Politik Tingkat Tinggi di Balik Penunjukan Erick Thohir

Rafyq Panjaitan
Wajar Tak Sempurna, Hanya Manusia Biasa. Genggam dunia teman!
Konten dari Pengguna
12 September 2018 9:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rafyq Panjaitan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tak ada yang pasti dalam politik, yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri. Demikianlah kata orang bijak soal politik. Ungkapan itu sangat tepat menggambarkan politik Pilpres kita hari ini.
ADVERTISEMENT
Semua unpredictable, mulai dari pemilihan Ma'ruf Amin, hingga yang terbaru penunjukan Ketua Tim Kampanye Nasional Erick Thohir. Nama Erick jelas menimbulkan tanya, mengapa Jokowi memilih Erick? Siapa Erick sebenarnya? Apa dampaknya bagi kemenangan Jokowi-Ma'ruf?
Jokowi-Ma'ruf bukan tanpa alasan memilih sosok Erick Thohir. Alasan sesungguhnya ada di Jokowi, namun publik hanya bisa menerka-nerka apa makna dari pemilihan Erick Tohir sebagai Ketua TKN.
Ketua TKN adalah figur yang nantinya akan sering bersentuhan dengan masyarakat, dengan media, dengan tokoh-tokoh penting dalam pemenangan Jokowi-Ma'ruf dan sebagainya.
Lantas apa yang diinginkan kubu Jokowi-Ma'ruf dari sosok Erick Thohir?
Latar belakang Erick sebagai pengusaha jelas salah satu pemikat utama bagi kubu Jokowi-Ma'ruf. Pasalnya, cost politik untuk Pilpres tak sedikit, butuh akumulasi modal yang kuat agar fondasi pemenangan juga mapan.
ADVERTISEMENT
Kalau alasan soal figur Erick yang dinilai mampu menggaet suara milenial, tidak juga. Coba disurvei kalangan milenial apa mengenal sosok Erick Thohir? Pun secara usia, Erick juga tak tergolong milenial, usianya 48 tahun (generasi-X).
Selain sebagai magnet bagi para pemodal, Erick sepertinya juga akan menempel kekurangan Ma'ruf Amin yang nantinya mungkin tak akan sering tampil di muka publik. Ma'ruf mungkin akan lebih banyak tampil di balik layar, bersafari politik dari satu majelis ke majelis lainnya untuk menyolidkan basis massa islam.
Karakter politik kiyai itu senyap, tak terendus oleh media, namun ia akan bermain di akar rumput, mengagitasi dengan caranya sendiri.
Aktivitas politik jelang pilpres yang kian tinggi dipilihnya Erick juga untuk menghidari friksi politik. Sebab, jika tokoh partai politik yang dipilih menjadi Ketua TKN akan berbenturan dengan hajatan besar di Pileg 2019 nanti. Jelas saja, pileg 2019 merupakan pertaruhan politik bagi parpol, tak mungkin diabaikan.
ADVERTISEMENT
Sehingga parpol fokus memenangkan Jokowi-Ma'ruf iya, namun porsi yang lebih besar tentu saja fokus untuk pileg, karena itu hidup dan matinya parpol di parlemen dan periode berikutnya.
Disamping itu, dipilihnya Erick juga untuk meminimalisir hitung-hitungan politik di kabinet. Seorang ketua TKN otomatis jabatan menteri sudah di tangan, oleh sebab itu kubu Jokowi-Ma'ruf sangat berhati-hati memilih sosok Ketua TKN.
Itu konsekuensi logis dari apa yang disebut Harold D Laswell, "politics is who get what when and how" (politik siapa mendapat apa kapan dan bagaimana). Perranyaannya, seorang Erick Thohir dijanjikan apa jika menang nanti? Hanya Erick dan kubu Jokowi-Ma'ruf yang tahu.
Makanya, sedari awal, ketua TKN Jokowi-Ma'ruf sudah bisa ditebak, tak jauh dari kalangan profesional atau non-partai politik. Koalisi yang gemuk sulit bagi kubu Jokowi-Ma'ruf untuk pendistribusian kekuasaan. Oleh sebab itu, mengikis barter politik itu mesti dimulai dari pemilihan Ketua TKN.
ADVERTISEMENT
Menjatuhkan pilihan ke sosok Erick Thohir merupakan politik tingkat tinggi yang sudah sangat matang, 'kue politik' tak terlalu banyak dibagi, pun logistik pilpres terjaga. Tinggal bagaimana sosok Erick mampu mengkapitalisasi dukungan massa rakyat untuk kemenangan Jokowi-Ma'ruf. Strategi Erick layak kita tunggu.