Boba Terus, Nanti Diabetes Mellitus!

Rany Kamilla
Seorang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Konten dari Pengguna
21 Oktober 2022 19:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rany Kamilla tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Minuman Boba
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Minuman Boba
ADVERTISEMENT
Mengapa kita suka boba?
Saat ini berbagai macam minuman tengah digemari oleh anak muda, seperti thai tea, cheese tea, dan minuman boba. Minuman Boba merupakan salah satu minuman yang dalam beberapa tahun terakhir berkembang pesat di Indonesia, terlihat dari banyaknya gerai minuman boba yang terus bermunculan. Minuman Boba berasal dari Taiwan yang dikenal dengan nama zenzhu naicha yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah teh susu mutiara atau yang saat ini dikenal dengan nama teh susu boba.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan beberapa survei yang telah dilakukan, minuman kekinian seperti minuman boba digemari oleh anak remaja dan dewasa muda yang berkisar pada usia 18–25 tahun, 19–34 tahun, dan 20–30 tahun. terdapat beberapa faktor pendorong konsumsi minuman boba, yaitu preferensi, akses terhadap minuman, dan paparan media. Teman sebaya memiliki pengaruh terhadap pilihan makanan dan minuman seorang remaja sebab remaja seringkali ingin mengikuti kebiasaan makan teman sebaya agar dapat diterima di kelompok pertemanan. Alasan lain dari konsumsi minuman manis atau minuman boba adalah karena rasa penasaran dan untuk menghilangkan rasa bosan.
Kandungan gula dalam minuman boba dapat terbilang tinggi, yaitu sekitar 38–96 gram gula dan 299–515 kkal energi, tergantung pada jenis topping dan ukuran minuman. minuman boba adalah bagian dari sugar sweetened beverage (SBB) yang pada umumnya memiliki kandungan pemanis berupa high fructose corn syrup (HFCS) atau sukrosa.
ADVERTISEMENT
Batas wajar konsumsi gula, sebanyak apa?
Berdasarkan Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak Serta Pesan Kesehatan Pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji, anjuran konsumsi gula harian per orang sebesar 10% dari total energi (sekitar 200 kalori) atau sama dengan 4 sendok makan (50gr) gula.
Sementara, menurut American Heart Association (AHA), batas gula tambahan yang lebih ketat tidak lebih dari 100 kalori per hari (sekitar 6 sendok teh atau 24 gram) bagi wanita dan tidak lebih dari 150 kalori perhari (sekitar 9 sendok teh atau 36 gram gula) untuk pria.
Terlihat bahwa kandungan gula pada boba cenderung hampir mendekati batas maksimal konsumsi gula harian /orang. Tentu jika hal ini terus terjadi secara berulang akan berbahaya bagi tubuh.
ADVERTISEMENT
Lalu, bahaya apa yang akan timbul jika mengonsumsi gula berlebih?
Konsumsi banyak gula dapat mengarah pada berbagai macam penyakit, seperti, peningkatan resiko kanker, kerusakan pada gigi, dan berbagai macam penyakit lainnya yang dapat membahayakan kesehatan. Penyakit yang paling terkenal akibat kelebihan gula adalah diabetes mellitus. Diabetes mellitus ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah dapat menyebabkan resistensi insulin yang akan memicu banyak penyakit seperti sindrom metabolik, penyakit kardiovaskular, obesitas, dan diabetes tipe 2.
Apa itu diabetes mellitus?
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditimbulkan akibat hiperglikemia atau kadar glukosa dalam darah yang tinggi serta terdapat kelainan pada proses metabolisme karena kekurangan insulin. diabetes mellitus dibagi ke dalam dua tipe, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan diabetes yang timbul akibat kegagalan tubuh dalam memanfaatkan insulin sehingga mengarah pada peningkatan berat badan dan penurunan aktivitas fisik.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tren/kejadian diabetes di kalangan anak muda?
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia dapat mencapai 28,57 juta pada tahun 2045. Jumlah ini lebih besar 47% dibandingkan dengan jumlah penderita diabetes pada tahun 2021. Pada kelompok usia muda, prevalensi diabetes berdasarkan diagnosis dokter tidak mengalami perubahan dari tahun 2013 ke 2018, namun berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, persentase penderita diabetes melitus tipe II pada kelompok usia muda yang tidak melakukan pengobatan menduduki kelompok usia tertinggi, yaitu sebesar 18,5%. Penduduk kelompok usia dewasa muda ini juga menempati kelompok umur dengan persentase tertinggi yang tidak pernah memeriksakan kadar gula darahnya, yaitu sebesar 86,6% (Kemenkes RI, 2014; Kemenkes RI, 2019).
ADVERTISEMENT
Selain meningkatnya prevalensi, tingkat kematian akibat diabetes pada usia dewasa muda pun meningkat dari posisi ke-8 pada tahun 2010 menjadi posisi ke-6 pada tahun 2019 (WHO, 2020). Pada tahun 2020, WHO melaporkan bahwa diabetes pada usia dewasa muda menjadi penyebab utama ke-7 dari DALY (Disability-Adjusted Life Years), tahun hidup produktif yang hilang karena kematian dini dan kecacatan, di Indonesia yang mana terhitung sebesar 632,2 per 100.000 penduduk. Dibandingkan dengan orang tanpa diabetes, pasien dengan diabetes mellitus tipe II kelompok umur dewasa muda memiliki angka harapan hidup 14 tahun lebih rendah pada pria dan 16 tahun lebih rendah pada wanita (Lascar, 2018).
Lalu, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes?
Setidaknya terdapat dua faktor yang menyebabkan orang muda atau dewasa muda di bawah usia 30 tahun mengalami diabetes, yaitu faktor genetik dan gaya hidup (Wahida dan Rahayu, 2022). Genetik atau keturunan merupakan faktor penyebab akibat pewarisan gen, walaupun tidak semua orang yang memiliki mutasi genetik ini sudah pasti akan terkena diabetes, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak juga orang yang mengalami penyakit diabetes dan kemungkinannya diperparah dari faktor penyebab lain seperti gaya hidup sehingga penerapan gaya hidup sehat menjadi kunci akan upaya pencegahan diabetes di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Dalam kesehariannya, langkah penerapan gaya hidup sehat dapat kita mulai dari pola makan dan mempertahankan berat badan ideal. Kurangi mengkonsumsi makan dan minuman manis lalu perhatiakan batas asupan maksimal gula harian. Selain itu, penting untuk rutin berolahraga minimal 30 menit/hari selama 5 kali dalam seminggu. Biasakan beraktivitas dengan intensitas sedang setiap hari untuk mengendalikan berat badan. Tidak hanya itu, kebiasaan seperti merokok juga perlu dihindari dengan pengelolaan stres yang baik. Apabila terdapat riwayat keluarga yang menderita diabetes, dapat melakukan pengecekan kadar HbA1c secara teratur. Hindari diabetes sedini mungkin karena hidup dengan fisik dan jiwa yang sehat adalah impian semua orang.