Lakukan Aksi Nyata, Sharp Greenerator Uji Kualitas Air di Hulu Ciliwung

Rama Phachru
Nama asli saya Paru Ramadhan, biasa dikenal sebagai Rama Phachru. Panggil saja Rama. Lahir di Bogor, 12 Desember 2002. Saya merupakan mahasiswa IPB University dengan jurusan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang berfokus pada pengembangan desa.
Konten dari Pengguna
3 September 2022 21:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rama Phachru tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Bersama Sharp Greenerator Sebelum Melakukan Kegiatan Monitoring Air di Hulu Ciliwung. Foto : Muhammad Imam R.
zoom-in-whitePerbesar
Foto Bersama Sharp Greenerator Sebelum Melakukan Kegiatan Monitoring Air di Hulu Ciliwung. Foto : Muhammad Imam R.
ADVERTISEMENT
Sebagai bentuk implementasi dari konsep Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Sharp Electronic Indonesia mendampingi komunitas nya yakni Sharp Greenerator. Fokus utamanya edukasi dan lingkungan. Beberapa waktu lalu, Sharp Greenerator melakukan pengamatan kualitas air di salah satu sumber mata air. Apa yang mendasari hal tersebut?
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita ketahui 70 persen tubuh kita mengandung air dan mineral. Sebagai manusia, kita membutuhkan air untuk keperluan seperti minum, mandi, mencuci, menyiram tanaman dan kegiatan lainnya. Jarang kita sadari, berbagai kegiatan yang kita lakukan memiliki dampak buruk terhadap lingkungan menimbulkan pencemaran dan berpengaruh terhadap kehidupan manusia.
Salah satu permasalahan air yang kerap menjadi perbincangan terutama oleh warga Bogor yaitu kotornya aliran Sungai Ciliwung. Aliran sepanjang 120 kilometer dan luas daerah aliran sungai (DAS) yang mencapai 387 kilometer persegi ini terbentang dari hulu pada kawasan Bogor, meliputi area Gunung Gede-Pangrango, berakhir hingga hilir daerah Jakarta. Sungai Ciliwung seringkali dicap sebagai masalah utama pembawa banjir ke kawasan hilir yaitu pantai Utara Jakarta. Annisa Faradila selaku warga Bogor, menyebutkan bila kali Ciliwung merupakan kali yang sangat kotor karena terdapat banyak sampah didalamnya. "Menurut saya, kali Ciliwung ini kalau dilihat dari wilayah Bogor terutama bagian kota dan bukan daerah hulu, kelihatan sangat kotor dan banyak sampah yang ikut terhanyut bersama aliran air tersebut" Ungkap nya.
ADVERTISEMENT
Aksi Bersama dan Kampanye Lingkungan
Bentuk keprihatinan tersebut, Sharp Greenerator berinisiatif melakukan monitoring dan observasi terhadap kondisi kualitas air pada hulu Ciliwung. Sebagai komunitas anak muda, aksi yang dilakukan terutama mengajak masyarakat dan menumbuhkan kepedulian akan pentingnya peduli lingkungan.
Menggandeng komunitas Relawan Indonesia Pembela Alam (RIMBA), Transformasi Hijau (Trashi), Mandala Harja Semesta (MAHASA) dan Unit Konservasi Fauna (UKF-IPB), Sharp Greenerator melakukan monitoring dan observasi terhadap kualitas air daerah hulu Sungai Ciliwung. Kegiatan tersebut merupakan aksi lanjutan setelah kegiatan pada hutan konservasi di area Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Kegiatan terselenggara pada 27-28 Agustus 2022 di Titik Nol Ciliwung Telaga Saat Puncak, Bogor. Eko Wiwid selaku ketua komunitas RIMBA menuturkan bahwa Telaga Saat sebelumnya merupakan sebuah kawasan dengan tumpukan sedimen pegunungan. Kawasan seluas 5,08 hektar ini pada awalnya hanya bisa menampung dan menyerap 15% air yang berasal dari pegunungan. Hingga pada tahun 2018, tempat tersebut kedatangan sekumpulan orang yang memiliki jiwa relawan tinggi, membantu untuk menggali tumpukan sedimen. Kini kawasan Telaga Saat setidaknya bisa menampung 80% air pegunungan.
ADVERTISEMENT
Aksi yang dilakukan komunitas RIMBA saat itu mengundang banyak perhatian. Berbagai elemen masyarakat bahkan pihak TNI/POLRI hingga pemerintah daerah setempat turun tangan. Tempat tersebut saat ini telah menjelma menjadi kawasan wisata alam yang bermanfaat bagi warga sekitar. Terlihat pada beberapa titik kawasan Telaga Saat, terdapat beberapa stand UMKM yang membuka usaha berjualan. Meskipun terdapat banyak stand dagang, terpantau sampah-sampah pada kawasan Telaga Saat dalam kategori sedikit bahkan hampir tidak ada. Walaupun begitu, Sharp Greenerator tetap menyuarakan kepada pengunjung yang datang untuk tetap menjaga kebersihan kawasan dari sampah.
Proses Mencari Biota Makro Invertebrata Didampingi Oleh Unit Konservasi Fauna (UKF-IPB). Foto : Pribadi 
Amatan awal berupa penelusuran kondisi air di kawasan hulu. Metode analisis yang dilakukan berupa pengamatan berdasarkan parameter biologi dan fisika. Analisis biologi dengan cara inventarisasi dan pendataan biota makro invertebrata. Terakhir dilakukan proses skoring. Sedangkan analisis fisika melalui pengukuran suhu dan tingkat keasaman air (pH).
ADVERTISEMENT
Dari kegiatan tersebut, terungkap fakta bahwa sejarah terbentuknya Telaga Saat berasal dari dua mata air pegunungan, Telaga Putri dan Rawa Gayonggong, Hasil analisis terhadap jumlah biota yang ditemukan saat sampling menunjukkan kondisi sedang/rata-rata. Sangat di sayangkan pula, kondisi hulu pun tak luput dari sampah plastik.
Usai kegiatan monitoring, Komunitas RIMBA dan Mahasa mengajak Sharp Greenerator untuk melakukan penanaman pohon disekitar Telaga Saat. "Anggap saja Telaga Saat seperti halaman dari hutan (Cagar Alam) yang berada dibelakang tempat ini. Kita membentuk habitat baru untuk hewan hutan seperti macan tutul dan elang Jawa untuk kelangsungan hidup mereka" Ucap Wiwid. Jenis Puspa dan Rasamala dipilih untuk ditanam. Puspa sendiri merupakan pohon yang mengandung getah yang sangat disenangi oleh kucing hutan dan macan tutul. Secara alami berfungsi membersihkan kuku mereka dari daging yang terselip setelah menyantap mangsanya. Sedangkan Rasamala, setelah besar akan memiliki batang yang sangat tinggi, berguna sebagai tempat bertengger nya elang Jawa. Harapannya, kelak setelah tumbuh besar pohon tersebut akan menjadi habitat baru hewan langka lainnya. Selain itu, kedua pohon ini juga memiliki daya serap air yang tinggi sehingga bisa mencegah longsor, erosi dan menahan banjir agar tidak sampai ke Jakarta. Oksigen yang dikeluarkan oleh pohon tentu membuat kawasan tersebut menjadi sangat sejuk dan bisa dijadikan pilihan untuk rehat sejenak dari penat nya hiruk pikuk perkotaan. Kegiatan pun berlanjut dengan melakukan penyadaran terhadap pengunjung Telaga Saat. Aksi terutama mendorong masyarakat untuk memahami dan peduli terhadap lingkungan.
Dokumentasi Bersama Sharp Greenerator 'Memegang Rasamala dan Puspa' Sebagai Bentuk Kampanye Peduli Lingkungan di Hulu Ciliwung. Foto : Muhammad Imam R.