Senja di KRL: wajah buruk transportasi massal kita

Rafyq Panjaitan
Wajar Tak Sempurna, Hanya Manusia Biasa. Genggam dunia teman!
Konten dari Pengguna
8 Oktober 2017 16:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rafyq Panjaitan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jam jam sibuk di Ibu kota negara menjadi momen yang sangat menjengkelkan. Betapa tidak, manusia tumpah ruah ke jalanan, berebut angkutan umum untuk pulang.
ADVERTISEMENT
Kita mengira bahwa pada akhir pekan transportasi massal akan lengang. Ternyata sama saja, warga ibu kota rupanya tetap tumpah ruah ke jalan untuk rekreasi melepas rasa penat setelah lima hari kerja.
KRL (Commuterline) hadir sebagai solusi kemacetan di jalan raya. Kehadirannya sempat memupuk asa, bahwa rakyat tak akan gelisah untuk sampai tujuan, bertemu keluarga sanak saudara.
Ternyata tidak juga. KRL justru jika tak sigap menjadi 'pertaruhan nyawa'. Orang tak memikirkan lagi: sempit, sesak, ada ibu membawa anak atau tidak. Mottonya satu: cepat sampai.
Dalam situasi seperti ini, terjepit dalam desakan massa lumrah. Karena semua ingin cepat, transportasi umum ada batas waktunya. Seperti KRL Jabodetabek, ia akan habis beroperasi sekitar jam 22.00 sampai 23.00
ADVERTISEMENT
Tak bisa dimungkiri, volume penduduk tak sebanding dengan sarana transportasi massal. Konon gerbong KRL sebenarnya sudah ditambah menjadi 15 gerbang. Tapi, tetap saja: sesak, rawan terpijak massa.
Kita bisa lihat misalnya stasium tanah abang yang selalu padat merayap. Berjalan ke eskalator berebutan, pun di tangga untuk pindah peron.
Kondisi seperti itu bagi pemuda saya rasa tidak masalah. Tetapi bagaimana dengan Ibu ibu hamil, lansia dan para penyandang disabilitas?
Harapan ke depan
Apa yang harus dilakukan pemerintah?. Pertama, perbanyak armada KRL di semua jurusan. Kalau bisa menunggu kereta berikutnya hanya hitungan 2 menit, jangan lebih dari 5 menit.
Kedua, di stasiun stasiun transit buatlah lebih banyak tempat duduk, berdiri menunggu kereta bagi mereka Ibu hamil, lansia dan sebagainya bukan perkara mudah. Bangku bangku prioritas yang tersedia masih kurang.
ADVERTISEMENT
Ketiga, jalur perpindahan peron buatlah yang tidak menguras energi. Naik tangga secara berebutan dan curam seperti di tanah abang sangat membahayakan warga.
KRL menjadi pilihan tepat untuk membelah Ibu kota mendapatkan waktu yang tepat. Tetapi dengan pertarungan di jam jam sibuk, justru di KRL kita mengantar nyawa: terjepit, tanpa ada yang perduli.
Semoga KRL terus berbenah, berpola pikir holistik. Bahwa warga beragam, tak punya fisik yang seragam. Pikirkan hak mereka, lengkapi dengan sarana yang layak.
Bagi anda warga Jabodetabek, hindari senja di KRL, sesak dan sangat melelahkan.
A
AAA
KKS
iTH
a