Flash Sale: Lebih Cepat, Lebih Laris

Putu Reza
Cuma suka coba-coba teknologi baru
Konten dari Pengguna
27 April 2018 13:57 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Putu Reza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi wanita berbelanja online. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita berbelanja online. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Untuk sebagian besar pencinta gadget di Indonesia, kata “Flash Sale” mungkin mulai menjadi sesuatu yang sangat familiar. Sekedar informasi untuk yang mungkin belum tahu, Flash Sale adalah metode penjualan yang kerap muncul di portal belanja online pada waktu tertentu saja dan dengan jumlah produk terbatas yang biasanya menawarkan harga sedikit lebih murah sebagai daya tarik.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari sisi positif untuk konsumen, flash sale memang menarik karena ya itu tadi, harga yang biasanya lebih murah. Selain itu bagi mereka yang sukses mendapatkan produk idamanya, sedikit-banyak akan ada rasa bangga yang biasanya diiringi dengan pamer keberhasilannya di media sosial. Seperti dapat barang langka yang begitu sulit dicari.
Sedangkan di tempat lain atau dari pihak penyelenggara, keberhasilan flash sale kerap dijadikan ukuran bahwa produknya laris. Semakin sering flash sale dan selalu habis, semakin terbangun citra bahwa produknya diinginkan. Seakan punya nilai prestis tersendiri.
Jika melihat ke belakang atau tepatnya tahun 2014, Xiaomi pernah menjadi sensasi lewat seri Redmi 1S. Dijual lewat Lazada, ponsel tersebut laku keras hingga situs tidak bisa diakses alias ‘down’. Waktu itu menurut saya ini adalah hal yang wajar-wajar aja karena dengan harga hanya Rp 1,5 juta, Redmi 1s menawarkan spesifikasi yang sangat menarik.
ADVERTISEMENT
Pemberitaan soal kisah sukses Xiaomi tersebut pun kemudian menjadi headline di berbagai media berkat 5.000 unit yang habis terjual dalam waktu 7 menit.
Ya, saat itu Xiaomi dengan jelas menyatakan jumlah serta durasinya.
Kembali ke kondisi saat ini, flash sale bukan lagi Xiaomi saja, tapi juga sudah dilakukan oleh banyak merek handphone lainnya. Rebutan untuk dapetin produk baru pun bukan lagi hal yang asing sebab flash sale hampir selalu ada tiap minggunya dan selalu habis. Ya, selalu habis.
Namun, kalau diamati secara cermat ada yang berbeda antara kondisi dulu dan sekarang. Bisa tebak apa?
Jika tebakannya soal transparansi, maka Anda benar!
Dibandingkan terdahulu, para vendor penyelenggara flash sale saat ini hanya akan menyatakan bahwa produk yang mereka jual sudah habis. Paling-paling tambahannya cuma soal berapa waktu yang dibutuhkan sampai produknya ludes terjual.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh yang terbaru adalah apa yang dilakukan dua merek yang belum lama meluncurkan ponsel terbarunya di Indonesia, yaitu Xiaomi dan ASUS.
Pada 25 April 2018 yang lalu, Xiaomi melakukan flash sale untuk Redmi Note 5 dan habis dalam 30 detik. Masih pada hari yang sama setelahnya, ASUS menggelar flash sale untuk ZenFone Max Pro M1 yang selesai dalam 15 detik saja.
Flash Sale: Lebih Cepat, Lebih Laris (1)
zoom-in-whitePerbesar
Jika melihat dari gambar di atas, akan terlihat jelas adanya penekanan soal waktu. Seperti ingin meligitimasi bahwa produknya laris dalam waktu yang sangat singkat.
Tidak, saya tidak bilang keduanya berbohong soal flash sale ini sebab rekan saya berhasil pada salah satunya. Cuma yang selalu saya pertanyakan adalah berapa unit sih yang laku terjual saat itu? Berapa persen sih orang sukses mendapatkan barangnya? Apakah kuota dari kedua jenis ponsel ini sama waktu sedang melakukan flash sale?
ADVERTISEMENT
Cuma mereka dan Tuhan yang tahu.
Maksudnya begini, misalnya merk A bisa menjual 100 unit dalam 1 menit dan B bisa menjual habis 80 unit dalam 45 detik, maka jelas keduanya gak bisa disamakan. Secara kuantitas saja sudah tidak sama, masa mau dibandingkan?
Iya sih memang dengan menekankan soal durasi, produk akan terkesan laris manis. Orang yang berhasil mendapatkan produk juga bisa pamer sebab sukses memiliki produk yang dibuat menjadi langka tersebut.
Tapi pertanyaan utamanya, mau sampai kapan begitu terus?
Kalau menurut saya pribadi, dibanding membanggakan sesuatu yang tidak jelas ukurannya karena tidak ada transparansi, akan lebih baik jika vendor handphone di Indonesia lebih memikirkan bagaimana cara mendistribusikan produknya agar merata dan mudah di akses.
ADVERTISEMENT
Kalau memang produknya bagus, peminat banyak, dan distribusi lancar, tidak perlu lagi pamer soal durasi flash sale. Malah pamernya itu nanti bisa lebih keren seperti misalnya jumlah unit terjual setelah perilisan pertama.
Coba mana yang lebih keren:
“Kami dari A sukses menjual 500 ribu unit dalam waktu satu bulan setelah perilisan”.
Atau
“Empat kali flash sale dalam satu bulan, produk kami selalu habis dalam 20 detik”.
Apapun pilihannya, saya yakin flash sale akan tetap ada dan peminatnya pun tetap akan banyak. Jadi buat yang malas repot seperti saya, mendingan nabung aja untuk beli produk yang ready stock di pasaran. Namun, buat yang mau ikut flash sale pun tentunya tidak salah dan dipermasalahkan juga karena hanya soal pilihan aja.
ADVERTISEMENT
Punya pengalaman soal flash sale juga? Coba deh berbagi sedikit pada kolom komentar di bawah.