Drama Perselingkuhan

Rachmi Yamini
ASN Pemprov. DKI Jakarta - Pustakawan - Pecinta Damai
Konten dari Pengguna
13 Februari 2022 14:27 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rachmi Yamini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perselingkuhan. Sumber foto: milik pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perselingkuhan. Sumber foto: milik pribadi.
ADVERTISEMENT
Masih ingat sinetron berjudul "Catatan Hati Seorang Istri" dengan tokoh fenomenal bernama Hello Kitty? Atau serial Korea berjudul "The World of the Married" yang tayang di awal masa pandemi? Kalau serial Indonesia yang dibumbui dengan “katanya” diangkat dari kisah nyata dan tayang beberapa waktu lalu yang berjudul "Layangan Putus"? Bagaimana dengan soundtrack FTV yang dinyanyikan Rossa dengan lirik “kumenangis, membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku”? Sudah terbayang apa yang menjadi benang merah dari petunjuk di atas? Ya, semuanya adalah tayangan televisi yang bercerita tentang perselingkuhan.
ADVERTISEMENT
Judul-judul tersebut hanya sebagian dari sekian banyaknya tontonan yang mengangkat tema perselingkuhan sebagai topik utama. Masih banyak judul-judul lain yang juga mempertontonkan perselingkuhan sebagai bumbu atau topik tambahan dari sebuah tontonan. Menggelitik rasanya melihat fenomena betapa lakunya tema perselingkuhan digodok dan digoreng sedemikian rupa menjadi sebuah karya, baik itu novel, film, serial, atau sinetron, khususnya di Indonesia. Pada masa tayangnya, episode demi episode ramai dibahas di berbagai media dan dipenuhi dengan komentar para netizen. Meme berupa potongan gambar dari adegan-adegan dari tayangan serial tersebut pun akan sering ditemui.
Lalu, kenapa ya, masyarakat suka sekali dengan drama perselingkuhan? Padahal seringkali penonton tayangan ini terbawa emosi hingga berlebihan. Ibu saya adalah salah satu contoh nyata yang sering kali menonton drama perselingkuhan dengan muka memerah sambil mengutuki si suami yang berselingkuh dengan perempuan lain dan berempati pada nasib si istri. Belum lagi komentar-komentar para penonton yang biasanya penuh emosi dan berapi-api. Bahkan tidak jarang pemeran drama mendapatkan respons baik positif mau pun negatif dari penonton yang terbawa emosi secara langsung atas perannya. Orang yang tadinya bertekanan darah rendah bisa menjadi darah tinggi ketika menonton drama perselingkuhan.
ADVERTISEMENT
Lagi pula, menurut Psikolog Rena Masri, drama perselingkuhan bisa memberikan paparan negatif yang dinilai dapat mengubah pemikiran dan perilaku penontonnya (Stefanie, 2020). Jika tidak berhati-hati mengendalikan emosi saat menonton, orang bisa jadi merasa tidak aman (insecure) terhadap diri sendiri, pasangan, atau hubungan yang sedang dijalani. Perselingkuhan yang dipertontonkan secara berulang dan berlebihan dapat membuat seseorang menganggap bahwa perselingkuhan adalah hal yang wajar terjadi.

Kenapa Menonton Drama Perselingkuhan?

Jadi kenapa Ibu saya dan orang-orang masih menontonnya? Terlintas beberapa kemungkinan alasan masyarakat suka dengan drama perselingkuhan. Mungkin, para produser televisi ini sengaja menyasar para perempuan dan ibu-ibu yang menyukai konflik dan drama tak berkesudahan yang mempermainkan emosi. Konflik yang berkaitan dengan keluarga akan terasa lebih “relate” dengan kehidupan sehari-hari, seperti konflik antara orang tua dan anak atau konflik antara suami dan istri.
ADVERTISEMENT
Belum lagi dramatisasi tontonan dengan balutan perspektif moral yang menghadirkan tokoh antagonis dan protagonis sebagai penggambaran siapa yang salah dan yang benar. Pasangan yang berselingkuh dan orang ketiga dalam rumah tangga biasanya digambarkan sangat jahat sedangkan pihak yang diselingkuhi digambarkan sangat lemah dan terdzolimi meski pun pada akhirnya dia akan bangkit, membalaskan dendam, dan hidup bahagia. Hal ini mendorong emosi yang berlebihan dan kecenderungan penonton untuk membenci tokoh antagonis dan membela tokoh protagonis. Karena tanpa konflik dan drama berarti tidak ada tontonan.
Kemungkinan lain didasarkan pada adanya anggapan bahwa apa yang ditayangkan di televisi merupakan gambaran dari dunia nyata (Johnson, 2014). Apakah ini berarti perselingkuhan sebenarnya sedang marak terjadi di dunia nyata? Atau jangan-jangan sedang terjadi di sekitar kita?
ADVERTISEMENT
Kemungkinan terakhir, ya karena memang sedang ramai diperbincangkan di berbagai media. Sehingga sengaja atau pun tidak sengaja, sedikit atau pun banyak, orang akan tahu, penasaran, melihat, dan ikut terlibat dalam perbincangan hingga menjadi takut ketinggalan (FOMO - fear of missing out).

Hal Positif dari Drama Perselingkuhan

Walau pun begitu, ada juga hal positif yang dapat diambil dari menonton drama perselingkuhan. Aneh tapi nyata, perselingkuhan dapat menjadi pemersatu bangsa. Atau setidaknya pemersatu para wanita. Karena pada dasarnya wanita menyukai drama yang bisa membangun sebuah cerita, emosi, dan intimasi (Kumampung, 2020). Lihat saja komentar di media sosial yang membahas berita atau cuplikan tentang perselingkuhan, terlepas dari siapa pihak yang berselingkuh. Para wanita akan kompak memberikan komentar, kalau tidak memaki si peselingkuh, mengutuk habis-habisan si orang ketiga, ya membela dan mendukung si korban yang diselingkuhi. Padahal mereka yang meninggalkan jejak di kolom komentar ini tidak saling kenal. Kadang pula mereka sampai terbawa dalam dunia nyata dan mengutuki para pemeran drama tersebut.
ADVERTISEMENT
Tidak dipungkiri, tontonan ini bisa menjadi dasar evaluasi hubungan bagi para pasangan untuk mengidentifikasi apakah ada masalah dalam hubungan mereka yang dapat mengakibatkan terjadinya perselingkuhan dan bagaimana mengatasi masalah tersebut. Drama perselingkuhan juga bisa dijadikan pelajaran kenapa dan bagaimana terjadinya perselingkuhan sehingga dapat mencegah kehancuran suatu hubungan.
Kalau saya, lebih memilih tontonan yang tidak terlalu membebani pikiran dan hati, apalagi menguras emosi. Tujuannya kan mencari hal yang menyenangkan dan menghibur. Karena mengurusi hidup sendiri saja sudah memusingkan, buat apa mengurusi hidup orang lain. Fiksi pula. Ya pada akhirnya kembali lagi ke selera masing-masing sih. Buat saya, tema perselingkuhan jadi pilihan terakhir untuk dikonsumsi. Tetapi, kalau di dunia nyata, kira-kira orang yang terlibat dalam perselingkuhan ikut menonton drama perselingkuhan, tidak ya? Kalau menonton, bagaimana tanggapan mereka ya? Sungguh saya jadi penasaran..
ADVERTISEMENT
Sumber referensi
Johnson, Chandra. 2014. “Why is TV Obsessed with Infidelity” https://www.deseret.com/2014/11/23/20553310/why-is-tv-obsessed-with-infidelity#pick-a-tv-show-and-its-likely-one-or-more-of-the-main-characters-have-had-affairs. Diakses pada 11 Februari 2022.
Kumampung, Dian Reinis. 2020. “Pahami, 3 Manfaat dari Nonton Drama Perselingkuhan”https://lifestyle.kompas.com/read/2020/04/17/134235220/pahami-3-manfaat-dari-nonton-drama-perselingkuhan?page=all#page2. Diakses pada 13 Februari 2022.
Stefanie, Christie. 2020. “Dampak dari Drama Perselingkuhan World of the Married” https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20200403155347-220-490087/dampak-dari-drama-perselingkuhan-macam-world-of-the-married. Diakses pada 11 Februari 2022.