Misbakhun Meminta Gubernur Bank Indonesia Fokus Urus Nilai Kurs Rupiah

Tulisan Hasil Karya anak Bangsa
Konten dari Pengguna
8 Mei 2018 22:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari User Dinonaktifkan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini nilai tukar rupiah yang menjadi tanggung jawab sepenuhnya Bank Indonesia untuk dijaga stabilitasnya mengalami gejolak penurunan nilai sehingga merosot ke kisaran Rp 14.000 per dollar Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Melihat kondisi tersebut, anggota Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun mengaku kaget disaat nilai rupiah turun, ternyata posisi Gubernur Bank Indonesia sedang tidak di Indonesia dan sedang melakukan perjalanan ke luar negeri dalam waktu yang lama dan berurutan pada sisa masa jabatannya yang tinggal menghitung waktu saja.
"Saya menduga sepertinya Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardoyo tidak ingin mewariskan nilai tukar rupiah yang kuat sebagai legacy jabatannya sebagai Gubernur Bank Indonesia," kata Misbakhun di Jakarta, Selasa (08/05) malam.
Menurut Misbakhun, posisi nilai tukar rupiah 14.000 juga tidak membuat Gubernur Bank Indonesia tergugah _sense of crisis_nya sehingga tidak ingin mempercepat perjalanan dinasnya di luar negeri untuk segera pulang. Padahal, lanjut dia, keadaan volatilitas nilai tukar rupiah ini sangat mengganggu stabilitas perekonomian nasional, dan BI harus mengambil langkah-langkah yang strategis untuk mengembalikan nilai tukar rupiah pada jalur penguatan yang mencerminkan kekuatan ekonomi nasional.
ADVERTISEMENT
"Saya meminta Gubernur Bank Indonesia segera pulang dan memperpendek perjalanan dinas untuk mengurus nilai kurs rupiah yang jeblok ini," tegas dia.
Bahkan tersiar kabar, Gubernur Bank Indonesia di sisa jabatan yang sudah akan habis masih melakukan mutasi jabatan dengan menempatkan orang-orang yang selama ini dianggap dekat dengan Gubernur BI untuk menduduki jabatan-jabatan strategis yang ada.
"Kebijakan mutasi tentunya akan sangat mengganggu Gubernur Bank Indonesia terpilih karena akan mengalami kesulitan ketika saat dilantik dan menduduki jabatan bisa saja mengalami kesulitan menyusun formasi jabatan yang dikehendaki guna membangun kinerja Bank Indonesia yang lebih ideal dan berkinerja tinggi," pungkasnya. (*)