Konten dari Pengguna

Apa yang Membedakan Perundungan dari Lelucon Belaka? 5 Faktor Pentingnya

11 Juli 2025 15:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Apa yang Membedakan Perundungan dari Lelucon Belaka? 5 Faktor Pentingnya
Apa yang membedakan perundungan dari lelucon belaka? Salah satunya adalah respons dan perasaan korbannya.
User Dinonaktifkan
Tulisan dari User Dinonaktifkan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi apa yang membedakan perundungan dari lelucon belaka - Sumber: pixabay.com/_mallgoth_
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi apa yang membedakan perundungan dari lelucon belaka - Sumber: pixabay.com/_mallgoth_
ADVERTISEMENT
Apa yang membedakan perundungan dari lelucon belaka? Banyak orang mengira bahwa kata-kata tajam atau ejekan yang dilontarkan adalah bentuk humor atau lelucon biasa, padahal bisa jadi itu adalah bentuk perundungan yang berdampak serius pada mental seseorang.
ADVERTISEMENT
Di lingkungan sekolah, kerja, atau media sosial, penting bagi setiap orang untuk memahami perbedaan keduanya agar tidak menjadi pelaku atau membiarkan tindakan yang menyakitkan terus terjadi.

Memahami Apa yang Membedakan Perundungan dari Lelucon Belaka

Ilustrasi apa yang membedakan perundungan dari lelucon belaka - Sumber: pexels.com/@yankrukov
Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi sosial sering diwarnai dengan bercanda dan saling melempar lelucon. Ini adalah hal yang normal dan bahkan bisa mempererat hubungan antarteman.
Namun, tidak jarang pula candaan yang dilakukan seseorang ternyata menyakiti perasaan orang lain. Di sinilah muncul pertanyaan penting: apakah itu masih tergolong lelucon, atau sudah masuk ke dalam kategori perundungan (bullying)?
Memahami perbedaan antara lelucon dan perundungan sangat penting, terutama dalam dunia pendidikan, lingkungan kerja, pergaulan, maupun media sosial. Jika salah memahami batasan ini, bisa saja melukai orang lain tanpa menyadarinya, atau bahkan menjadi pelaku perundungan.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa yang membedakan perundungan dari lelucon belaka? Inilah penjelasan lengkapnya.

1. Niat dan Tujuan di Balik Perkataan atau Tindakan

Lelucon biasanya lahir dari niat baik atau sekadar ingin menghibur. Tujuannya adalah mencairkan suasana, membuat orang tertawa, dan mempererat hubungan.
Sebaliknya, perundungan memiliki unsur niat merendahkan, menyakiti, atau mendominasi seseorang. Pelaku biasanya akan merasa puas ketika melihat korban merasa tidak nyaman, malu, atau tersudut.

2. Respons dan Perasaan Korban

Salah satu indikator paling kuat yang membedakan keduanya adalah reaksi dari orang yang jadi target. Jika seseorang tertawa, merasa nyaman, dan tidak tersinggung, kemungkinan besar itu adalah lelucon.
Akan tetapi, jika orang tersebut terlihat tersinggung, diam, merasa malu, atau bahkan terluka secara emosional, itu bisa dikategorikan sebagai perundungan. Meskipun mungking pelakunya menganggap itu hanya bercanda.
ADVERTISEMENT

3. Frekuensi dan Pola Kejadian

Perundungan cenderung dilakukan berulang-ulang dan dalam jangka waktu tertentu, membentuk pola yang merugikan korban secara konsisten. Sedangkan lelucon biasanya sesekali dan tidak ditujukan untuk mengejar seseorang secara terus-menerus.

4. Konteks dan Situasi

Konteks juga penting dalam menilai apakah suatu tindakan termasuk lelucon atau perundungan. Candaan yang disampaikan dalam suasana santai antar teman dekat bisa dianggap wajar, tapi jika dilakukan di depan umum atau saat suasana serius, efeknya bisa sangat berbeda.

5. Tanggapan Setelah Ditegur

Perbedaan lain yang mencolok adalah bagaimana pelaku merespons ketika diberi tahu bahwa perkataannya menyakitkan. Pelaku lelucon yang sehat biasanya akan segera meminta maaf dan menghindari melakukan hal yang sama lagi.
Menurut buku Bangkit, Ubah Perundungan Jadi Kekuatan: Hentikan Bullying dan Jangan Saling Menyalahkan!, Joeragan Artikel, (2020), seringnya, pelaku perundungan justru meremehkan perasaan korban. Bahkan mereka bisa saja menyalahkan korban karena “terlalu sensitif” atau “tidak punya selera humor”.
ADVERTISEMENT
Ingat, menggunakan kalimat seperti “Cuma bercanda kok!” bukanlah pembenaran, apalagi jika korban sudah jelas merasa tersakiti.
Memahami apa yang membedakan perundungan dari lelucon belaka sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan saling menghargai. Bercanda seharusnya membuat semua pihak merasa nyaman, bukan justru menyakiti atau merendahkan. (DNR)