news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kasus Miopia Kian Meningkat Pada Masa Pandemi COVID-19

Putri Layina Isyrofa
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam 2021.
Konten dari Pengguna
23 November 2021 21:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putri Layina Isyrofa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Mata Minus. Sumber: Getty Image
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mata Minus. Sumber: Getty Image
ADVERTISEMENT
Sejak pandemi COVID-19, pemerintah memberlakukan pembatasan sosial sehingga aktivitas sosial dibatasi dan dilakukan secara daring. Pada masa pandemi ini, kecenderungan masyarakat ketika menatap layar gawai makin meningkat. Alhasil, risiko melonjaknya kasus miopia atau rabun jauh pun marak terjadi. Untuk itu, perlu kita ketahui bagaimana rabun jauh itu bisa terjadi.
ADVERTISEMENT
Rabun jauh terjadi karena mata terasa kabur ketika melihat objek atau benda jarak jauh. Dalam dunia kesehatan, rabun jauh disebut juga dengan miopia. Hal itu disebabkan karena kornea mata yang bertambah panjang dan lebih pipih sehingga cahaya jatuh tepat di depan retina.
Dari data penelitian Feincheng, China, membuktikan bahwa kasus miopia terjadi peningkatan yang mencolok hingga tiga kali lipat pada tahun 2020 terutama pada anak usia 6 hingga 13 tahun. World Health Organization (WHO) juga memprediksikan penderita miopia melonjak sekitar 4,8 miliar orang penduduk dunia pada tahun 2050.
Tahukah kamu, apa faktor terjadinya miopia? Faktor terjadinya miopia, yaitu penggunaan gawai dalam jangka panjang dan jarangnya menghabiskan waktu di luar ruangan. Kebiasaan tersebut dapat menyebabkan ketegangan mata dikarenakan terlalu fokus pada suatu objek sehingga menjadikan mata menjadi lelah. Selain itu, rabun jauh atau miopia juga dapat disebabkan karena faktor genetik.
ADVERTISEMENT
“Terdapat beberapa penyebab terjadinya ketidakteraturan perpanjangan bola mata. Faktor genetik atau faktor keturunan sangat berpengaruh. Namun, faktor lingkungan pun berpengaruh pada terjadinya miopia,” jelas Prof. Dr. Suhardjo SU, Sp.M (K), Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM.
Menurut Suharjo, gaya hidup tidak sehat juga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya rabun jauh seperti membaca terlalu dekat dalam keadaan ruang yang gelap dan kurangnya melakukan aktivitas di luar ruangan.
Dengan demikian, diperlukan adanya penindakan terkait permasalahan miopia. Upaya pencegahan turut dilakukan dan juga dibiasakan untuk menekan penambahan kasus miopia. Berikut upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari miopia.

1. Menghindari membaca di tempat yang minim cahaya.

Membaca di tempat yang minim penerangan memang bukan pemicu utama terjadi kerusakan mata. Namun, bukan berarti kita menyepelekan hal tersebut. Kebiasaan tersebut tentu harus dihindari karena dapat menyebabkan ketegangan otot mata akibat terlalu fokus sehingga dapat menjadikan mata lelah.
ADVERTISEMENT

2. Mengurangi jangka waktu menatap layar gawai.

Saat ini, teknologi sudah berkembang makin canggih. Banyak di antara kita terutama kalangan pelajar menggunakan gawai sebagai media pembelajaran. Alhasil, Kecenderungan kita terhadap gawai pun meningkat. Sebaiknya, merenggangkan otot mata dengan cara menatap benda sejauh 20 meter selama 20 detik setelah menatap layar gawai selama 20 menit. Usahakan juga untuk mengurangi menatap layar gawai dan melakukan aktivitas di luar ruangan.

3. Memakai kacamata anti radiasi untuk melindungi mata dari besarnya radiasi.

Radiasi blue light dari layar gawai diduga dapat memengaruhi kesehatan mata. Dengan menggunakan kacamata anti radiasi, kita bisa mencegah kemungkinan mata terjadi rabun jauh. Walaupun tidak berpengaruh besar, tidak ada salahnya kita memakai untuk melindungi mata.
ADVERTISEMENT

4. Mengkonsumsi makanan sehat terutama yang mengandung vitamin A seperti wortel, telur rebus, dan sebagainya.

Selain bertujuan untuk menjaga pola hidup sehat, hal tersebut juga berpengaruh untuk kesehatan mata. Mengingat mata merupakan indra yang sangat penting dan dibutuhkan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Dengan mengkonsumsi makanan sehat tersebut dapat memenuhi nutrisi yang baik sehingga risiko penyakit-penyakit mata pun terhindari.

5. Rutin memeriksa kesehatan mata juga diperlukan agar terhindar dari risiko mata miopia.

Gejala-gejala dari miopia seperti pandangan terasa kabur ketika melihat objek jauh, memicingkan mata agar pandangan terlihat jelas, sesekali kepala terasa pusing, dan mata lelah, bahkan berair ketika terlalu lama fokus memandang. Apabila gejala tersebut terjadi, maka harus segera ditangani agar miopia tidak makin parah.
ADVERTISEMENT
“Komplikasi penyakit dapat terjadi misalnya katarak, ablasi retina, makulopati, dan glaukoma apabila miopia tersebut tinggi. Jika miopia dini tidak segera ditangani dengan tepat, maka akan menyebabkan terganggunya perkembangan fungsi visual yang mengakibatkan penderita mata malas, ambliopia,” ucap Prof. Dr. Suhardjo SU, Sp.M (K), Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM.
DAFTAR PUSTAKA
Alodokter. (2019). Miopi (Rabun Jauh). Diakses pada 18 November 2021, dari https://www.alodokter.com/rabun-jauh
Nugroho, Agung. (2020). Mencegah Myopia Booming di Tengah Pandemi Covid-19. Diakses pada 18 November 2021, dari https://www.ugm.ac.id/id/berita/19386-mencegah-myopia-booming-di-tengah-pandemi-covid-19
Uji, Caesar & Nofiana, Fita. Hasil Penelitian Ungkap Penderita Mata Minus Meningkat selama Pandemi, Terutama Anak-Anak. Diakses pada 18 November 2021, dari https://www.suara.com/health/2021/06/13/091251/hasil-penelitian-ungkap-penderita-mata-minus-meningkat-selama-pandemi-terutama-anak-anak
Halodoc. Penyebab Rabun Jauh yang Perlu Diketahui dan Pencegahannya. Diakses pada 19 November 2021, dari https://www.halodoc.com/artikel/penyebab-rabun-jauh-yang-perlu-diketahui-dan-pencegahannya
ADVERTISEMENT