Perkembangan Tradisi Selamatan Mencetuskan Tradisi Baru Masyarakat Jawa

Aulita Inestya Putri
Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi
Konten dari Pengguna
12 Oktober 2022 22:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aulita Inestya Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dulu masyarakat desa Setail memiliki kepercayaan tentang arwah orang yang telah meninggal masih berada di sekitar rumah selama tujuh hari. kemudian, setelah sampai tujuh harinya mereka akan pergi menjauh dari rumah. Menjelang hari ke 40 hari, ke 100 hari, dan ke 1000 harinya arwah akan datang kembali. Maka dari itu, masyarakat akan memberikan sesajen atau persembahan kepada arwah berupa sandingan berupa segelas kopi, nasi dan lauk satu piring, dan rokok yang diletakkan dalam kamar orang yang telah meninggal.
Sesajen untuk orang yang sudah meninggal dalam Tradisi Jawa (foto: shutterstok)
Ritual membuat sandingan adalah tradisi yang dilakukan setiap malam Jumat dan hari-hari tertentu seperti saat peringatan hari kematian leluhur atau anggota keluarga yang sudah meninggal.
ADVERTISEMENT
Sama halnya dengan sesajen, sandingan tak hanya menyajikan minuman saja. Tapi juga menyajikan nasi dan lauk pauk sebagai pelengkap. Umumnya, sandingan menyajikan kopi hitam (kopi ireng), air gula (wedang gulo), nginangan, kembang, dan menyalakan dupa. Adapun yang menambahkan nasi putih dengan lauk sederhana atau ketan bubuk.
Masyarakat Jawa berpandangan bahwa arwah akan pulang ke rumah dan akan makan layaknya seperti masih hidup. selain itu, masyarakat juga membaca mantra-mantra agar arwah tidak mengganggu dan tenang di alam sana. Tradisi ini dikenal dengan selamatan. Masyarakat dalu melaksanakan selamatan atas meninggalnya salah satu anggota keluarga mereka.
Kebudayaan ini merupakan sebuah hasil budi atau akal manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Manusia memiliki daya, cipta, rasa dan karsa yang dituangkan dalam wujud kebendaan dan spiritual atau adat istiadat (Kuntowijoyo, 1987:2-3). Dari hal tersebut berkembang menjadi tradisi selamatan yang menyatu dengan agama Islam.
ADVERTISEMENT
Selamatan di Kehidupan masyarakat Islam Jawa yakni, dalam pelaksaaannya di setiap daerah memiliki kemiripan. Ketika tradisi tersebut berlangsung, masyarakat yang sedang melaksanakan selamatan duduk melingkar, dengan posisi kaki sila, membaca kalimat tayyibah dan ayat-ayat Al-Qur;an, yang dipimpin oleh seorang kyai atau pemuka agama, adanya jamuan dari tuan rumah dan adanya sedekah (Awwalin, 2018). Lambat laun agama Islam masuk dan menyatu dengan Tradisi Lokal yakni selamatan. Hal inimenunjukkan bahwa masyarakat Jawa sangat terbuka dengan tradisi baru yang masuk.
Dalam berkembangnya tradisi selamatan tersebut, membuktikan bahwa telah lahir tradisi baru di masyarakat Jawa. Tradisi ini merupakan tradisi rutin yang harus dilakukan masyarakat Jawa. Mereka percaya apabila tradisi tersebut tidak di laksanakan akan membuat arwah tidak tenang.
ADVERTISEMENT