Rangkum 16 April 2019: Suap Rektor, Kotak Surat Suara Rusak di Bogor

Rangkum
Seperti koran yang kamu baca setiap pagi.
Konten dari Pengguna
15 April 2019 18:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rangkum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dugaan adanya "mahar" Rp 3,5 miliar untuk kursi rektor Universitas Padjadjaran menjadi pembuka Rangkum edisi ini. Simak ulasan selengkapnya.
ADVERTISEMENT
1. Suap di Pemilihan Rektor Universitas Padjadjaran, Calon Rektor Dimintai 'Mahar' Rp 3,5 Miliar
Protes mahasiswa Unpad di depan Sekretariat MWA Unpad Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Isu suap muncul di tengah proses pemilihan rektor di Universitas Padjadjaran (Unpad). Seorang calon rektor yang enggan disebut namanya mengungkap dirinya dimintai "mahar" Rp 3,5 miliar oleh seseorang yang mengaku dari lingkaran menteri. “Kalau (anda) tidak siap Rp 3,5 miliar, petahana katanya sudah siap Rp 5 miliar,” begitu yang ia dengar dari sang utusan menteri, September 2018. Ditengarai uang tersebut guna mendapat restu Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk meraih kursi rektor.
Rudiantara—Menkominfo sekaligus Ketua Majelis Wali Amanat Unpad—membantah hal itu. Menristekdikti, Mohamad Nasir, mengungkap hal serupa. “Periksa saja. Kami tidak pernah memfasilitasi hal itu. Tidak ada permainan uang dalam pemilihan rektor,” ucapnya, Rabu malam (10/4). Rapat Pleno Majelis Wali Amanat Unpad memutuskan untuk mengulang pemilihan rektor dari awal dan menunjuk pelaksana tugas rektor, Sabtu (13/4).
ADVERTISEMENT
2. Kisruh Pemilu di Luar Negeri: dari Nama yang Tiba-tiba Hilang dari DPT hingga 800 Kotak Surat Suara Diterjang Banjir
Petugas Hansip mencari logistik Pemilu 2019 yang masih bisa diselamatkan akibat terkena banjir di Gedung GOR Serbaguna, Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (15/4/2019). Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Setelah kisruh saat pemilu di Sydney, seorang WNI di Jerman yang sedianya nyoblos via Pos malah mendapat amplop kosong. Elfira Noviana Tyara Putri sudah mengkonfirmasi masalah tersebut ke Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Hamburg, dan mendapat respons bahwa dirinya terdaftar untuk memilih langsung ke TPS setempat. Padahal, faktor jarak yang jauh dan pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan menjadi alasannya memilih nyoblos via Pos.
Sedangkan di Korea Selatan, WNI bernama Fathan tak bisa nyoblos lantaran namanya tiba-tiba hilang dari Daftar Pemilih Tetap (DPT). Padahal saat mengecek tahun lalu, namanya masih ada dalam DPT. Ia otomatis kehilangan hak suaranya. Kemudian di Osaka, Jepang, Ahok diberitakan ribut saat mengantre untuk nyoblos. Seseorang yang datang setelahnya dan belum terdaftar di DPT justru menyerobot antrean, Senin (15/4).
ADVERTISEMENT
Adapun di Kabupaten Bogor, 800 kotak surat suara dilaporkan rusak akibat banjir pada Minggu (14/4). Komisioner KPU, Ilham Saputra, mengatakan ke-800 kotak surat suara yang rusak tersebut akan segera diganti mengingat pemilu tinggal dua hari lagi.
3. Diduga Lakukan Politik Uang, Caleg Golkar di Polman Kena OTT Panwascam
Petugas Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) kota Banda Aceh mengkampanyekan anti politik uang. Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
HS, calon legislatif (caleg) Partai Golkar di Polewari Mandar (Polman), Sulawesi Barat, terkenap operasi tangkap tangan (OTT) oleh petugas Pengawas Kecamatan (Panwascam) setempat, Jumat (12/4). HS yang juga mantan Ketua DPRD Polman periode 2004-2009 tertangkap tangan saat membagikan Rp 200 ribu di rumah seorang warga di Desa Sumararang, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polman.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, Bawaslu Kabupaten Polman sedang menyelidiki kasus tersebut.
4. Sekolah Dasar di Surabaya Hanya Punya 3 Siswa Kelas 6
Suasana ruang kelas di SD Al Islamiyah.
Dua Sekolah Dasar (SD) di Surabaya kekurangan siswa. Khusus untuk kelas 6, SD Diponegoro hanya punya 3 siswa, sedangkan SD Al Islamiyah hanya punya 6 siswa. "Awalnya ada 14 siswa. Tapi satu per satu pindah ikut orang tua. Ada yang pulang ke Madura, ada yang masuk pondok, jadi sekarang kelas 6 tinggal 3 siswa perempuan semua," kata Sri Wahyu Maikaningrum, kepala sekolah SD Diponegoro, Senin (15/4).
Kondisi sekolah sudah serba kekurangan, seperti yang terlihat di SD Al Islamiyah. Karena kekurangan ruang belajar, siswa kelas 5 dan 6 terpaksa belajar di satu ruangan yang sama.
ADVERTISEMENT
-----------------------
Ikuti terus Rangkum edisi lainnya di sini.