Bohemian Rhapsody (2018) : Perjalanan Hidup Sang Legenda

Raden Muhammad Wisnu Permana
Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana. Akun ini dikelola oleh beberapa admin. Silakan follow akun Twitternya di @wisnu93 dan akun Instagramnya di @Rwisnu93
Konten dari Pengguna
4 November 2018 13:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raden Muhammad Wisnu Permana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bohemian Rhapsody (2018) : Perjalanan Hidup Sang Legenda
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kamis malam, 1 November 2018, saya mendapatkan hak spesial untuk menonton film ini. Freddie Mercury juga dan para personil Queen lainnya adalah sosok musisi paling berpengaruh di dunia musik hingga saat ini. Adakah musisi atau band yang dapat menyaingi segala aspek dalam bermusik yang ada pada Queen di masa kejayaannya? Saya pikir tidak ada dan tidak akan pernah ada.
ADVERTISEMENT
Tidak ada antrian ataupun kursi yang penuh di bioskop tempat saya menonton. Tidak heran, film biopsi semacam ini tidaklah populer di kalangan mileneal. Pun, selera musik yang rendah dari para mileneal ini menjadikan bioskop tidak seramai dalam penayangan Avengers : Infinity War beberapa waktu yang lalu.
Film ini diawali pada tahun 1970 dimana saat itu Freddie Mercury masih bekerja di Bandara Heathrow. Tak lama setelah itu, Freddie bertemu dengan Brian May dan Roger Taylor dan membentuk Queen. Tak lama juga, Freddie Mercury bertunangan dengan wanita cantik bernama Mary Austin. Film ini telah merangkum segalanya. Saat ini, orang-orang akan tahu, bahwa Freddie Mercury bukan sekedar gay doang!
Menonton film ini membuat saya berpikir bahwa saya dilahirkan pada generasi yang salah. Begitu beruntungnya orang-orang yang dapat bertemu, berjabat tangan, dan menikmati karya-karya Queen dan musisi pada zaman keemasan musik yang dimulai dari era Elvis Presley, The Beatles, Queen, Michael Jackson, Nirvana, dan sekumpulan musisi papan atas dunianya yang tidak ada bandingannya dibandingkan dengan musisi-musisi saat ini. Alih-alih membuat kualitas musik makin bagus, perkembangan teknologi informasi tidak serta merta membuat musik dewasa ini bagus, justru kehilangan jiwanya.
ADVERTISEMENT
The Best Song Ever Created by Men
Lagu “Bohemian Rhapsody” adalah lagu yang disusun dari rumitnya konstruksi ide brilian sang jenius Freddie Mercury. Ia ingin menciptakan lagu yang megah. Faktanya memang seperti itu. Hingga 2018, tidak ada, dan tidak akan pernah ada lagu seperti itu. Bohemian Rhapsody menjelma menjadi sebuah lagu yang menancapkan pondasi musikalitas tingkat tinggi yang dikonstruksi dari nada-nada rumit dan lirik puitis dan misterius multitafsir layaknya sebuah kitab suci.
Bohemian Rhapsody (2018) : Perjalanan Hidup Sang Legenda (1)
zoom-in-whitePerbesar
Bagaimana proses pembuatan lagu tersebut, sangat digambarkan dengan sangat apik. Tanpa autotune, software dan hardware canggih seperti saat ini, tanpa distraksi sosial media. Hanya menggunakan peralatan seadanya. Itulah yang menjadikan lagu ini pantas dinobatkan sebagai lagu terbaik sepanjang masa yang pernah dibuat oleh umat manusia.
ADVERTISEMENT
Sempat ditolak oleh perusahaan rekaman karena lagu ini memiliki lirik aneh multitafsir, yang tidak akan bisa dimengerti oleh organisme hidup yang memiliki tingkat kecerdasan sangat rendah, serta berdurasi 6 menit, nyatanya, lagu ini adalah lagu terbaik yang pernah diciptakan oleh umat manusia yang fana ini. Lagu ini, dapat sekaligus membuat kita meanngis, tertawa, dan merinding di saat yang sama. Bagi Freddie, membuat lagu dan bermain musik adalah hal yang biasa. Dia capable dalam melakukannya, dan dia senang melakukannya.
Live Aid 1985
Bohemian Rhapsody (2018) : Perjalanan Hidup Sang Legenda (2)
zoom-in-whitePerbesar
Satu hal yang membuat film ini benar-benar nyata adalah ketika kita melihat penampilan Queen di atas panggung yang spektakuler. Konser Queen terbaik adalah saat konser amal Live Aid 1985 digelar. Live Aid adalah pagelaran musik secara kolosal yang diadakan tanggal 13 Juli 1985 yang diadakan acara ini untuk mengumpulkan dana bagi penanggulangan kelaparan di Ethiopia. Musisi yang tampil disini tidak dibayar sama sekali. Konser Live Aid tercatat dalam sejarah sebagai siaran langsung terbesar dalam sejarah pertelevisian, dengan sekitar 1,9 miliar pemirsa di 150 negara yang menyaksikan tayangan ini secara langsung di televisi.
ADVERTISEMENT
Saat terindah dalam dunia musik dimana semua orang yang hadir dalam konser begitu menikmati musik tanpa harus menengadahkan smartphone mereka untuk panjat sosial pada media sosial mereka. Bersatu dalam satu irama tanpa mempedulikan dogma-dogma agama dan kondisi sosial politik yang penuh kemunafikan.
Semasa hidupnya, Freddie memang dikenal karena penampilan panggung yang semarak dan vokal yang kuat, yaitu 4 oktaf. Tidak seperti lead vocal pada umumnya yang tampil biasa saja, Freddie tampil sangat enerjik sekali. ia ingin berjalan-jalan di atas panggung dan membangun hunbungan batin dengan menghibur penonton yang ada di hadapannya.
Dalam film tersebut dikatakan, “Aku tidak bisa menyanyi dengan fals meskipun ingin. Aku harus memberikan yang terbaik bagi mereka”, ungkap Freddie. Saya rasa, bagaimana Freddie dapat berinteraksi dengan penonton pun tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata, meskipun saya sejenius Shakesper sekalipun.
ADVERTISEMENT
Love of My Life
Salah satu lagu yang dibuat oleh Freddie Mercury adalah Love of my life. Yang menurut saya, ini adalah sebuah lagu yang menceritakan kisah nyata yang dialami sendiri oleh Freddie Mercury, yakni tentang seseorang yang ditinggalkan oleh kekasihnya. Yang saya kira, sangat cocok jika dilihat dari sudut pandang Mary Austin.
Bohemian Rhapsody (2018) : Perjalanan Hidup Sang Legenda (3)
zoom-in-whitePerbesar
Adegan saat Freddie bertemu Mary Austin untuk pertama kalinya, dan saya bisa berkata, “The Love of My Life nya banget deh!”
Saat melakukan tur ke Amerika Serikat, Freddie Mercury merasa sangat kesepian. Ketika personil Queen lainnya sudah memiliki fokus masing-masing, yakni sudah berkeluarga, Freddie harus menjalani long disten relationship dengan Mary Austin. Saat itulah Paul Prenter memanfaatkan celah tersebut yang mulai menjerumuskan Freddie Mercury dalam dunia seks bebas sesama jenis.
ADVERTISEMENT
Saat pulang ke Inggris, Freddie Mercury mengakui bahwa ia biseksual. Mary Austin tidak dapat menerima itu, meski sudah lama menyadarinya. Ia menyadari ada yang berbeda dari Freddie Mercury. Ia tahu bahwa Freddie mencintainya, namun selalu ada jarak. Selalu ada ruang kosong yang tidak dapat Freddie berikan pada Mary. Adegan tersebut digambarkan dalam film begitu spektakuler. Mereka berdua yang hancur karena mereka saling mencintai satu sama lain tetapi tidak dapat bersatu.
Pun, ketika Freddie kemudian mengetahui bahwa Mary memiliki kekasih lagi setelah berpisah darinya, dan berkata bahwa ia sedang hamil, sedangkan Freddie masih menjalin bersama Paul. Bagaimana terpuruknya Freddie saat itu, saya tidak dapat membayangkannya. Bergelimang harta dan popularitas tapi merasa sangat kesepian. Pada akhir hidupnya, Freddie menjalin asmara dengan Jim Hutton hingga akhir hayatnya.
ADVERTISEMENT
Meski tidak saling memiliki, mereka berdua adalah sosok “Love of my Life” yang saling melengkapi. Mary Austin dan kekasihnya kerap hadir dalam momen-momen Freddie dan Queen, meski tidak saling memiliki. Rasanya, begitu romantis, tapi begitu menyedihkan di saat yang bersamaan.
Akhir Hidup Sang Legenda
Bohemian Rhapsody (2018) : Perjalanan Hidup Sang Legenda (4)
zoom-in-whitePerbesar
Freddie Mercury dan Jim Hutton
Setelah divonis oleh dokter telah mengidap HIV/AID, sang legenda, Freddie Mercury terus berusaha melawan penyakit tersebut dengan tampil di konser Live Aid 1985. Ketika seluruh dunia mengathui skandalnya sebagai seorang homoseksual, orang tua Freddie yang merupakan penganut Zoroaster, yakni agama yang “membumi” seperti Hindu dan Buddha, menghargai kejujuran Freddie yang menjadi diri sendiri tanpa kepalsuan dan tekanan dari luar.
ADVERTISEMENT
Freddie telah melaksanakan ajaran "Good thoughts, Good words, Good deeds" yang telah ayahnya ajarkan sejak lama. Apalagi, setelah mengetahui tujuan mulia Freddie di konser Live Aid. Zoroastrian mengajarkan pada penganutnya bahwa jika kamu berada di jalan yg baik (Good ones) maka jalanmu ke surga akan tercapai. Sebaliknya, pada Agama Samawi, pada umumnya jika kamu menyimpang maka kamu akan dikucilkan, bahkan oleh orangtuamu sendiri.
Beristirahatlah dengan tenang disana, Freddie Mercury. Musikalitasmu akan selalu abadi di telinga kami. Pun, pelajaran hidup yang dapat kami petik dari perjalanan hidupmu yang fana tersebut. Kami merindukanmu. I wonder, if you still alive. So on Michael Jackson, Kurt Cobain, Jimmi Hendrix. I wonder, would music industries will be still shitty like these days?
ADVERTISEMENT