Di bawah sinar rembulan, pandanganku langsung tertuju pada darah yang berceceran di sekitar lintasan si ular besi. Bau anyir darah semakin tajam menusuk hidung saat aku melangkah mendekat.
“Astaghfirullah!” berkali-kali aku mengucapkan istighfar, mencoba mengalahkan kalut dan panik dalam diriku saat ini sambil menahan rasa mual. Tubuh perempuan tadi sudah tercabik-cabik, dan potongannya berhamburan begitu saja di depanku. Gambaran senyumnya sebelum tertabrak kereta masih terpatri jelas di kepalaku.
“Jak! Jaka!”
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814