Acara Supersemar, Tommy Soeharto dan 'Kenangan' Orde Baru

12 Maret 2017 18:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tommy Soeharto di At-Tin (Foto: Mustaqim Amna/kumparan)
Sabtu (11/3) kemarin, digelar acara haul mantan Presiden Soeharto dan peringatan Supersemar ke-51 di Masjid At-Tin. Acara itu, walau bertema keagamaan, namun tak bisa lepas dari nuansa kental politik Pilgub DKI.
ADVERTISEMENT
Sebagai penggagas acara dalam acara, keluarga Cendana jelas hadir. Yang terlihat ada Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek Soeharto), Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto), Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto), dan Siti Hardijanti Rukmana (Tutut Soeharto). Para peserta Pilgub DKI seperti Anies Baswedan dan Sandiaga Uno juga hadir, termasuk calon wakil gubernur petahana Djarot Saiful Hidayat.
Tokoh politik lainnya yang selama ini jadi pendukung Anies-Sandi seperti Prabowo, Hidayat Nur Wahid dan lainnya juga hadir. Para ulama yang pernah mengikuti aksi penolakan terhadap calon gubernur Basuki Tjahaja Purnama, seperti Habib Rizieq dan Arifin Ilham juga terlihat di lokasi.
Habib Rizieq dalam acara itu sempat berorasi, mengingatkan kembali tentang Soeharto yang dianggapnya hebat karena berhasil menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu, dia juga sempat menyinggung kembali soal larangan memilih pemimpin kafir.
ADVERTISEMENT
Titik Soeharto yang didaulat menjadi pembicara di acara tersebut juga mengingatkan kembali soal orde baru. Tak lupa dia sempat mengkritik jalannya reformasi.
"Kita sering dengar kata 'enak jaman Pak Harto' mungkin ini yang bapak (Soeharto) katakan, sejarah akan katakan hal demikian," kata Titiek di depan jemaah, Sabtu (11/3).
"20 Tahun reformasi berjalan tak membuat lebih baik. Saya setuju kepada Presiden Jokowi, kalau demokrasi kita sudah kebablasan, yang ada adalah demokrasi liberal, setiap orang bebas berkata lupa akan etika ketimuran yang kita miliki," jelas dia.
Dalam momen itu, Tommy Soeharto menjadi salah satu sosok yang menarik perhatian. Sepanjang acara, dia selalu dielu-elukan oleh para jemaah. Penampilannya kini yang klimis, berbaju koko putih dan dekat dengan para ulama, juga semakin menjadi perbincangan.
ADVERTISEMENT
Keriuhan di Media Sosial
Acara semalam menyisakan diskusi berkepenjangan di media sosial. Netizen, baik pendukung salah satu pasangan calon maupun bukan, sibuk berkomentar mengenai rezim Orde Baru, Tommy Soeharto dan tema-tema yang dibicarakan semalam.
Salah satu yang menjadi sorotan tentu saja Soeharto dan Orde Baru. Klaim zaman Soeharto lebih enak ditolak oleh beberapa kalangan. Beberapa pengguna twitter kemudian menceritakan kembali kisah-kisah kelam penindasan dan kejahatan di era Orde Baru. Frase 'Orde Baru' bahkan sempat menjadi trending dalam waktu yang cukup lama.
Namun, suara-suara yang membela acara semalam pun tetap bermunculan. Terutama datang dari pendukung Anies-Sandi.
Pembahasan pun mengarah pada sosok Tommy Soeharto. Rekam jejak Tommy dengan kasus kriminal yang pernah membelitnya, kembali diungkit.
ADVERTISEMENT
Sekilas Tommy Soeharto
Tommy, adalah anak bungsu Soeharto. Kakaknya, Bambang Trihatmodjo, pernah mencuitkan bahwa Tommy merupakan anak yang paling dekat dengan sang ayah. Soeharto memang memberikan banyak kemudahan bagi Tommy, terutama dalam urusan bisnis.
Pada tahun 1992, Tommy diberikan hak monopoli perdagangan cengkeh oleh pemerintahan Soeharto. Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) miliknya dapat menekan harga beli cengkeh dari petani dan mengangkat harga jualnya. Akibatnya, konsumsi cengkeh menurun dan petani jatuh miskin. Dari kasus BPPC ini, disinyalir negara mengalami kerugian hingga Rp 175 miliar.
Di dekade yang sama, Soeharto memutuskan untuk memproduksi mobil nasional dengan merk Timor. Perusahaan yang meproduksinya adalah PT Timor Putra Nasional milik Tommy Soeharto. Perusahaan tersebut diduga melakukan tindak korupsi yang menimbulkan kerugian negara senilai triliunan rupiah.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pada penutup dekade 90-an, Tommy terjerat dugaan korupsi yang bermuara di kasus pembunuhan. Kasus tukar guling PT Goro Batara Sakti dan Perum Bulog disinyalir menimbulkan kerugian negara sebesar Rp 95,6 miliar. Buntutnya, Tommy divonis bersalah oleh Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita. Ia harus membayar ganti rugi sebesar Rp 30 miliar dan jalani masa tahanan 18 bulan. Tommy sempat memohon grasi pada Presiden Gus Dur sebelum ia kabur karena grasi ditolak.
Pada 26 Juli 2001, Hakim Agung Syafiuddin tewas tertembak. Kapolda Metro Jaya, Irjen Sofjan Jacoeb, menjadikan Tommy tersangka. Dia ditangkap pada 28 November 2001 oleh Tim Kobra di bawah komando Tito Karnavian, yang kini menjabat Kapolri.
Tommy Soeharto muda (Foto: Reuters)
Tommy dijatuhkan hokuman 15 tahun penjara atas perbuatannya. Pada 30 Oktober 2006 dia bebas karena dinilai berkelakuan baik.
ADVERTISEMENT
Lama tak terlihat, nama Tommy kemudian muncul lagi di panggung politik. Tommy disebut menjadi dewan pembina Partai Berkarya yang sudah disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM. Di partai itu, ada juga nama mantan politikus Partai NasDem yang pernah menjabat Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya. Partai Berkarya dipimpin Ketua Umum Neneng A. Tutty, Wakil Ketua Umum Yockie Hutagalung, dan Sekjen Badaruddin Andi Picunang.
Dalam beberapa kesempatan, Tommy juga menjadi lebih relijius. Dalam acara semalam, Tommy tampak akrab berfoto dengan sejumlah tokoh islam. Dia juga dielu-elukan oleh para jemaah di Masjid At-Tin.
Berakhir dengan Guyonan
Seperti isu-isu lainnya, keriuhan di media sosial kadang bisa berubah arah dalam waktu singkat. Isu Orde Baru yang tadinya membahas soal sejarah dan memancing perdebatan, malah belakangan jadi guyonan.
ADVERTISEMENT
Sejumlah netizen mengenang Orde Baru namun bukan dalam urusan politik. Ada beberapa hal lucu yang dikenang selama periode itu, termasuk soal selebriti sampai hal-hal ringan lainnya. Frase 'Kangen Orba' pun jadi trending sampai malam ini.
Bagaimana dengan Anda? Apa hal ringan yang dirindukan ketika zaman Orba?