Konten dari Pengguna

Bagaimana Sistematika Penyajian Cerita Lisan? Ini Penjelasannya

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
7 November 2024 18:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bagaimana sistematika penyajian cerita lisan. Sumber: www.unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bagaimana sistematika penyajian cerita lisan. Sumber: www.unsplash.com
ADVERTISEMENT
Cerita lisan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan kisah atau cerita secara langsung di hadapan pendengar. Penyajian cerita lisan memiliki sistematika tertentu agar pesan dapat diterima dengan baik dan jelas oleh audiens. Sesungguhnya, bagaimana sistematika penyajian cerita lisan?
ADVERTISEMENT
Menurut buku Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak, Burhan Nurgiantoro (2018:10), cerita lisan atau sastra lisan adalah sastra yang diceritakan dan diwarıskan secara turun menurun secara lısan.
Sastra jenis ını kemudian dikenal sebagai folklore, yakni cerita rakyat yang telah mentradisi yang hidup dan dipertahankan oleh pemiliknya. Dalam mengenalkan cerita lisan, tentu sangat penting untuk memahami sistematika penyajiannya secara tepat.

Bagaimana Sistematika Penyajian Cerita Lisan sebagai Sarana Penyampaian Pesan Baik?

Ilustrasi bagaimana sistematika penyajian cerita lisan. Sumber: www.unsplash.com
Cerita lisan menjadi bagian dari pembelajaran dan sarana penyampaian pesan pendidikan yang baik. Hal ini karena mampu menyampaikan nilai-nilai moral, budaya, dan pengetahuan secara menarik dan mudah diingat.
Selain itu, cerita lisan juga memperkaya pemahaman budaya, membangun keterampilan berbahasa, serta mempererat hubungan antar generasi dengan membagikan pengetahuan dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Lantas, bagaimana sistematika penyajian cerita lisan?
ADVERTISEMENT

1. Pembukaan atau Salam

Bagian ini berfungsi sebagai pengantar untuk menarik perhatian pendengar dan memperkenalkan topik cerita. Pembukaan dapat berupa sapaan, kalimat pembuka yang mengundang rasa penasaran, atau pengenalan tokoh utama.

2. Pendahuluan Cerita

Setelah pembukaan, penyaji cerita mulai memperkenalkan latar cerita, termasuk tokoh, waktu, dan tempat. Bagian ini membantu pendengar untuk memahami konteks cerita dan membayangkan situasi awal cerita.

3. Isi Cerita (Klimaks dan Konflik)

Isi cerita mencakup rangkaian peristiwa yang menyusun inti cerita, biasanya berkembang menuju klimaks atau puncak konflik. Pada tahap ini, penyaji menceritakan masalah atau tantangan yang dihadapi tokoh utama dan interaksi antar tokoh. Ini adalah bagian yang paling menarik dan menegangkan dari cerita.

4. Penyelesaian (Resolusi)

Setelah klimaks, cerita bergerak menuju penyelesaian. Penyaji menjelaskan bagaimana masalah atau konflik diselesaikan, baik melalui keputusan tokoh utama, bantuan tokoh lain, atau kejadian tertentu. Bagian ini memberi kepuasan pada pendengar karena ceritanya ditutup dengan tuntas.
ADVERTISEMENT

5. Penutup

Penutup adalah bagian akhir yang berfungsi untuk mengakhiri cerita dengan baik. Bisa berupa pesan moral, ringkasan makna cerita, atau kalimat penutup yang menarik. Bagian ini bisa mengandung pesan atau nilai yang ingin disampaikan kepada pendengar.

6. Interaksi dengan Pendengar

Dalam beberapa kasus, penyaji cerita berinteraksi dengan pendengar melalui pertanyaan atau ajakan untuk mendiskusikan cerita. Ini bisa menciptakan pengalaman yang lebih hidup dan meningkatkan keterlibatan pendengar.
Jadi, bagaimana sistematika penyajian cerita lisan? Dengan disampaikan secara terstruktur, memudahkan penyaji dan menarik minat pendengar agar cerita lebih mudah dipahami dan diingat. (VAN)