Rangkum 23 Juli 2018: Edisi Sepekan, Penjara Dilego hingga Dijebol

Konten Media Partner
23 Juli 2018 5:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Selamat pagi, pembaca kumparan. Pekan lalu, masalah korupsi menjadi sorotan. Sorotan tersebut tak hanya diberikan kepada kasus-kasusnya saja, tapi juga pada perlakuan khusus untuk para koruptor, yang terungkap setelah ditangkapnya Kepala LP Sukamiskin, Wahid Husen.
ADVERTISEMENT
Beberapa hal terkait korupsi itu dibahas dalam Rangkum edisi ini. Selain itu, ada pula kabar tentang reklamasi yang terus berjalan, hingga Johan Budi dan Kapitra Ampera yang nyaleg lewat PDIP. Berikut selengkapnya.
1. KPK Periksa Dirut PLN dan Geledah Ruangannya
Direktur Utama PLN Sofyan Basir menjadi saksi terkait kasus suap kesepakatan kerja sama pembangunan PLTU Riau-1 di KPK, Jakarta, Jumat (20/7). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
KPK menggeledah Kantor Pusat Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Jalan Trunojoyo, Blok M, Jakarta Selatan, Senin sore (16/7). Penggeledahan tersebut merupakan rangkaian proses penyidikan kasus suap pembangunan PLTU Riau-1. Setelah enam jam melakukan penggeledahan, penyidik KPK keluar membawa tiga kardus dan tiga koper.
Jumat (20/7), Direktur Utama PLN Sofyan Basir memenuhi panggilan KPK terkait kasus korupsi proyek PLTU Riau-1. Sofyan Basir diperiksa sebagai saksi untuk dua tersangka, yakni Wakil Ketua Komisi VII DPR dari Golkar, Eni Maulani Saragih, dan pemegang saham Blackgold Natural Resources Limited, Johannes Budisutrisno Kotjo.
ADVERTISEMENT
2. Reklamasi Jalan Terus
Proyek pembangunan di Pulau C masih terus berlanjut. Padahal, Pemprov DKI Jakarta telah menyegel dan mengentikan aktivitas pembangunan di Pulau C dan D Reklamasi Teluk Jakarta pada Mei lalu.
Menurut kesaksian warga sekitar, pembangunan jembatan penghubung antara Pulau C dengan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 itu sudah berlangsung beberapa hari setelah penyegelan. Namun, tak diketahui siapa yang memberikan izin dibukanya kembali pembangunan di pulau tersebut.
3. Johan Budi dan Kapitra Akan Nyaleg Lewat PDIP
Johan Budi (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Ada beberapa calon legislatif dari PDIP yang sedang menjadi pembicaraan. Dua di antaranya adalah juru bicara kepresidenan, Johan Budi, dan pengacara Rizieq Syihab, Kapitra Ampera. Johan maju di daerah pemilihan (dapil) VII di Jawa Timur. Sementara Kapitra Ampera akan maju di daerah pemilihan II di Riau.
ADVERTISEMENT
Respons dari berbagai pihak pun tak terhindarkan. Persaudaraan Alumni (PA) 212, contohnya, menganggap Kapitra Ampera sebagai pengkhianat. Sementara terkait majunya Johan Budi, komentar miring datang dari Fahri Hamzah. Fahri Hamzah mengatakan bahwa langkah Johan Budi untuk nyaleg merupakan sesuatu yang memalukan.
4. 3 Prajurit TNI Tewas setelah Minum Miras Oplosan
Ilustrasi tentara tewas. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
Miras oplosan kembali menelan korban jiwa. Tiga prajurit TNI Kodam Cenderawasih di Puncak Jaya, Papua, tewas setelah menenggak miras oplosan yang berasal dari campuran minuman suplemen dan alkohol pembersih luka.
Menurut Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih, Kolonel Inf. Muhammad Aidi, ada 5 anggota TNI yang ikut menenggak miras oplosan. Ketiga prajurit, yaitu Praka Felix Lauren Rumbekwan, Pratu George Willyanto Ndiken, dan Pratu Agustinus Hamok Warong tewas setelah dilarikan ke RSUD Mulia Puncak Jaya. Sementara, Pratu Leonardo Sony Siloy dan Pratu Abdurab Ahek masih dirawat di Rumah Sakit TNI Marthen Indey Jayapura.
ADVERTISEMENT
5. KPK Tangkap Kepala LP Sukamiskin Sekaligus Ungkap Kacaunya Penjara Koruptor
Kalapas Sukamiskin Wahid Husen tesmi ditahan KPK.
KPK menangkap Wahid Husen, Kepala Lapas Sukamiskin, terkait jual-beli izin keluar lapas, Sabtu (21/7). Wahid diduga menerima suap berupa uang dan mobil. Dalam OTT tersebut, KPK turut membawa 5 orang lainnya, salah satunya Fahmi Darmawansyah, direktur utama PT Merial Esa sekaligus suami Inneke Koesherawati.
Seiring dengan ditangkapnya Wahid, fasilitas sel khusus untuk koruptor juga terungkap. KPK memperkirakan tarif sel khusus tersebut berkisar Rp 200 juta hingga Rp 500 juta. Dengan nominal tersebut, napi mendapatkan fasilitas tambahan, seperti alat komunikasi, mesin pembuat jus, hingga DVD player.
6. 31 Narapidana Lapas Narkoba Doyo Jayapura Kabur
2 Napi yang Kabur dari Lapas Narkotika Doyo (Foto: BumiPapua.com/Imelda)
Sebanyak 31 narapidana dan tahanan kabur dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II Narkotika Doyo Baru, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, sekitar pukul 10.00 WIT, Minggu (22/7). Mereka kabur dengan menjebol jendela salah satu ruang tahanan.
ADVERTISEMENT
Usai kejadian tersebut, dua orang narapidana berhasil ditangkap kembali. Sementara 29 narapidana dan tahanan lainnya masih dalam pencarian.
Ikut terus Rangkum untuk berita terhangat setiap harinya.