Pengganti Merkel Ditentukan Via Online?

PPI Dunia
PPI Dunia adalah wadah organisasi yang menaungi seluruh pelajar Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri.
Konten dari Pengguna
23 Januari 2021 3:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari PPI Dunia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kongres Partai CDU Jerman
zoom-in-whitePerbesar
Kongres Partai CDU Jerman
ADVERTISEMENT
Agenda terpenting dalam Kongres Partai (Bundesparteitag) Uni Kristen Demokratik (CDU) adalah pemilihan ketua umum partai baru. Kongres Partai pada tanggal 15 & 16 Januari 2021 ini akan digelar secara online untuk pertama kalinya di Jerman. Sebanyak 1001 surat suara dikirim lewat pos dan dihitung pada tanggal 22 Januari 2021.
ADVERTISEMENT
Tahun 2021 ini memang merupakan tahun politik untuk Jerman. 8 Negara Bagian akan melaksanakan pilkada pada tahun ini. Tak hanya sampai situ saja, pada tanggal 26 September 2021 akan dilaksaknakan pemilu untuk menentukan anggota DPR yang akan segera diikuti dengan pemilihan Kanselir baru. Awal tahun 2022 pun akan digelar Bundesversammlung untuk memilih presiden.
Berbeda dengan Indonesia yang menentukan pimpinan negara secara langsung melalui mekanisme voting oleh rakyat, baik Presiden (Bundespräsident) maupun Kanselir (Bundeskanzler) sama-sama ditentukan oleh wakil rakyat seperti negara-negara yang menganut sistem parlementer lainnya.
Seperti Indonesia, Presiden dipilih 5 Tahun sekali dan hanya boleh dipilih kembali sekali saja. Kanselir yang merupakan tokoh politik utama negara dan kepala eksekutif de facto, dipilih 4 Tahun sekali dan diperbolehkan untuk dipilih kembali.
ADVERTISEMENT
Angela Merkel yang sudah hampir 16 Tahun menjabat sebagai Kanselir Jerman, sudah menutup kemungkinan pencalonan-kembalinya. Bahkan pada akhir tahun 2018, posisinya sebagai ketua umum CDU yang sudah diembannya selama lebih dari 17 Tahun, digantikan oleh Annegret Kramp-Karrenbauer (AKK).
AKK sebelumnya digadang-gadang sebagai penerus Merkel. Namun, hal itu tak terealisasi karena kisruh yang terjadi di Negara Bagian Thüringen pada 5 Februari 2020 yang kemudian diikuti dengan pengunduran diri AKK –yang juga menjabat sebagai menteri pertahanan– , sebagai ketua umum partai. AKK juga menyatakan, bahwa dirinya bukanlah orang yang tepat untuk menjadi kandidat utama (Spitzenkandidat) kanselir dari Fraksi Union dan seyogyanya, ketua umum partai CDU juga berperan sebagai Spitzenkandidat.
Kisruh yang dikenal dengan Regierungskrise ini, diakibatkan oleh partai CDU yang ingin terus berada di tengah dan tetap menjadi partai kanan yang moderat yang tidak berkompromi dengan ekstrem kiri maupun kanan. Namun, dalam kasus di Thüringen ini, prinsip seperti itu terasa begitu tidak realistis.
ADVERTISEMENT
Friedrich Merz yang merupakan lawan sengit dari AKK pada Pemilihan Ketua Partai CDU sebelumnya pada akhir 2018, langsung memanfaatkan situasi dengan mencalonkan diri. Berbeda dengan Merz, Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn yang juga gagal terpilih pada pemilihan sebelumnya, tidak maju lagi ke pencalonan. Malahan, Spahn mendukung pencalonan Ministerpräsident Negara Bagian Nordrhein-Westfalen, Armin Laschet untuk menggantikan AKK. Kader senior yang sudah lama menjabat sebagai anggota DPR Jerman, Norbert Röttgent pun juga tak mau kalah dan ikut bersaing dengan kedua kandidat tersebut.
Adanya pandemi COVID-19 membuat Bundesparteitag untuk mencari pengganti AKK berulang kali harus ditunda sementara ajang pemilu 4 tahunan sudah semakin dekat. Maka dari itu, ketua umum baru nantinya akan mengemban tugas berat, karena hanya memiliki waktu yang relatif singkat dalam mempersiapkan strategi kampanye baik di level negara bagian maupun nasional.
ADVERTISEMENT
Peran ketua umum partai CDU yang juga menjadi wajah partai ini, sangatlah penting. Mengingat, Fraksi Union yang merupakan gabungan antara CDU & CSU, merupakan pemenang pemilu Jerman 2017 dengan memperoleh 246 dari total 709 kursi DPR. Di parlemen Eropa, CDU berafiliasi dengan Partai Rakyat Eropa (EPP) yang juga merupakan pemenang pemilu dengan raihan 180 dari total 751 kursi parlemen.
Bagaikan kejutan kemunculan angsa hitam, apapun bisa terjadi di politik Jerman setelah ini. Worst-case-scenario-nya, koalisi nasional yang sudah dibangun bersama Partai Sosial Demokratik Jerman (SPD), bisa-bisa berujung pecah pada kongsi di ujung masa periode pemerintahan, lalu kabinet dirombak dengan kanselir baru segera setelah terpilihnya ketua umum baru. Bahkan, bisa jadi keputusan untuk tidak berkompromi dengan ekstrem kanan dan kiri, akan direvisi agar CDU bisa berkoalisi dengan partai ektrem seperti Partai Kiri Jerman (die Linke) ataupun Partai Alternatif untuk Jerman (AfD).
ADVERTISEMENT
Tidak hanya konstelasi politik nasional, konstelasi politik Eropa pun juga bisa berubah dengan cepat gara-gara kongres partai ini. Posisi Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen yang juga merupakan kader CDU, pun juga bisa jadi terancam.
Konstelasi politik di tengah pandemi tentu bisa mengancam stabilitas negara. Besarnya pengaruh partai CDU, membuat pemilihan ketua umum baru pada situasi yang tidak wajar ini, semakin menjadi buah bibir masyarakat Jerman. Teka-teki siapa yang terpilih nantinya, tidak hanya dinantikan oleh masyarakat Jerman saja, melainkan juga masyarakat dunia. Kini, 1001 Delegasi yang mempunyai hak pilih, akan menentukan masa depan Partai yang berpengaruh pada Negara Jerman, Uni Eropa, dan bahkan Dunia.
Editor: Nur Taufiq - Tim Pengolah Artikel PPID
ADVERTISEMENT
Sumber:
https://www.europarl.europa.eu/news/de/press-room/20190228IPR29246/neue-sitzberechnung-fur-das-nachste-europaische-parlament-eu28
https://www.bundestag.de/parlament/plenum/sitzverteilung_19wp
https://www.cdu.de/system/tdf/media/dokumente/cdu_deutschlands_unsere_haltung_zu_linkspartei_und_afd_0.pdf?file=1
https://www.ardaudiothek.de/archivradio-geschichte-in-originaltoenen/angela-merkel-kuendigt-rueckzug-an/66773010
https://www.youtube.com/watch?v=USQ1bIjbocc&ab_channel=phoenix
https://www.youtube.com/watch?v=90-WFqwsJBg&ab_channel=FriedrichMerz