu indomie juga sudah dapat ditemukan di sini.”, tutur Dubes RI untuk Rusia dan Belarus yang sebelumnya pernah menjabat Dubes RI di Australia dan Uni Emirat Arab.
ADVERTISEMENT
“Banyak peluang besar yang kita miliki, sebenarnya investasi pun juga sudah cukup baik. Namun demikian memang untuk beberapa masih melalui negara ketiga. Salah satunya adalah Singapura. Dengan demikian, yang tercatat jadi seperti tidak terlalu besar karena memang melalui negara ketiga. Saya melihat di Rusia banyak hal positif yang mulai terlihat. Seperti restoran juga sudah mulai menawarkan makanan Indonesia yang mungkin membutuhkan rempah-rempah. Hal ini tentu dapat menjadi peluang juga bagi meningkatnya ekspor”, ujar Dubes Wahid kepada audiens webinar.
Dubes Wahid merespon pertanyaan moderator (Muhammad Iksan Kiat - Kepala Pusat Gerakan dan Kajian Strategis PPI Dunia) pada International Webinar “Ambassadors and Young Leaders Week”. (Foto Panitia AYL)
Muncul pertanyaan, bagaimana hubungan perdagangan Indonesia dan Rusia yang Bapak amati selamat 4 tahun mengabdi di KBRI Moskow?
“Komoditasi ekspor ke Rusia dari Indonesia yang terbesar adalah palm oil. Selanjutnya, kopi siap saji seperti torabika dan kapal api. “Kita juga mengekspor kapal cepat dari komposit yang dibuat di banyuwangi kemudian dipakai specnaft Kopasus Rusia serta kita juga ekspor steel ke Rusia” jawab Dubes Wahid.
ADVERTISEMENT
“Pasar buah dan sayur di Rusia dikuasai oleh Ekuador. Kita masih punya peluang besar. Investasi Rusia juga sangat besar, tapi sayangnya tak tercatat dan kebanyakan melalui singapura. Batik juga merupakan peluang besar di Rusia. Dari pariwisata cukup memuaskan, peningkatan dari 2016 sampai sekarang itu 100 persen turis Rusia ke Indonesia. Turis Indonesia ke Rusia sekitar 30 ribuan orang” tambah Dubes Wahid peraih rekor MURI atas 4 kali perayaan Festival Indonesia secara berturut-turut.
Penyerahan Penghargaan MURI kepada Dubes RI untuk Rusia dan Belarus M Wahid Supriyadi. (Foto KBRI Moskow)
Lebih lanjut lagi terkait upaya-upaya yang diterapkan untuk mendukung peningkatan kerjasama produktif Indonesia dan Rusia, Dubes Wahid menyampaikan bahwa tahun lalu Indonesia telah menandatangani Memorandum of Cooperation (MoC) yang mana merupakan langkah awal untuk penandatanganan Free trade agreement (FTA).
ADVERTISEMENT
***
Penyusun: Muhammad Iksan Kiat - Kepala Pusat Gerakan dan Kajian Strategis PPI Dunia
Editor: Zhafira Aqyla, Mass Media, Pusat Media dan Komunikasi, PPI Dunia