Pengaruh Buruk Depreciating Luxuries terhadap Self Esteem

Rasya Aisyah Zahra
mahasiswi uin jkt kpi22
Konten dari Pengguna
13 Desember 2022 16:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rasya Aisyah Zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber gambar: https://pixabay.com/photos/dollar-money-cash-business-1362244/
Mari mengenal lebih lanjut dengan apa yang dimaksud oleh harga diri atau biasa disebut Self Esteem.
ADVERTISEMENT
Definisi Self esteem Menurut Nathaniel Branden self esteem adalah (1) Keyakinan dalam kemampuan untuk bertindak dan menghadapi tantangan hidup. (2) Keyakinan dalam hak kita untuk bahagia, perasaan berharga, layak, memungkinkan untuk menegaskan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan kita serta menikmati buah dari hasil kerja keras kita.
Menurut Maslow, harga diri sebagai suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia. Kebutuhan atas harga diri oleh Maslow dibagi menjadi dua bagian yaitu : (1) Penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri yang mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi, kemandirian dan kebebasan. (2) Individu ingin mengetahui atau yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan jalan hidupnya.
Penghargaan dari orang lain, antara lain prestasi. Dalam hal ini individu butuh penghargaan atas apa-apa yang dilakukannya.
ADVERTISEMENT
Self esteem merupakan suatu cara seseorang menilai, menghargai, mencintai, dan menerima segala hal yang ada pada dirinya. Istilah ini sering disebut dengan harga diri. Harga diri ini menjadi langkah untuk mempertahankan penilaian atas dirinya sendiri. Self esteem yang rendah membuat kita menjadi merasa rendah diri dan menjadi kurang percaya diri. Hal ini bisa menyebabkan gangguan kecemasan yang bisa mengarah ke depresi, misalnya duck syndrome. Suatu kondisi di mana seseorang terlihat baik-baik saja tetapi ternyata mengalami banyak tekanan (Khaira, 2018).
Namun, self esteem yang terlalu tinggi pun tidak baik karena bisa menjadi tanda gangguan kepribadian seperti megalomania. Kondisi ini ditandai dengan rasa yakin bahwa dirinya memiliki kekuatan, kekuasaan, dan kecerdasan yang tidak dimiliki oleh siapa saja. Bahkan, mereka akan berpikir bahwa tidak ada yang bisa menandinginya.
ADVERTISEMENT
Self esteem juga bisa disebut keyakinan dalam kemampuan manusia untuk bertindak dan menghadapi tantangan hidup agar mendapatkan hak untuk bahagia, perasaan berharga, layak, serta menikmati buah dari hasil kerja keras. Self esteem ini dapat memengaruhi motivasi, perilaku fungsional, kepuasan hidup, dan memengaruhi kesejahteraan individu itu sendiri.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa self esteem adalah penilaian seseorang secara umum terhadap dirinya sendiri, baik berupa penilaian negatif maupun penilaian positif yang pada akhirnya menghasilkan perasaan bangga terhadap diri sendiri dalam menjalani kehidupan.
Aspek-aspek self esteem:
1. Self competence
Penilaian bahwa diri mampu, memiliki potensi, dan dapat diandalkan
2. Self liking
Sebuah perasaan berharga individu akan dirinya sendiri dalam lingkungan sosial, maksudnya individu tersebut dapat menilai dirinya merupakan seseorang yang baik atau buruk.
ADVERTISEMENT
Aspek-aspek self esteem mampu memengaruhi bagaimana cara seseorang memberikan gambaran positif terkait dengan body image. Self esteem merupakan hal yang sangat penting terkait dengan perkembangan body image (Refnadi, 2018).
Dampak Depreciating Luxuries Atau Deperesiasi Kemewahan Terhadap Self Esteem.
Perspektif masyarakat terbangun karena berkaitan dengan citra diri, bahwa dengan mengenakan barang bermerk maka statusnya akan terangkat. Simbol, asosiasi, dan citra dapat mengubah nilai guna dari suatu benda. Masyarakat pada akhirnya tergiur dengan sebuah produk yang dikemas sedemikian rupa sehingga membentuk mindset bahwa “Saya tidak akan terlihat keren atau terlihat ketinggalan zaman kalau tidak memakai produk itu, supaya tetap hidup, saya harus memakai produk itu.” Selain itu pembelian retail barang branded ini dapat meningkatkan kepercayaan diri dan berdampak pada self esteem seseorang. Ia merasa bahwa perilaku ini ditujukan untuk membuat diri kita terlihat baik di mata orang lain namun nyatanya membawa dampak yang buruk bagi self esteem kita (Anggraini, 2021).
ADVERTISEMENT
Lama kelamaan perilaku pembelian barang mewah menjadi impulsif dan menjadi depreciating luxuries atau depresiasi kemewahan. Banyak orang membeli tas mewah, jam mewah, pakaian mewah. Padahal barang-barang ini tidak ditujukan untuk orang yang belum kaya tetapi untuk orang yang mau terlihat kaya.
Hal ini merupakan perangkap dari validasi eksternal terhadap self esteem. Banyak orang yang sakit hati atau infriority complex karena tidak dapat bersaing dengan orang lain. Akibatnya, banyak orang belajar bahwa self esteem dan harga diri mereka, bukan datang dari diri mereka sendiri tetapi dari orang lain. Sehingga mereka mencari orang lain untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan dari orang lain. Secara tidak sadar hal itu membuat internal self esteem kita menurun.
ADVERTISEMENT
Self esteem tumbuh dari pengaruh lingkungan sekitar, hubungan antara individu, dan opini-opini sosial terhadap diri kita. Banyak orang yang merasa tidak mampu bersaing dengan orang lain dan mendapatkan social judgment yang negatif, kemudian orang tersebut berusaha untuk bisa bersaing dengan orang lain atau hanya sekadar mendapat pengakuan serta pujian. Karena mendapatkan pujian atau pengakuan tersebut ia merasa internal self esteem nya naik, namun sebaliknya orang merasa ia terlihat baik di mata orang lain namun sebenarnya tindakan tersebut membuat internal self esteem menurun (Refnadi, April 2018).
Tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan validasi eksternal yaitu dengan impulsive buying yang mana perilaku tersebut mengakibatkan depreciating luxuries atau depresiasi kemewahan.
Orang rela menabung atau mengambil kredit hanya untuk sekadar mencari validasi eksternal yang tanpa sadar dapat membuat internal self esteem menurun. Eksternal itu bersifat memudar dan tidak mungkin orang lain selamanya akan terus menerus memuji diri kita karena hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Depreciating luxuries atau depresiasi kemewahan sangat merugikan karena perilaku tersebut bukan membeli untuk diri sendiri namun untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Selain internal self esteem menurun hal ini juga mengurangi uang untuk sesuatu yang kurang penting. Mungkin beberapa orang yang tidak terpengaruh oleh hal ini, namun hal ini termasuk tindakan yang merugikan dan tidak seharusnya dilakukan.
Oleh karena itu, penulis mengingatkan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk lebih bijak dalam membeli suatu barang sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya. Karena seperti yang sudah dipaparkan di atas, bahwa perilaku tersebut sangat berpengaruh kepada penurunan self esteem.
Sumber rujukan
Anggraini, E. (2021). Pengalaman Komunikasi Konsumen Wanita dengan Gaya Hidup Branded. Be Rich Journal, volume 5 no 3, 1-22.
ADVERTISEMENT
Khaira, P. (2018). Hubungan antara Self Esteem dengan Body Image pada Remaja Pria. Kesehatan dan Kesejahteraan Mental, volume 3 no 2, 7-20.
Refnadi. (April 2018). Konsep Self Esteem serta Implikasinya pada siswa. Education Journal, volume 2 no 1, 10-17.