Kicauan Andi Arief Pengalihan Isu Tes Baca Al-Quran?

Rahmat Sahid
Konsultan Media & Komunikasi, Penulis Buku Biografi & Sosial Politik
Konten dari Pengguna
3 Januari 2019 11:18 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmat Sahid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief: Kalau Ingin Menang Pilpres, Kuasai 3 Jawa (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief: Kalau Ingin Menang Pilpres, Kuasai 3 Jawa (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
ADVERTISEMENT
Cuitan Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat, Andi Arief, di Twitter @AndiArief__ perihal isu 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos menjadi berita heboh. Bisa dikatakan, kehebohannya setara dengan cuitan Andi Arief kala itu soal Jenderal Kardus.
ADVERTISEMENT
Maka tak heran kemudian di lini masa dan juga di pesan WhatsApp (WA) yang beredar, banyak terjadi berbagai analisa. Ada yang menduga kicauan Andi sebagai strategi agar konstituen Partai Demokrat membenci pemerintahan Presiden Jokowi, dan solid memberikan dukungan ke Prabowo Subianto.
Ada juga yang menduga Andi menciptakan isu itu untuk pengalihan isu tantangan tes baca Al-Quran bagi pasangan capres-cawapres yang digagas oleh Dewan Ikatan Dai Aceh.
Menarik untuk mencermati cuitan Andi, yang selama ini memang dikenal sering menyampaikan kicauan yang kontroversial. Ada dua hal yang bisa ditelisik dari kicauan Andi yang isinya memang sangat provokatif dan bombastis, yakni:
"Mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos di Tanjung Priok. Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya, karena ini kabar sudah beredar," cuit Andi Arief melalui akun @AndiArief__ pukul 20.05 WIB, Rabu 2 Januari 2019. Dan cuitan tersebut kini telah dihapus.
Cuitan Andi Arief soal 7 kontainer surat suara tercoblos. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Cuitan Andi Arief soal 7 kontainer surat suara tercoblos. (Foto: Istimewa)
Hal pertama yang harus dicermati, atas dasar fakta dan informasi dari mana Andi Arief berkicau soal hal serius yang punya potensi membuat kegaduhan itu. Jika dilihat dari kronologi cuitan Andi di akun Twitter-nya, jelas cuitan itu bersifat “ujug-ujug”. Ibaratnya, tidak ada angin tidak ada badai, tetapi ujug-ujug porak-peranda. Tentu hal seperti itu sangat sulit dicerna akal sehat.
ADVERTISEMENT
Jadi, dalam konteks ini, meskipun bahasa yang digunakan Andi tidak ada tuduhan langsung, tetapi kontennya jelas mengandung isi yang patut diduga disadari sejak awal apa yang ditulisnya, akan mendapatkan respons besar dari publik.
Dari sisi bahasa, Andi akan dengan mudah berkilah bahwa niatnya supaya tidak terjadi fitnah. Apalagi, Andi juga di awal tuitannya sudah membentengi dengan bahasa “Mohon dicek…”.
Kalau demikian cara yang digunakan Andi dalam menyikapi isu, terlepas apakah benar ada isu seperti itu atau sengaja menciptakan isu tersebut, jelas akan menimbulkan kecurigaan khususnya dari kompetitor politiknya, atau bahkan mereka yang masih punya penilaian objektif.
Karena apa yang ditulis oleh Andi, sama kadar dan bobotnya dengan misalnya ketika ada yang berkicau seperti ini:
ADVERTISEMENT
Mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer uang dari Skandal Century di Tanjung Priok yang disiapkan untuk pemenangan partai no urut 14. Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya, karena ini kabar sudah beredar."
Bagaimana misalnya kita membayangkan ada elite politik di mitra koalisi Jokowi yang berkicau seperti itu? Tentu publik akan heboh, dan Pak SBY, serta sudah tentu Andi Arief juga akan menyikapinya secara keras.
Ilustrasi Demokrasi (Foto: Vision.org)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Demokrasi (Foto: Vision.org)
Tapi kalau kita bandingkan dengan narasi yang ditulis Andi, jelas bahwa contoh di atas sama persis bobot dan kadar potensinya sebagai “tuduhan serius” yang tidak seharusnya terjadi karena bisa merusak kualitas demokrasi di negeri ini.
Hal kedua yang patut juga dicermati, cuitan Andi sebagai elite koalisi Prabowo memang bertepatan dengan opini publik yang dari sisi sentimennya memang lumayan negatif ke pasangan Prabowo-Sandi.
ADVERTISEMENT
Di antaranya adalah soal tes baca Alquran bagi pasangan capres-cawapres yang akan diselenggarakan oleh Dewan Ikatan Dai Aceh. Pemberitaan mengenai hal itu dianggap merugikan dan memberikan efek negatif pada Prabowo, yang banyak pihak menduganya tidak bisa baca Alquran.
Pemberitaan lain yang kemarin cukup hangat adalah pernyataan Sandi soal pembangunan Tol Cipali, yang dinilai mengandung unsur kebohongan.
Jadi, apa maksud yang sebenarnya dari kicauan Andi Arief? Tentu hanya Andi Arief sendiri yang mengetahuinya, dan Tuhan Yang Maha Mengetahui--yang mengetahui apa isi hati dari Andi Arief.
Penulis dalam tulisan ini hanya mencermati saja dengan analisa yang sejernih dan seobjektif mungkin, karena penulis merasa peduli dengan keadaban dalam berpolitik dan berdemokrasi di Indonesia yang kita cintai ini.
ADVERTISEMENT