Sektor Pertanian di Masa Pandemi COVID-19: Apakah Terdampak?

Qorinul Huda
Mahasiswa prodi D-IV Statistika Politeknik Statistika STIS
Konten dari Pengguna
24 September 2021 17:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Qorinul Huda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Sektor Pertanian di Masa pandemi COVID-19

Sektor pertanian di Madiun. Foto : Qorinul Huda (Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Sektor pertanian di Madiun. Foto : Qorinul Huda (Pribadi)
ADVERTISEMENT
Menilik Sektor Pertanian - Virus Corona adalah virus yang menyerang sistem pernapasan yang dapat menular ke manusia. Sejak diumumkannya kasus pertama di Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020, virus ini terus menyebar dan berdampak terhadap berbagai sektor. Salah satunya sektor pertanian.
ADVERTISEMENT
Sektor pertanian dapat diartikan sebagai pemanfaatan potensi alam baik tumbuhan dan atau hewan untuk diperkembangbiakan oleh manusia sebagai sumber pangan. Sektor tersebut menjadi tumpuan terhadap PDB meskipun di tengah pandemi covid-19.
Menurut data dari BPS, ekonomi Indonesia pada awal pandemi COVID-19 yaitu pada triwulan II tahun 2020 turun 5,32 persen. Penurunan ini dipicu oleh berbagai sektor yang tumbuh negatif pada triwulan ini. Sektor yang paling terdampak adalah transportasi dan pergudangan, serta akomodasi makanan dan minuman. Meskipun demikian, sektor pertanian pada triwulan ini tumbuh sebesar 2,8%.
Selama pandemi hingga Agustus 2020, sektor pertanian menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dan menjadi satu-satunya sektor yang memiliki nilai pertumbuhan positif di tengah ekonomi nasional yang sedang mengalami kontraksi. Pertumbuhan ekonomi ini secara teori dipicu oleh naiknya tingkat permintaan baik domestik maupun luar negeri. Apalagi pertanian dinilai sebagai sektor yang dibutuhkan sebagai pertahanan tubuh di saat pandemi. Anjuran kesehatan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dapat ditemui dalam produk buah, sayur, dan hewan.
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah.
Pertumbuhan pada sektor pertanian di triwulan II 2020 merupakan sumbangan positif hampir semua subsektor, kecuali subsektor peternakan. Subsektor tanaman pangan tumbuh 9,23% (y-on-y) dan merupakan kontributor utama dengan angka pertumbuhan terbesar. Menurut BPS, subsektor tanaman pangan ini terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Subsektor tanaman pangan ini paling dibutuhkan di masa pandemi untuk memenuhi kecukupan pangan nasional. Pergeseran musim tanam mengakibatkan musim panen raya dan puncak panen juga bergeser pada triwulan II-2020. Hal tersebut menjadi faktor kunci tercapainya tingkat pertumbuhan ini.
ADVERTISEMENT
Secara year-on-year (y-on-y), subsektor holtikultura dan tanaman perkebunan mengalami pertumbuhan yang konsisten tahun 2019 dan 2020. Pertumbuhan konsisten ini menandakan bahwa pandemi Covid-19 tidak memberi pengaruh signifikan terhadap kinerja kedua subsektor tersebut. Tanaman holtikultura tumbuh 0,86% disebabkan tingginya permintaan akan sayuran, buah-buahan, dan tanaman obat sebagai komoditas daya tahan tubuh di masa pandemi.
Peningkatan produksi kelapa sawit, kopi, dan tebu di berbagai sentra produksi memicu sektor tanaman perkebunan tumbuh 0,17%. Produk komoditas kelapa sawit menjadi ekspor utama teratas dalam komoditas non migas pada rentang Januari – Juni 2020. Kontribusi industri sawit di masa pandemi dalam rentang tersebut mampu memberikan sumbangan devisa negara sebesar US$10,6 miliar. Angka devisa ini lebih besar dibandingkan periode tahun 2019. Angka devisa yang dihasilkan dari ekspor minyak sawit semester 1 2019 sebesar US$9,46 miliar. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada periode pandemi COVID-19 ekspor dari subsektor tanaman perkebunan pada industri sawit justru mengalami kenaikan yang berdampak pada pencapaian surplus neraca perdagangan RI sebesar US$5,5 miliar pada semester 1-2020.
ADVERTISEMENT
Pada Triwulan II-2020, subsektor peternakan mengalami kontraksi sebesar -1,83%. Kontraksi ini adalah efek dari penurunan permintaan produk peternakan seperti daging, susu, dan bulu yang diakibatkan oleh kebijakan pembatasan sosial. Kebijakan pembatasan sosial telah berdampak pada penutupan pabrik olahan, hotel, dan restoran.
Menurut Pusdatin (2020), pertumbuhan positif dari sektor pertanian terhadap PDB triwulan II-2020 didorong oleh meningkatnya realisasi usaha Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai salah satu program stimulus ekonomi. Selain itu program benih, pupuk bersubsidi, mesin dapat mendorong tingkat produktivitas sektor pertanian.
Oleh karena itu, sektor pertanian yang menjadi bantalan PDB di masa pandemi COVID-19 seharusnya tetap dijaga potensi dan produktivitasnya. Perkembangan teknologi dan petani millenial dengan cakupan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) diharapkan mampu meningkatkan potensi sektor pertanian agar optimal agar menjadi basis pangan nasional yang berswasembada dan mampu mencapai target SDGs (Sustainable Development Goals).
ADVERTISEMENT