Maret dan Gugur Bunga di Tanah Pemakaman

Rahmad
Mahasiswa Institut Pertanian Stiper Yogyakarta Aktivis Influencer Pertanian Pegiat Kembul.id
Konten dari Pengguna
27 Maret 2021 21:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Aksi ARB Yogyakarta
zoom-in-whitePerbesar
Aksi ARB Yogyakarta
ADVERTISEMENT
Berawal dari kegabutan, sepekan lalu saya menyusuri Story WhatsApp sembari menunggu air mendidih yang sedang dimasak. Kenapa banyak orang begitu mengharapkan hal-hal indah pada bulan ini, bulan Maret. Semua memanjatkan pengharapan melalui dinding-dinding sosial media agar bulan Maret membawa kebaikan. Air mendidih segera saya matikan kompor lalu menuangnya ke gelas, aroma teh mengudara bersama uap tipis kehangatan, tehmu sudah jadi.
ADVERTISEMENT
Pada malam menyambut bulan Maret, saya tidur sedikit lebih pagi. Selain ada beberapa tugas yang harus diselesaikan, juga sedang mencoba mengingat-ingat apa yang pantas diharapkan dari perjalanan sejarah Maret yang berulang-ulang ini. Tapi begitulah manusia, apa lagi alasan untuk bertahan hidup di dunia yang absurd ini selain harapan-harapan.
Belum genap sepekan Maret berlangsung, Indonesia dihebohkan dengan kabar duka atas tewasnya gadis muda yang setia di garis demonstran. Ma Kyal Sin gadis berusia 19 tahun menjadi perbincangan yang hangat atas perjuangan abadinya menjemput maut. Namun dengan segala rasa tunduk hormat, hingga 4 Maret terdapat 54 orang tewas dan 1.700 orang lainnya ditangkap sejak kudeta Myanmar terjadi. Bersama dengan rasa itu juga saya tujukan kepada warga Rohingya yang tertindas.
ADVERTISEMENT
Bila berbicara Myanmar harus menjemput akar permasalahan dengan menarik kilas sejarah yang begitu panjang, sebab ketegangan politik Myanmar hari ini bukanlah hal yang baru. Mulai pasca kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1948 melalui tangan-tangan gerakan pemuda dan juga Jendral Aung San yang menjadi arsitek kemerdekaan. Sejak itu negara yang dahulunya bernama Burma ini berkali-kali dikudeta oleh Militer dibawah kekuasaan Junta Militer.
Tapi kali ini bulan Maret tidak akan saya kerdilkan dengan membahas isu Kudeta Militer, dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada para pejuang di garis terdepan melawan kudeta militer di Myanmar. Sebab Maret adalah gudang yang menyimpan berbagai macam catatan sejarah sebagai tanda dan simbol bagi kita menjalani kehidupan yang akan datang. Sehingga Maret tidak lagi menjadi fase penjagalan suara-suara keadilan dalam perjuangan umat manusia.
ADVERTISEMENT
Ada banyak sekali peristiwa di balik ketenangannya bulan Maret, namun dalam tulisan ini saya akan mengingat-ingat beberapa peristiwa yang terjadi di tanah air sebagai refleksi estafet gerakan pemuda. Gerakan pemuda awal yang berdarah merah apakah pantas dilanjutkan dengan gerakan pemuda yang berjoget di depan kamera.

Serangan Umum TNI 1 Maret

Di pusat kota Yogyakarta berdiri monumen Serangan 1 Maret berada di area Museum Benteng Vredeburg yaitu tepat di depan Kantor Pos Besar Yogyakarta. Sebagai bentuk memperingati serangan tentara Indonesia terhadap Belanda pada tanggal 1 Maret 1949.
Serangan penjajah Belanda melalui Agresi Militer II membuat kondisi di Indonesia semakin terpuruk pasca-kemerdekaannya. Bahkan sebagai propaganda Belanda mengumumkan bahwa Tentara Nasional Indonesia sudah tidak lagi ada. Eksistensi negara dipertaruhkan oleh perlawanan TNI yang begitu terancam.
ADVERTISEMENT
Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh petinggi negara seperti presiden, wakil presiden, dan kabinet negara atas keterbatasan kemampuan mereka dalam menangani permasalahan ini. Harapan terakhir hanya tersisa pada awak militer dari TNI.
TNI dan beserta petingginya memilih tidak menyerah di bawah invasi yang kotor oleh koloni Belanda dan sekutu, mereka memilih melakukan Operasi Gerilya Rakyat Semesta. Operasi ini terdiri dari berbagai elemen pejuang seperti TNI, Laskar, dan rakyat bersenjata yang berusaha melakukan serangan balik secara terencana kepada penjajah.
Perang dilakukan secara gerilya pada pukul 18.00 waktu setempat setelah petinggi TNI menyepakati akan menguasai dan mengambil alih kota Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949. Sirene dibunyikan sebagai tanda dimulainya penyerangan. Seketika pasukan TNI hadir bagaikan hantu dari segala penjuru dan menyerang semua pasukan penjajah di setiap sudut kota. Dalam perang yang relatif singkat hanya berdurasi 6 jam, belanda mampu dipukul mundur dan meninggalkan pos militer.
ADVERTISEMENT
Sehingga kesempatan ini dimanfaatkan sebagai bentuk perlawanan internasional atas propaganda Belanda yang menyatakan ketidak berdayaan Indonesia setelah Agresi Militer II. Sehingga Indonesia memiliki posisi tawar di hadapan perundingan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sejumlah massa yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bergerak (ARB) mulai turun ke Jalan Gejayan, Sleman, DI Yogyakarta untuk tolak RUU Omnibus Law, Senin (9/3). Foto: Arfianysah Panji Purnandaru/kumparan

Surat Perintah 11 Maret (Super Semar)

Surat Perintah Sebelas Maret atau disingkat menjadi Super Semar yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966. Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu dalam mengatasi keamanan yang buruk pada saat itu.
Sejarah mencatat peristiwa ini dengan berbagai versi dan menyimpan segala teka-teki kontroversi yang bersemayam di dalamnya. Kebenaran dari pendapat umum juga perlu dipertegas kembali. Sehingga rangkaian identitas diri dalam peristiwa Super Semar hadir dengan kemarwahan yang terlepas dari intrik politik dan semacamnya. Sejauh ini dalam perdebatan umum, terdapat Surat Perintah Seblas Maret versi TNI Angkatan Darat dan Surat Perintah Sebelas Maret versi yang lain.
ADVERTISEMENT

Bandung Lautan Api

Pada tanggal 24 Maret 1946 terjadi peristiwa bersejarah di kota Bandung. Peristiwa kebakaran maha dahsyat hingga di sebut Bandung menjadi lautan api sebagai bentuk perlawanan penduduk Kota Bandung terhadap invasi serangan penjajah pada masa itu. Selama tujuh jam, sekitar 200 ribu penduduk Bandung membakar rumah mereka sendiri dan meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini sebagai upaya pencegahan terhadap penguasaan tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam perang kemerdekaan Indonesia.
Sebuah bentuk perlawanan rakyat yang maha tabah tanpa harus mengangkat senjata, tanpa harus membunuh dan terluka. Perlawanan dengan pengorbanan harta benda, dan itu dilakukan oleh semua penduduk Bandung demi mempertahankan posisi Indonesia agar tidak semakin dikuasai oleh tentara penajah. Bandung adalah saksi bahwa rakyat ini begitu kuat, semangat dan bara api dalam jiwa rakyat Indonesia itu begitu membara. Kota ini begitu mengikat rasa sentimentil penduduknya, bisa dilihat sangat jarang sekali pemuda Bandung memilih merantau dan meninggalkan kota tersebut. Seperti kata Pidi Baiq “dan Bandung bagiku bukan masalah Geografis, lebih jauh daripada itu, melibatkan perasaan yang bersamaku ketika sunyi”.
ADVERTISEMENT
Rangkaian peristiwa dalam rentang waktu yang kita sebut sejarah tidak akan pernah selesai dibahas dan diperdebatkan, ia akan hadir dari tiap-tiap kepala manusia dengan bentuk yang tak sama. Lalu Maret adalah salah satunya, Maret hadir dengan berbagai penafsiran dan keadaan perasaan dari setiap manusia. Dapat menyambutnya dengan penuh suka dan harapan yang luar biasa, ada juga yang menyambutnya dengan penuh luka dan ketertundukan kepala yang tidak tertahankan.
Terakhir saya ingin mengatakan “Maret juga sama dengan bulan yang lain, munafik dan penuh ketidaksopanan. Maret bahkan lebih pilu, pengkhianatan juga darah luka-luka, Maret itu air mata, maret itu penyempurna duka, sialan dan berbual adalah Maret yang berwarna merah.
Berharap bukan kepada Maret, Maret lebih indah jika tidak diharapkan, Maret itu sekepalan tangan para demonstran juga gugur bunga di tanah pemakaman”.
ADVERTISEMENT