Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Segala Kontroversinya

21 Juni 2017 13:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pangeran Mohammed bin Salman. (Foto: Reuters/Charles Platiau)
zoom-in-whitePerbesar
Pangeran Mohammed bin Salman. (Foto: Reuters/Charles Platiau)
ADVERTISEMENT
Arab Saudi sedang berhemat kala itu. Harga minyak dunia yang turun drastis membuat sejumlah kontrak proyek ditunda sampai gaji pegawai negeri dipotong. Semua sektor diminta mengurangi penggunaan anggaran secara berlebihan.
ADVERTISEMENT
Namun ternyata, berbagai upaya penghematan itu tak sejalan dengan konsep hidup pangeran Mohammed bin Salman, sang pembuat kebijakan tersebut. Saat warga Saudi sedang mengurangi jatah belanja, berdasarkan laporan New York Times, dia malah membeli sebuah yacht mewah milik seorang taipan vodka asal Rusia Yuri Scheffler senilai Rp 6 triliun. Ironis.
Kontroversi lainnya adalah saat insiden di Mina tahun 2015 lalu. Ada sumber terpercaya menyebut, ‘tabrakan’ antarjemaah saat melintasi jalur menuju lontar jumrah karena ada rombongan pangeran Mohammed yang melintas dan menutup jalan. Namun sampai kini, informasi tersebut tak pernah terkonfirmasi.
Tahun 2016 juga, Pangeran Mohammed memicu ketegangan antara Saudi dan Iran karena perintahnya untuk menangkap dan mengeksekusi seorang ulama syiah di Saudi bernama Sheikh Nimr al-Nimr. Belakangan, masyarakat Syiah di Iran menyalakan api di Kedutaan Saudi di Iran. Sejak itu pula, kedua negara memutuskan hubungan diplomatik.
ADVERTISEMENT
Dalam wawancara dengan the Economist, sang pangeran memberi penjelasan soal eksekusi ulama syiah dan ketegangan yang terjadi setelahnya. Menurutnya, aksi itu adalah bagian dari upaya penegakan hukum di Saudi. Dia tidak melihat ada kaitannya secara politik dengan Iran. Berikut sedikit cuplikan wawancaranya:
The Economist: Mari fokus pada eksekusi (Sheikh Nimr al-Nimr). Kenapa baru sekarang, setelah beberapa tahun lalu banyak serangan teroris di Saudi?
Muhammad bin Salman: Pertama-tama, ini adalah keputusan pengadilan dan mereka sudah menjalani tiga tingkat proses peradilan. Mereka berhak mendapatkan pengacara dan sudah disediakan juga pengacara sepanjang proses peradilan. Pengadilan juga membuka untuk media dan jurnalis, dan semua keputusan yuridis dipublikasikan secara terbuka. Dan pengadilan juga tidak membedakan apakah seseorang Sunni atau Syiah. Mereka sedang mengadili kejahatan, dan prosedurnya lewat pengadilan lalu putusan, sampai akhirnya eksekusi.
ADVERTISEMENT
Tapi eksekusi ini telah memprovokasi aksi kekerasan di Iran. Kedutaan Anda diserang, lalu Anda memutuskan hubungan diplomatik, disusul kemudian Bahrain dan Sudan. Apa konsekuensi dari ketegangan wilayah ini?
Kami melihat ini sebagai hal yang aneh, karena ada demonstrasi terhadap Arab Saudi di Iran. Apa hubungannya warga Saudi yang berbuat kejahatan di Saudi, dan keputusan dibuat oleh pengadilan Saudi. Apa hubungannya dengan Iran? Justru ini membuktikan bahwa Iran punya keinginan untuk memperluas pengaruhnya terhadap negara-negara lain di kawasan Arab.
Pangeran Mohammed bin Salman (Foto: http://www.spa.gov.sa/?lang=en)
zoom-in-whitePerbesar
Pangeran Mohammed bin Salman (Foto: http://www.spa.gov.sa/?lang=en)
Itu adalah sedikit catatan kontroversi dari pangeran Mohammed pada tahun 2015 dan 2016. Pria yang masih berusia 31 tahun itu kini kembali menjadi sorotan. Bukan berurusan dengan kontroversi, tapi karena resmi diangkat sebagai putera mahkota menggantikan sepupunya sendiri Mohammaed bin Nayef.
ADVERTISEMENT
Menurut dekrit kerajaan yang dirilis kantor berita Saudi, SPA, Raja Salman melucuti gelar putra mahkota dari Mohammed bin Nayef dan mengangkat Mohammed. Rencananya pada malam ini waktu Saudi Raja Salman akan meminta masyarakat Saudi untuk mengucapkan sumpah setia kepada putra mahkota yang baru.
Saat ini Mohammed adalah wakil putra mahkota sekaligus menjabat menteri pertahanan. Sementara Nayef (57) adalah putra mahkota yang juga menjabat menteri dalam negeri.
Berdasarkan dekrit kerajaan, Nayef akan dibebaskan dari seluruh jabatan yang diembannya. Sementara itu Mohammed akan menjabat sebagai wakil perdana menteri dan jabatan lainnya tidak akan dicabut.
Pekan lalu, Raja Salman telah melucuti wewenang Nayef dalam membawahi penyelidikan kriminal. Pengurangan wewenang Nayef ini adalah bagian dari restrukturisasi sistem penyelidikan kepolisian di Saudi. Nayef menjadi putra mahkota setelah Salman naik takhta menyusul kematian Raja Abdullah pada 2015.
ADVERTISEMENT
Calon Raja Termuda
Mohammed lahir pada 31 Agustus 1985. Dia adalah anak dari istri ketiga Raja Salman, Fahda Binti Falah bin Sultan.
Pendidikan terakhirnya adalah sarjana hukum dari King Saudi University. Setelah itu, dia langsung berkiprah di sektor swasta selama beberapa tahun sampai akhirnya menjadi staf ahli bagi sang ayah, lalu menjadi konsultan untuk kabinet Saudi.
Donald Trump dan Raja Salman (Foto: REUTERS/Jonathan Ernst)
zoom-in-whitePerbesar
Donald Trump dan Raja Salman (Foto: REUTERS/Jonathan Ernst)
Mohammed pada tahun 2009 mulai berkecimpung di dunia politik. Kariernya pun langsung melejit, mulai dari posisi penting di provinsi Riyadh sampai duduk di Kementerian Pertahanan.
Selepas Raja Abdullah meninggal dunia pada tahun 2015, Salman menjadi pemegang takhta. Pangeran Mohammed langsung ditunjuk sebagai menteri pertahanan dan sekretaris jenderal Royal Court di hari yang sama. Kabarnya banyak yang tidak suka dengan keputusan Raja Salman ini, mengingat usia Mohammed yang sangat muda, namun begitu berkuasa.
ADVERTISEMENT
Tugas pertama Mohammed sebagai menteri pertahanan adalah perang melawan suku syiah Houthi di Yaman. Atas perintahnya, Saudi akhirnya melakukan invansi, tanpa melakukan koordinasi dengan menteri lain.
Mohammed Bin Nayef (Foto: Reuters/Ahmed Jadallah)
zoom-in-whitePerbesar
Mohammed Bin Nayef (Foto: Reuters/Ahmed Jadallah)
Penyerangan yang menghabiskan banyak uang itu masih berlangsung sampai kini. Yaman pun dibuat hancur berantakan. Namun tetap saja, suku Houthi di Yaman masih belum sepenuhnya ditaklukkan. Bahkan, menurut laporan badan HAM PBB, konflik Saudi di Yaman membuat ribuan orang sipil tewas.
Pada April 2015, Pangeran Mohammed resmi menjadi wakil putra mahkota lewat keputusan mengejutkan yang datang dari Raja Salman. Kini, keputusan mengejutkan itu datang lagi di tengah ramainya aksi pemutusan hubungan diplomatik Saudi dan para sekutunya terhadap Qatar.
Pengangkatan Mohammed bin Salman menyiratkan bahwa Saudi bisa jadi akan memiliki raja termuda sepanjang sejarah negara itu.
ADVERTISEMENT