Melirik Manfaat Implementasi Pembelajaran Budaya Alam Minangkabau

Putra Melandry
Mahasiswa Universitas Andalas, Jurusan Ilmu Komunikasi
Konten dari Pengguna
3 April 2024 9:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putra Melandry tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Minangkabau atau biasa disebut Minang merupakan kelompok etnik yang menghuni beberapa wilayah Sumatera, pusatnya di Sumatera Barat. Sumatera Barat adalah sebuah daerah yang sangat kaya akan kebudayaan dan keindahan alamnya. Implementasi pembelajaran budaya alam Minangkabau merupakan upaya untuk menjaga dan melestarikan warisan alam dan kearifan lokal yang berharga melalui institusi pendidikan ke anak-anak Sekolah Dasar dan SMP di Sumatera Barat.
https://media.gettyimages.com/id/144475626/photo/minangkabau-traditional-house.jpg?s=612x612&w=0&k=20&c=BpUMYwCYc-fz9eekLdKd4jUGt8j9cVErifeBBkIAF1o=
Terdapat lima tujuan pembelajaran BAM yang ditetapkan dengan keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan nomor 011.08.C.1994 dan 012.08.C.1994 pada tanggal 1 Februari tahun 1994. Tujuan tersebut berbunyi “Pelajaran Budaya Alam Minangkabau bertujuan agar siswa mengenal, memahami, menghayati, mengapresiasi, dan menerapkan nilai-nilai budaya alam Minangkabau dalam kehidupannya sehari-hari.”
ADVERTISEMENT
Diadakannya pembelajaran Budaya Alam Minangkabau disingkat BAM merupakan bentuk nyata pelestarian kearifan lokal melalui jalur pendidikan, apalagi pembelajaran BAM ini merupakan mata pelajaran wajib yang harus diajarkan oleh siswa SD dan SMP, bukan mata pelajaran pilihan semata.
Pembelajaran BAM di tingkat SD
Implementasi materi BAM di tingkat SD lebih mengutamakan keterampilan dasar dan mengenal konsep-konsep adat-istiadat kedalam bentuk yang kongkret. Maksudnya, materi yang diajarkan kepada siswa-siswi SD harus bisa dipraktikkan oleh para siswa-siswi dalam kehidupan sehari-harinya sehingga menjadi keterampilan dalam kehidupannya. Misalnya, dalam materi pembelajaran tentang peran niniak mamak dalam kehidupan sehari-hari, para siswa-siswi harus tau siapa saja niniak mamak mereka dan bagaimana ia berperilaku kepada niniak mamak nya dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran BAM di tingkat SMP
Pada tingkatan ini materi pembelajaran BAM mengutamakan keterampilan-keterampilan yang sifatnya lebih tinggi kepada para siswa-siswi. Misalnya materi pembelajaran tentang sastra Minangkabau, seperti pantun dan gurindam, serta pasambahan dan patatah-patitiah. Tetapi, keterampilan dasar yang diajarkan dan diperoleh di SD tetap dikembangkan ke arah yang lebih tinggi.
Manfaat dari implementasi pembelajaran BAM
Implementasi pembelajaran BAM merupakan salah satu upaya yang sangat baik untuk melestarikan kearifan lokal melalui jalur pendidikan. Tentunya hal ini memiliki banyak manfaat baik untuk para siswa-siswi sendiri maupun untuk masyarakat luas.
1. Kearifan lokal menjadi lestari dan terjaga
Melalui pembelajaran BAM, generasi muda di Sumatera Barat dapat mengetahui dan memahami kearifan lokal, sehingga budaya kearifan lokal minangkabau dapat terus eksis dan tersebar ke berbagai generasi serta lapisan masyarakat. Karena siswa-siswi dikenalkan tentang kebudayaan daerah Sumatera Barat mulai dari baju adat, rumah adat, hingga wisata adat. Hal ini merupakan upaya guna anak-anak remaja tidak terlalu termakan oleh eksisnya kebudayaan luar contohnya budaya Korean wave yang sudah menjamur dimana-mana.
ADVERTISEMENT
2. Menjadikan generasi muda memiliki sikap dan karakter yang kuat
Karena pembelajaran BAM menjurus pada pembinaan sikap mental dan keterampilan hidup yang sesuai adat budaya di minangkabau dan juga syariat-syariat Islam. Seperti mengajarkan siswa-siswi tentang kato mandata, kato manurun, kato mandaki, dan kato malereang yaitu bagaimana cara kita berkomunikasi dalam kehidupan sehari-sehari, siswa-siswi juga diajarkan sopan santun, cara bersikap hingga cara berpakaian.
Dengan demikian, implementasi pembelajaran BAM bukan semata hanya tentang memahami kebudayaan dan kearifan lokal semata, tetapi juga suatu langkah untuk melindungi dan melestarikan kebudayaan minangkabau ditengah pesatnya globalisasi dan maraknya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia.
Namun perlu disimak bahwa pembelajaran budaya lokal bukanlah untuk menanamkan rasa kedaerahan yang berlebihan, arogansi kultural lokal, apalagi khauvinisme. Akan tetapi justru memperkuat akar pijakan individu maupun sosial dalam budayanya sendiri, yang pada akhirnya memperkokoh budaya dan ketahanan nasional (Nursaid, 2007).
ADVERTISEMENT