Aku melangkah pelan mengikuti Jangkung menuju rumah. Semua rasa penasaranku tentang penyebab kematian Esih makin terjawab oleh perkataan Ni Sukma. Esih memang diperkosa sebelum memutuskan mengakhiri hidupnya dengan tragis di lintasan kereta api.
“Sobekan baju merah Esih,” batinku. Tiba-tiba saja air mataku tak terbendung lagi. Aku tak bisa membayangkan bagaimana Esih bisa mengalami kejadian keji semacam itu. Apalagi saat itu, aku sedang tak ada di sisinya untuk membantu.
Malam ini otakku terus berputar, mencari-cari keputusan terbaik. Aku masih menimbang apakah aku harus menceritakan semua ucapan Ni Sukma kepada Jangkung saat ini. Aku tahu betul Jangkung yang emosional akan langsung bertindak gegabah.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814