ADVERTISEMENT
Empat orang pria berdiri di area sambungan kereta Commuter Line dari Bogor ke arah Jakarta Kota. Mereka berdiri mengelilingi sebuah ponsel dengan tampilan layar yang diperbesar sambil saling mengejek penuh canda.
ADVERTISEMENT
Momen ‘sibuk sendiri’ di kereta dulu, kini berganti dengan ‘sibuk berempat’ karena game ludo yang kembali mempersatukan manusia.
Stigma kehadiran ponsel dan teknologi yang membuat manusia semakin individualistis seolah sirna. Ludo membawa kita kembali ke masa-masa indah sewaktu belia. Saat dulu ponsel belum meraja lela. Anak-anak berinteraksi dengan temannya bukan lewat dunia maya, tapi benar-benar nyata bertatap muka.
Ludo membuat kita bersaing untuk mencapai tujuan. Setiap angka yang muncul dari lemparan dadu menuntut kita untuk memikirkan strategi. Bukan judi. Kita akan dihadapkan pada pilihan-pilihan. Mulai dari menghabisi lawan, bertahan, atau menumpuk jagoan.
Pada akhirnya, memang akan ada pemenang. Namun itu bukan akhir pertandingan. Ludo mengajarkan kita untuk memelihara semangat untuk berkompetisi, tapi tanpa harus saling menghabisi. Bisa jadi hari ini kita menang, besok kalah. Toh, ini cuma permainan. Yang penting, kita sama-sama bergerak untuk mencapai stasiun tujuan. Dengan cara gembira.
ADVERTISEMENT
Jadi, daripada saling unjuk kekuatan, mending main Ludo. Hidup cuma senda gurau yang terlalu singkat untuk dipakai bermusuhan, apalagi buat kepentingan duit dan kekuasaan.