5 Gangguan Mental Akibat Terlalu Aktif Sosial Media

Quipper Indonesia
Distributors of wisdom | Membawa pendidikan terbaik ke seluruh penjuru Indonesia
Konten dari Pengguna
15 Juni 2020 16:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Quipper Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Quipper Blog
zoom-in-whitePerbesar
Quipper Blog
ADVERTISEMENT
Dalam sehari, berapa jam kamu menghabiskan waktu berselanjar di sosial media? Tiba-tiba hari telah berganti, teman-teman udah selesai skripsi, tetangga sebaya menang lomba rap, dan startup milik kerabat leading di banyak tempat, ehhh kamu masih olahraga jempol balas komentar netizen doang.
ADVERTISEMENT
Kalau sudah begitu, artinya kamu sudah kecanduan sosmed, tuh. Seluruh hidup dan matimu hanya untuk berselancar ria di dunia maya. Memang enggak bisa dipungkiri sih kalau kemajuan teknologi dan perkembangan pesat membawa dampak positif, seperti memudahkan orang untuk terkoneksi dan berkomunikasi hingga ladang mengumpulkan pundi-pundi.
Dibalik gemerlap dan segala pundi-pundi, ternyata dunia maya termasuk sosial media juga memberi dampak buruk bagi penggunanya kalau sudah addicted alias kecanduan. Kamu mau tahu apa saja dampak buruk kecanduan sosmed? Simak ulasannya berikut ini.

1. Bikin Stres

Lebih dari 40% populasi dunia atau sekira 3 miliar orang menggunakan sosial media. Mereka menghabiskan rata-rata 2 jam sehari untuk bermedsos ria. Di antara banyak kegiatan, beberapa orang justru menggunakan sosial media untuk sarana melampiaskan stres atau kejenuhan. Lalu, apakah hal itu dapat mengurangi atau justru menambah stres?
ADVERTISEMENT
Para peneliti di Pew Research Center, Washington DC, pada tahun 2015, melakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mereka mensurvei sebanyak 1.800 prang. Hasilnya, sebagaimana dilansir bbc.com, kecenderungan tingkat stres pengguna justru meningkat. Hasil laporan itu juga mengungkap pengguna perempuan lebih tinggi tingkat stresnya ketimbang pria.
Di sisi lain, remaja yang menghabiskan lebih dari 2 jam sehari di media sosial cenderung mengalami masalah kesehatan mental seperti tekanan psikologis. Gadis remaja tercatat sangat rentan terhadap tekanan teman sebaya dan karena itu berisiko memiliki pengalaman negatif di media sosial sehingga dapat mempengaruhi perkembangan mentalnya.

2. Fear of Missing Out

Fear of Missing Out (FOMO) merupakan fenomena yang muncul di saat ketenaran media sosia garapan Mark Zuckerberg, Facebook, meningkat. Fomo pada umumnya merupakan tingkat kecemasan tinggi kehilangan pengalaman dengan orang terkoneksi di media sosial.
ADVERTISEMENT
Michael Hogan mencoba meneliti kemunculan Fomo pada penggunaan media sosial. Lewat psychologytoday.com, Hogan mengumpulkan 76 mahasiswa secara acak sebagai responden. Ia menggunakan pendekatan Manajemen Interaktif dan kecerdasan kolektif untuk melihat kemunculan Fomo.
Penelitian Hogan membuahkan kesimpulan pengguna media sosial terindikasi mengidap Fomo, seperti peningkatan rasa seakan terasing, ketidakjujuran menggambarkan citra diri, rendah diri, muncul perasaan kesepian, dan meningkatnya rasa cemburu terhadap orang lain.
thespinoff.co.nz
3. Gangguan Tidur
Tubuh manusia memerlukan jeda untuk mengembalikan beberapa fungsi tubuh agar kembali bugar. Maka, manusia perlu tidur. Di masa kini, saat platform media sosial berkembang, manusia justru menggunakan waktu tidur di malam hari untuk berkegiatan di media sosial.
Di kasur, bahkan, mata mereka tetap memandang layar ponsel atau laptop. Kebiasaan tersebut, menurut para peneliti asal University of Pittsburgh, menyebabkan tidur menjadi gelisah.
ADVERTISEMENT
Para peneliti menguji sebanyak 1.700 anak usia 18 hingga 30 tahun tentang media sosial dan kebiasaan tidur mereka. Hasilnya, cahaya biru pada layar ponsel atau laptop menyebabkan gangguan tidur terhadap pengguna.
Rangsangan fisiologis pengguna terhadap lampu biru dan terang, menurut para peneliti, dapat menunda ritme sirkadian. Alhasil, tiap pengguna tidak memiliki masa tidur efektif.

4. Kepalsuan atau Fake

Enggak selamanya memposting foto kebahagiaan, baik bersama pasangan maupun sendirian, menunjukan seseorang sedang bahagia. Pada tahun 2014, para peneliti di Austria menemukan fakta pengguna media sosial mengalami suasana hati lebih rendah setelah menggunakan Facebook selama 20 menit. Mereka beranggapan postingan orang lain lebih bahagia daripada miliknya sendiri.
Suasana hati, baik atau buruk, juga dapat menyebar di antara orang-orang di media sosial. Menurut para peneliti dari University of California, konten emosional lebih membuat pengguna merasa kurang percaya diri setelah melihat pembaruan posting orang lain. Dengan begitu, semakin banyak orang mengunggah keceriaan, kegembiraan, kesenangan, dan lainnya justru semakin membuat dirinya menjadi sebaliknya.
ADVERTISEMENT

5. Kecanduan

Hal paling buruk terhadap penggunaan media sosial tak lain, tak bisa lepas dari godaan untuk terus aktif menggunakannya. Dalam arti sempit, kecanduan media sosial.
Pecandu media sosial akan kembali masuk ke dalam dunia media sosial untuk melepaskan segala kegelisahannya. Mereka pun terjebak dan tak ada pilihan lain untuk terus menggunakannya.
Tentu saja kamu enggak mau masa mudanya dihabiskan untuk bersuntuk-suntukkan di media sosial, kan? Banyak kegiatan menarik di luar media sosial. Kamu bisa hang out, ngobrol, atau menghabiskan waktu bermain bersama teman-teman. Semoga di antara kamu belum ada yang terkena dampak buruk kecanduan sosmed, ya!
Penulis: Rahmat Ali