news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Apa yang Salah dengan Cara Perempuan Berpakaian?

Rachmi Yamini
ASN Pemprov. DKI Jakarta - Pustakawan - Pecinta Damai
Konten dari Pengguna
21 April 2022 20:20 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rachmi Yamini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pakaian Perempuan. Sumber ilustrasi: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pakaian Perempuan. Sumber ilustrasi: pexels.com
ADVERTISEMENT
Hampir setiap pagi atau setidaknya ketika bersiap untuk beraktivitas setiap harinya dan mematut diri di depan kaca, pikiran ini selalu muncul, “apakah pakaian ini sudah cukup pantas untuk saya kenakan hari ini?”
ADVERTISEMENT
“Kira-kira apa ada yang akan melihat penampilan saya dari ujung kepala hingga ujung kaki jika saya pakai baju ini?”
“Apakah akan ada yang mengomentari gaya berpakaian saya hari ini?”
Sebagai perempuan, sering kali kami dianggap berpakaian dan berdandan untuk orang lain, terutama lawan jenis. Tidak, saya tidak berpakaian atau berdandan untuk orang lain. Tetapi saya berpakaian sesuai dengan keinginan hati saya, menghibur diri saya, dan meningkatkan kepercayaan diri saya sendiri, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan kesempatan. Meski begitu, pikiran takut salah kostum dan perasaan insecure tidak bisa dihindari, melihat kebiasaan orang-orang di sekeliling yang sering kali menatap dan mengomentari penampilan orang lain seraya menilai baik dan buruknya hanya dari kaca mata mereka.
ADVERTISEMENT

Tentang Cara Berpakaian

Cara berpakaian, baik perempuan atau laki-laki, menurut saya adalah salah satu cara bagi seseorang untuk mengekspresikan dirinya sendiri. Cara berpakaian juga bisa menjadi salah satu cara bagi seseorang agar merasa aman, nyaman, dan percaya diri untuk mempersiapkan apa pun yang akan dihadapinya hari itu. Cara berpakaian bisa juga menjadi salah satu cara untuk menghormati orang lain, misalnya saat menghadiri undangan orang lain. Cara berpakaian seseorang sifatnya sangat personal dan unik untuk setiap orang.
Cara berpakaian perempuan yang sopan dan sesuai norma adalah hasil konstruksi sosial yang bisa saja berbeda di setiap daerah dan dipengaruhi oleh banyak hal; peleburan budaya, tradisi, pendidikan, teknologi, globalisasi, dan agama. Sedangkan agama itu sendiri merupakan kepercayaan dan keyakinan seseorang yang merupakan ranah pribadi hubungan seseorang dengan Sang Pencipta. Cara berpakaian juga bisa menjadi bentuk kepercayaan seseorang dalam menerjemahkan dan menjalankan perintah agamanya.
ADVERTISEMENT
Lalu apa sebenarnya yang salah dari cara berpakaian seorang perempuan? Menurut saya tidak ada yang salah. Berpakaian secara tepat di tempat dan kesempatan yang tepat, tentu menjadi hal personal sesuai nilai yang dipercaya yang bisa saja berbeda bagi setiap orang. Belum lagi perbedaan soal selera, bentuk atau postur tubuh, dan gaya masing-masing orang yang tentu saja berbeda. Apalagi memperhitungkan faktor eksternal seperti kondisi lingkungan, cuaca, dan suhu sekitar.

Pakaian Perempuan dan Pelecehan

Lantas apa memakai niqab di pantai dapat dikatakan salah kostum? Apakah memakai bikini menjadikan seseorang dapat selalu dinilai sebagai orang yang buruk? Sebaliknya, apakah memakai niqob menjadikan seseorang selalu dapat dinilai sebagai orang yang baik? Apakah memakai pakaian dengan motif dan warna tabrak lari dapat dikatakan seseorang memiliki selera yang buruk? Apakah gaya berpakaian tertentu bisa dianggap “menggoda” dan “memancing” lawan jenis untuk menjahili hingga mengarah ke perbuatan pelecehan?
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana dengan bayi berusia 2 tahun yang dicabuli oleh pembantunya atau ada pula yang dicabuli bahkan oleh kakeknya sendiri? Ada pula bayi yang belum lancar berjalan sedang bermain di teras rumah kemudian dicabuli oleh tetangga yang lewat di depan rumahnya. Bagaimana dengan nenek berusia 60 yang diperkosa oleh supir angkot? Atau nenek berusia 63 tahun di Sumatera Selatan yang diperkosa saat memergoki maling? Bahkan nenek berusia 70 tahun tidak luput dari pemerkosaan. Perempuan berkhimar dan niqob pun tidak luput dari pelecehan seksual yang dilakukan oleh para lelaki.
Akankah masyarakat, terutama sesama perempuan juga akan berseloroh "lagian sih pake baju kayak gitu"?
Apa ada yang salah dengan cara bayi dan para nenek tersebut dalam berpakaian? Apakah mereka sengaja mengundang para lelaki untuk mencabuli dan memerkosa mereka? Para perempuan, baik bayi, remaja, dewasa, dan tua sekali pun, tidak ada yang salah dengan cara mereka berpakaian. Namun yang salah adalah pelaku pencabulan, pelecehan seksual, dan pemerkosaan. Otak kriminal dan otak mesum pelaku kejahatanlah yang patut dipersalahkan. Jadi, mari kita sepakati bersama, yang perlu dibina, diperbaiki, dan dihukum adalah pelaku kejahatan.
ADVERTISEMENT

Sebuah Ekspektasi

Mungkin yang salah adalah sebuah ekspektasi bahwa semua orang bisa menghargai cara berpakaian orang lain, terlepas dari apa pun agama, kepercayaan, tradisi, norma, dan nilai-nilai yang dianutnya. Mungkin yang salah adalah sebuah anggapan bahwa cara berpakaian adalah urusan seseorang dengan dirinya sendiri, bukan urusan orang lain yang sama sekali tidak ada hubungannya.
Untuk para lelaki, sebelum mengomentari cara perempuan berpakaian, bagaimana jika kalian berkaca dan bertanya pada diri sendiri, “sudahkah saya menundukkan pandangan saya dan menahan nafsu saya sendiri?”
Untuk sesama perempuan, sebelum merasa cemburu dan tersaingi dengan perempuan lainnya, bagaimana jika belajar untuk menerima, mencintai, dan merasa cukup dengan diri sendiri sehingga tidak perlu merasa terancam atas kehadiran perempuan lain. Bagaimana jika sesama perempuan saling menjaga, menyemangati, dan mendukung satu sama lain untuk bersinar dan berkembang?
ADVERTISEMENT